Selasa, 24 Juni 2014

Rumah Sakit Ruhani, seandainya ada...


kita pantas bertanya kawan, tentang "sakit" dan alternatif apa yang sudah tersedia, karena sakit pasti butuh penanganan agar pulih sebagaimana seharusnya. kita telah tau, bahwa dalam istilah kesehatan ada yang namanya "sakit jasmani", lalu ada juga "sakit jiwa" yang kedua penyakit tadi telah disediakan Rumah Sakitnya masing-masing sebagai metode penyembuhan. ngerasa ada yang kurang gak kawan ? sering dengar istilah "sakit ruhani" ? pernah nda ada rumah sakit ruhani ? jawabannya jelas, belumlah ada...dan bagi saya pribadi sangat disayangkan sekali, padahal sakit yang kian marak kita derita saat ini adalah "sakit ruhani" dimana ketika kita tiada mampu menyeimbangan otak kiri dan kanan yang membuat kecendrungan kita hanya untuk menjadi "makhluk materil" dan tidak mampu menjadi "makhluk spiritual". astaghfirullah...
terkadang akupun merenung sendiri, bahwa sakit ruhani memang tak perlu dirisaukan karena terfirman dalam Al-Qur'an bahwa ruhani insan bernama manusia secara fitrahnya adalah baik nan suci pun juga senantiasa cendrung pada kebaikan. lalu, bagaimana dengan yang terlihat sekarang ? kian marak segala laku kemaksiatan yang tak kenal henti bahkan mendominasi dikalangan orang baik, lalu kemana kecendrungan kebaikan itu pergi ? pernahkah kita mempertanyakan hal itu kawan ?
hmmm...aku mengira-ngira, mungkinkah ini karena menjamurnya "penyakit ruhani"  yang tanpa diberi alternatif untuk berobat. apa iya begitu? karena orang yang sakit ruhani tak sadar mengenai mana yang hak dan yang bathil, mana yang baik dan mana yang buruk, yang dalam  Al-Quran mengatakan "afaman zuyyina lahu su-u'amalihi farahu hasanan" (apakah orang yang dihiaskan pada dirinya kejahatan sehingga terlihat baik) dengan kalimat lain, jika orang sudah mulai melihat kejahatan yang dilakukan sebagai suatu kebaikan, atau lumrah saja, nyantai, slow dan berani bilang "biasa aja keles" :P wah...nampaknya inilah sebuah indikasi bahwa telat terjangkit "penyakit ruhani" ada kepekaan yang hilang, "kemana perasaan gelisah yang senantiasa hadir beriring tak kala dosa diperbuat?" ah...betapa penyakit ini melenakan kita dalam kubangan dosa, menenggelamkan kita ke dalam samudra kemaksiatan secara terus menerus tanpa tersadari. andai saja ada "rumah sakit ruhani" yang dokternya semua seorang ulama dan faham agama dan mempunyai perawat yang  tersebar diseluruh pelosok. siapa perawatnya ? " kita semualah perawatnya, kita yang menganalisis penyakit dengan metode dakwah dan jika telah mencoba ditangani namun sulit membaik maka bisa dirujuk ke "rumah sakit ruhani" :D betapa, menentramkan...disaat semua penyakit ada penangananya terlebih pada diri pribadi yang teramat sering terserang "sakit ruhani"...terbayang oleh kita, bahwa sebenarnya penyakit yang paling membahayakan baik didunia dan di akhirat adalah penyakit ruhani bukan lagi sakit jiwa atau lebih akrab disebut 'gila". kenapa bisa begitu ? karena orang yang sakit gila, Nabi pernah bersabda bahwasannya orang gila tiada pernah akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya  diakhirat kelak. karena pena perhisaban telah dicabut pada 3 kondisi : 1. saat manusia masih kecil sampai ia baligh 2. orang yang tertidur sampai dia terbangun 3. orang gila sampai ia waras kembali. tak lebih dan tak kurang begitulan bunyi hadistnya.  lalu terfikirkan lagi, kalau tak ingin peroleh perhisaban di akhirat nanti kita bisa pilih "menjadi anak kecil selamanya'. " tidur terus menerus" atau 'menjadi orang gila" tentu nda mau kan menjadi seperti itu ??? nah, kembali lagi ke persoalan awal coba kawan bayangkan "sakit gila" yang tanpa perhisaban diakhirat saja disediakan "rumah sakit jiwa" sudah seharusnya "rumah sakit ruhani' mulai direncanakan pembangunannya terlebih lagi cangkupan bahayanya berlevel akhirat. andai saja ada...

coretan suci, 24 juni 2014  khayalan iseng dikesejukkan waktu tahajud :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar