Rabu, 07 Agustus 2013

"Aku yang Berbeda dalam Tangis..."

Gema Takbir di malam kemenangan riuh bergemuruh hiasi semesta dalam pantulan suara yang memutari langitNya...slalu ada tangis yg hadir...selalu ada mata air baru yang mencipta sungai kecil dipelupuk mata...selalu ada sesal yg mencambuk nurani..tapi, tangisku bertambah-tambah ditahun ini karena sbuah kesadaran yang terlampau lama tak tersadari, tertimbun egois diri, aku...diri ini yg tampak slalu ingin dibaiki, dimengerti tapi enggan bercermin pribadi. Tangisku mulai pecah...merenung-renung, menatap berpasang mata keluarga ku yg penuh kasih tulus itu sedemikian lama tak terwaris pada akhlakku...ada tanya yg lirih terdengar di dalam hati "Mengapa aku terlahir ditengah-tengah orang yang begitu baik, murni kasihnya, pemaaf yang tulus, penyabar yg penuh cahaya, dan aku SEDEMIKIAN JAHAT !. Warisi aku akhlak indah itu, kapan??? Aku sangat rindu hadirnya... "
betapapun aku jahat selama ini, tak pernah ku lupa benih2 kebaikan yang senantiasa ditabur ditanah kehidupanku. Ia bersemi, ia tumbuh indah namun ku tetaplah tanah...hanya jadi tempat melihat keindahan yg hadir diatas punggungku tanpa bisa bermimpi menjadi indah...aku...bgitu gemar membaca sirah para Rasul & para Sahabatnya yang selalu kutemukn suatu bentuk akhlak yg indak, elok, jelita, bercahaya dan tanpa cela. Banyaknya kisah-kisah itu terniat untuk ku teladani, tapi...nafsuku masih lincah, kuat tuk menantang iman hingga akhirnya tersisa hanya tetes-tetes bening air mata seakan kesal pada diri knapa aku bagai tak dipinjami iman itu, iman yg termiliki hamba2 ksayangan Allah...iman yg begitu mengundang takjub smesta membuat para malaikat saling memuji pemiliknya.
Aku...knapa dg aku ??? Bgitu bebal mencerna pelajaran hidup jgnkan melintas zaman para Nabi & para Sahabat bahkan yg hadir disekeliling pun aku hirau, meski tampak nyata...meski berulang ajarkn makna. Aku...knapa? Aku..mengapa ? Aku...merasa tak ada dalam keberadaan ini...
Mengapa aku beda dlm ada'y mereka ??? sulitkah tuk ambil pelajaran...ah, aku terlalu diam dlm ketidakmengertian, tanya itu masih sulit dibagi kecuali hanya diri & Dia yg tau...smuanya...skecil apapun yg tersembunyi...aku tau, Dia senantiasa ada dalam tanyaku...yeah...senantiasa...( mengapa aku beda dalam tangis ??? )

Serang, 8 Agustus 2013
#Coretan Suci berkisah Noda dalam Rinai Hujan Malam Kemenangan

Selasa, 16 Juli 2013

"Air Mata Rasulullah"

Dikisahkan, sebagaimana disebut­kan dalam buku Air Mata Sang Nabi, ketika surga dan neraka telah terkunci dan se­mua umat manusia telah dima­suk­kan ke dalam surga dan neraka se­suai dengan amalannya dan mereka te­lah menikmati ganjaran atau merasakan hukuman atas apa yang mereka kerja­kan dalam waktu yang begitu lama, Allah SWT menanyakan kepada Malaikat Jib­ril, subhanallah, se­sungguhnya Allah Maha­tahu, ”Apakah ada umat Muham­mad SAW yang masih tertinggal di da­lam neraka?”
Maka Malaikat Jibril pun pergi ke ne­raka Jahannam.
Neraka Jahannam, yang begitu ge­lap, tiba-tiba berubah menjadi terang benderang karena kedatangan Jibril.
Para penghuni Jahannam pun ber­tanya-tanya, siapakah yang datang, me­nga­pa Jahannam tiba-tiba terang bende­rang.
Malaikat Jibril pun menjawab bahwa dia adalah Malaikat Jibril, yang diutus oleh Allah SWT untuk mencari apakah ada umat Muhammad yang masih ter­selip di neraka Jahannam.
Tiba-tiba sekelompok orang ber­te­riak, ”Sampaikan salam kami kepada Rasulullah SAW, beri tahukan keadaan kami di tempat ini kepada beliau.”
Jibril pun keluar dari neraka Jahan­nam dan pergi ke surga untuk memberi­tahukan hal itu kepada Rasulullah.
Rasulullah begitu bersedih mende­ngar bahwa masih ada umatnya yang tertinggal di dalam neraka dalam waktu yang sudah begitu lama. Beliau tidak ridha ada umatnya yang masih tertinggal di neraka walau dosanya sepenuh bumi.
Rasulullah SAW pun bergegas hen­dak pergi ke neraka.
Tapi di perjalanan beliau terhadang oleh garis batas Malaikat Israfil. Tidak ada seorang pun  boleh melintasi garis batas itu kalau tidak seizin Allah SWT.
Rasulullah SAW pun mengadu ke­pada Allah SWT, dan akhirnya beliau diizinkan.
Tapi sesudah itu Allah SWT meng­ingatkan Rasulullah bahwa umatnya itu telah meremehkan beliau, ”Ya Allah, izin­kan aku memberi syafa’at kepada me­reka itu walau mereka hanya punya iman sebesar dzarrah.”
Sesampainya Rasulullah SAW di neraka Jahannam, padamlah api neraka yang begitu dahsyat itu.
Penduduk Jahannam pun berucap, ”Apa yang terjadi, mengapa api Jahan­nam ini tiba-tiba padam? Siapakah yang datang?”
Rasulullah SAW menjawab, ”Aku, Mu­hammad, yang datang, siapa di an­tara kalian yang jadi umatku dan punya iman sebesar dzarrah, aku datang untuk mengeluarkannya.”
Demikianlah gambaran kecintaan Rasulullah SAW seperti dikisahkan pada buku tersebut. Kecintaan yang begitu besar kepada umatnya, yang kemudian tak jarang harus beliau bayar dengan keringat, air mata, bahkan darah beliau, sebagai jasa dan pengorbanan beliau demi keselamatan umatnya. Bukan hanya di dunia, bahkan beliau terus memperjuangkannya sampai di akhirat kelak, di hadapan Allah SWT.
”Lalu bagaimana ke­cintaan kita se­bagai umat Rasulullah SAW kepada pri­badi yang begitu agung itu?” Demikian yang ditulis sang penulis buku di akhir kisah.
Siapakah penulis buku Air Mata Sang Nabi tersebut? Ia adalah dai muda yang kini berdiam di kota Malang, Habib Muhsin bin Ali Bin Hamid, sosok yang menjadi figur kita kali ini.

Minggu, 07 Juli 2013

Jejak Keajaiban-Nya :)

Sungguh, tak terjangkau fikiran jika Allah telah berkehendak segala bentuk kemustahilan begitu mudah ditembus lewati jalan yang tak disangka-sangka. Alhamdulillah...Aku diberi kepercayaan mencicipi anugrah yang begitu menakjubkan pun tak berbilang nikmatnya yang menghujani kehidupanku padahal apa yang ku perbuat dibumi-Nya begitu tak layak disebut sebagai hamba yang baik bahkan ibadah pun masih compang-camping jauh dari kesempurnaan.
Terkisah, aku sebagai seorang gadis yang banyak keinginan ini dan itu, sering sekali membanding-bandingkan apa yang dipunya dengan yg termiliki orang lain seolah begitu gampangnya mengajukan protes pada ketetapan-Nya bahkan sampai berani mengatakan Allah tak adil padahal aku tau Allah itu "al-adl" Maha Adil. Beragam kelancangan lisan sering kali singgah dalam ucap-ucap kekecewaan yang sebenarnya tak pantas. Namun, Allah Maha baik ia tak pernah langsung turunkan murka, tapi lewat jalan-jalan cahaya lah terang itu hadir membawa sebuah pemahaman yang indah. belum lama ini aku diajak-Nya memaknai sebuah ikhtiar yang kadang hadirnya begitu dielu-elukan sampai menjadikan Tuhan penentu disetiap hasil yang diinginkan, lupa bahwa ada Allah yang Maha Menentukan segalanya. dan anehnya aku terlibat dalam hal itu, bermula dari keinginanku memperoleh nilai UN tertinggi di sekolah hingga ku topang dengan keseriusan belajar dari jauh-jauh hari, aku beli beragam buku-buku latihan soal, download kumpulan bank soal di internet, fotocopy soal-soal dari teman dsb. upaya-upaya itu terus aku gerakkan dalam ikhtiar yang ku anggap maksimal, optimis itu bahkan tlah bertahta bayang-bayang perpisahan yang indah bertabur rasa bangga pun sempat terlintas dihujung pandangan dimana namaku disebut sebagai siswa yang berprestasi dengan menyandang nilai UN tertinggi.
Ternyata, apa yang diharap tidak seindah kenyataan. mimpi-mimpi itu ternyata tak ciptakan bangunan megah kebanggaan tapi, menghujani ku dengan reruntuhan bangunan mimpi yang tiba-tiba ambruk berkeping-keping hingga buat perasaanku nyeri. aku sadar ku lupa meletakan pondasi hingga bangunan mimpi tak kokoh yaitu sebuah "do'a teriring tawakal hanya padaNya" kini, jelas sudah bahwa susah payah  kita dalam menyempurnakan ikhtiar begitu tak ternilai jika Dia Sang Maha Pemberi tak Ridha dengan apa yang tergerak. Bayangkan, mimpiku peroleh urutan pertama ternyata katagori 3 besarpun tak terselip namaku. Saat itu, perasaanku begitu ngilu badai air mata begitu hebat menghujani hati pun membuat riak-riak kecil dipelupuk mata meneteskan hangat air, menyapu wajahku seketika. ditambah lagi, ketidakhadiranku tuk mendengar secaran langsung pengumuman kelulusan sekaligus peraih nilai UN tertinggi hanya diwakilkan oleh bibi karena pada waktu itu aku sedang berada di jakarta. ternyata, kekecewaan itu dirasakan juga oleh bibiku hingga dalam memberi kabar via telpon sambil bernada sedih seakan ada tangis juga disana. Wajar saja, bibi yang tau detail waktu belajarku dirumah yang tersering melihatku terjaga hingga larut malam hanya tuk mempelajari tumpukan buku pelajaran begitu memendam keanehan mungkin dalam benaknya "apa yang salah dengan hasil akhir ini?' tapi, inilah kenyataan yang harus disikapi dengan keikhlasan.
Selang beberapa hari pengumuman kelulusan itu, aku sadar harus mempersiapkan lagi tuk berjuang di SBMPTN karena harapan lulus SNMPTN undangan seakan meredup bahkan terasa padam. karena jika dilihat dari rata-rata UN yang kuperoleh begitu jauh dari kriteria yang lolos seleksi. Namun, ketika tiba pengumuman hasil SNMPTN undangan pada tanggal 27 Mei 2013 pukul 17.00 WIB aku beranikan menaruh harap optimis ku awali dengan Bismilah teriring Shalawat tak henti-henti ketika mengetik no pendaftaran dan menakjubkan ternyata aku disambut dengan ucapan "SELAMAT" aku diterima di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan jurusan Pendidikan Matematika kala itu langsung ku rebah dalam sujud bertabuh rasa syukur pun rasa bersalah karena selama ini telah buruk sangka akan ketetapan-Nya dan mulai hari itu aku mengimani bahwa benar "disaat Allah tak menghadirkan sesuatu yang kita anggap baik pastilah disana Allah akan menghadiahkan yang terbaik" dan hari itu aku merasakan kebahagiaan yang indah. Tapi, keajaiban belum berhenti sampai disitu karena ada yang begitu buat ku terkaget-kaget akan Surprise yang Allah anugrahkan padaku bagai dihujani kebahagiaan yang bertubi-tubi yaitu aku juga lolos SBM-PTAIN jalur PPA di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. yang mana begitu kecil sekali kemungkinan aku bisa lolos karena dari sekian banyak pendaftar di jurusan pendidikan fisiaka tapi yang lolos hanya 8 orang saja. belum lagi aku lolos bidikmisi di Untirta sehingga ada pertimbangan yang berat untuk putuskan Universitas mana yang aku ambil, dan Alhamdulillah...aku sekarang telah menjadi Mahasiswi UIN Jakarta, dan itu semua adalah karena kemurahan-Nya hingga kusadar bahwa "without Allah...I'm Nothing"

Jumat, 28 Juni 2013

Jalur Kanan Hanya untuk Mendahului

Tertegun diri bagai sedang memahami peringatan dalam mengemudi yang sering kali kita lihat dijalan raya yang bertuliskan "JALUR KANAN HANYA UNTUK MENDAHULUI" bagiku pribadi ini sebuah kalimat peringatan yang indah yang berlaku dalam gulir kehidupan kita ketika mengambil jalan-jalan tuk mengejar capaian. apakah gunakan jalan yang baik "RIGHT" yang dalam bahasa inggris punyai makna kanan atau "LEFT" yakni jalan kiri yang meski berhasil mendahului tapi terkandung resiko sedemikian besar hingga pertaruhkan nyawa. tapi aneh,insan era sekarang betapa punyai jiwa pemberani hingga kebanyakan memilih jalur kiri tuk mendahului dengan melakukan pelanggaran-pelanggaran nilai, norma, agama dan juga hukum. rasanya, benar jika ada istilah " peraturan dibuat hanya untuk dilanggar".

Miris...saya menjadi saksi bahwa sebagian besar kita terlibat dalam mekanisme "mendahului lewat jalur kiri" tapi, kabar baiknya jalur kanan selalu menang, memang keadilan itu tidak salah menempatkan suatu yang hak pada orang yang tepat. saya ambil kisah kala saya masih belajar dibangku sekolah yang mana kompetisi peroleh nilai baik hingga memperebutkan peringkat 10 besar begitu diperjuangkan. tapi sayangnya, di ranah perjuangan itu banyak cara-cara curang yang di upayakan bukan lagi belajar dan kerja keras yang jadi andalan melainkan kerjasama maksiat dengan saling menyontek, yang saya katagorikan pada golongan yang memilih "mendahului dengan jalur kiri"meski sedemikian besar konsekwensi yang harus ditempuh mereka tak peduli bagai, kepastian tak kan diketahui begitu meyakinkan hingga rasa bersalah itu tak hadir melainkan dengan tenang aksi curang dijalankan.  geram rasanya melihat hal itu, apalagi saya berada digolongan kanan yang begitu anti berbuat curang, bekal saya hanya berdo'a dan belajar.


Rabu, 12 Juni 2013

Si Pengembara Kasih-Nya yang Terluka

Bagiku ini bukan sekedar coretan sang pengendali rasa, ataupun ayunan pena yang tergesa-gesa ingin bercerita. sebelumnya, tak akan pernah terlupa ku haturkan syukur padaNya karena masih bisa jemari ini menari merajut rangkain kata mencipta sehelai kisah dalam coretan pesan sang hati yang ingin sampaikan bait-bait kepedihan untuk insan yang disana...
Jujur dalam perihnya hati ku coba tersenyum :) diatas nama persahabatan kucoba bertahan...meski sungguh, betapa segenap sikap yang engkau tampakan begitu jelas menggores dinding hati yang baru saja sembuh dari luka masa lalu padahal adaharap bahwa engkaulah yang kelak menjadi sang penyembuh buka memperparah ! tidakkah kau faham dan mencoba berempati akan kisah-kisah pilu yang pernah menjadi tamu terjahat dalam lembaran hidupku yang pernah ku tuturkan padamu? jika ianya kau terlupa, bolehlah aku ikhlas dan coba mengerti, memahami dan dengan tulus menyuguhkan kemaafan padamu...namun, jika niatmu ingin lampiaskan dendam mohon jangan tujukan padaku, mumpung luka ini masih kecil, lekaslah kau berbenah dari hidupku lalu pergi namun jangan menjauh. ku tak ingin memutus persaudaraan yang terjalin lama ini karena kecerobohanmu memainkan pedang sandiwara hingga melukai gumpalan kecil bernama hati menjadi berdarah-darah. tapi, perlu kau tau selamanya aku kan menjadi sahabatmu, tetap bersahabat baik denganmu meski harus mencipta jarak sejenak dengan jangka waktu yang tak bisa ditentukan batas akhirnya. ijinkan aku sendiri menikmati hidangan kesabaran, keikhlasan dan keteguhan hati dalam ruang kelam pekat tak bercahaya karena kau telah mengurungku dalam ruang nestapa yang kau sembunyikan kuncinya nampaknya, kau mengujiku untuk memapah sendiri mencari kunci itu bukan malah meronta menggemakan suara minta tolong berharap terdengar orang lalu membawaku keluar. itu hal mustahil, karena ruangan ini kedap suara betapapun kencang ku berteriak sungguh, suara itu hanya berputar-putar saja mengelilingi tubuhku lalu lenyap tertelan sunyi. ah...malangnya aku, terjebak oleh kepalsuan sosok licik bertameng persahabatan. tapi lihatlah, aku akan tetap berdiri kokoh dipijakan jalan yang bertabur duri, sakit dan perihnya tak bisa buatku tersungkur jatuh dan yang terpenting tak ada guratan kelelahan yang kentara diwajah. ku coba berdamai dengan kepedihan ini karena ku yakin aku selalu ditemani oleh-Nya...hingga dititik berhentinya pencarian ini dan ku gemgam kunci itu lalu bergegas pergi menjemput cahaya dan mampu tersenyum indah melebihi indahnya lengkungan pelangi kala hujan usai...

Sabtu, 08 Juni 2013

Memapah Diri dalam Kembara Waktu



Pagi begitu istimewa bagiku karena aku merasa masih diberi kepercayaan meneruskan kembara di semestaNya…terbangunnya raga ini dari kematian ditiap pejaman mata dalam istirahatnya bagai menyajikan semangat baru, mimpi baru pun amanah baru. Tiap-tiap beranjaknya detik demi detik yang tak pernah alami acara mudik jika telah berlalu ia terus pergi dan menghilang tak pernah ingat tuk kembali tiada mengenal kesempatan kedua yang dia tau tugasnya adalah terus melangkah maju selamanya… sampai kemudian berhenti sejenak dipemberhentian masa yang memisahkan kehidupan menuju kematian dan disaat itu barulah kita sadar terlampau banyak waktu tlah disia-siakan…benarlah bahwa sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ada dua buah nikmat yang kebanyakan orang terperdaya karenanya; yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari [6412] dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma, lihat Fath al-Bari [11/258]).
Ah…waktu terdengar begitu mengerikan kala fikiran berkelana jauh kemasa lampau, sungguh tak terjangkau perkiraan “mengapa begitu banyak terlewat begitu saja tanpa makna” kini usiaku sudah 18 tahun tapi, aku belum punyai hasil dari milyaran detik demi detik yang tlah menemaniku selama ini. Aku…belum banyak mengantongi ilmu agama, hafalan Qur’an masih berjauh banding dari umur yg kupunya, bahkan aku masih belum bisa bahasa arab dan baca kitab. Ah waktu…temani ku memapah tekad tuk menyelam dalam lautan ilmuNya jangan hadirmu hanya buat aku binasa. Mengapa kau hanya diam melihat kelalaianku slama ini ? mengapa kau begitu berikan kebebasan tanpa batas, tanpa peringatan, tanpa peduli. Tugasmu hanya terus berlalu dan pergi…
Aku sadar mungkin  hadirmu itu ujian bagi tiap-tiap hambaNya hingga nampak jelas mana yang kukuh dalam ketaatan ataupun terlena dalam lembah kelalaian yang berakhir binasa. Terinsyafi 1 detik yang terus berlalu sesungguhnya membawa kita kian dekat pada sebuah akhir dimana waktu kan sejenak berhenti seraya berkata “waktu tlah berakhir” hingga benarlah bahwa Imam Al-Ghazali dalam bukunya Khuluqul Muslim menerangkan waktu adalah kehidupan. Alangkah celakanya jika kita tak mengakrabi waktu dengan baik, mengisi hari-hari dengan penuh makna untuk peroleh teman kelak dalam ruangan tanah yg sempit yaitu berupa “amal shaleh” yang sebaik-baik teman tuk mengiringi perjalanan berjumpa denganNYa…
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Hasyr [59] : 18)
Aku muslimah yang masih dalam pengembaraan mencari kawan baik tuk temani rumah terakhir kelak, dalam himpitan tanah merah, sebuah ruangan gelap yang tiada penerang tiada kawan, sepi sendiri…sunyi…gelap pekat disetiap penjurunya berharap bisa ditemani terang cahaya yang bernama “amal shalih” hingga matiku adalah istirahat yakni kembali dimatikan dalam kematian tuk tertidur hingga terbangunkan kelak saat bumi temui titik dimana waktunya berakhir juga yang disebut dengan hari akhir yaitu kiamat kubro.
Diakhir  coretan ini semoga kita semua mampu memapah ketaatan dalam pusara zaman yang penuh, sesak oleh goda maksiat disana sini menyajikan, pernak pernik keindahan dan kenikmatan semu yang melenakan hingga waktu begitu tak dihirau, dicampakan begitu saja. Moga kita ternagungi dalam ketaatan senaniaasa hingga hadirnya waktu begitu dirasakan, begitu dihargai dan dimaknai agar tidak tergolong kedalam orang-orang yang merugi, sebagaimana yang disebutkan  dalam Al-Qur’an Surah Al-Ashr (103) ayat 1-3, Allah SWT berfirman yang artinya sebagai berikut::
1.       Demi masa.
2.       Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3.       Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Sabtu, 25 Mei 2013

Cinta-Mu Tak Akan Pernah Mengecewakan


kali ini ku ingin berbagi kisah berbingkai cinta-Nya. tepat pukul 10.16 WIB kawanku Eva berkirim pesan padaku " Uci sabar ya, nilai UN tertinggi yang masuk 3 besar tak terselip namamu"

"siapa aja? tapi kok uci netesin air mata sih..."

" yang sabar ya ci, mungkin belum haknya. ini urutanya : 1. Sanjaya, 2. Dini, 3. Mayang"

"makasih va atas kabarnya :)"

sederetan kalimat itu buat hatiku gemuruh petir yang mengundang hujan dipelupuk mata, menggenang membentuk riak-riak sungai yang mengalir deras menuruni wajahku, segera ku rebah dalam sujud memohon ketegaran hati sampai ku lupa harusnya kupanjat syukur karena keLULUSanku bukan malah protesbatin yang merasakan luka kecewa karena tlah buat kesalahan besar yang menurutku ini tragedi memilukan sepanjang sejarah prestasiku disekolah. 

Terlintas dalam benak seolah hendak mengungkit ikhtiar-ikhtiar yang tlah tergerak, bahwa banyak buku bank soal UN yanglembar demi lembar kupelajari sepenuh fokus fikirku dalam memahami sederetan rumus dan teori, belum lagi mata seolah ingin mengadu bahwa sering kukurangi jatah tidurnya dengan tetap terjaga bersama tumpukan buku pelajaran hingga jelang fajar, dan lagi waktu luangku pun protes yang terseringku abai dengan keakraban pada kawan-kawan dikelas, tak pernah ku ikut serta berbincang ceria pun berbagi cerita, melainkan ku lebih sering berbicara dengan buku, bahkan berkirim dan membalas pesan via sms aku hentikan pun juga hobiku online di FB aku STOP hingga tak berkutik segala kelalaian selama 2 bulan jelang UN ku takut mengganggu konsentrasi dalam belajar. berharap kesungguhan ikhtiarku berbuah manis yang mendukung impian peroleh nilai UN tertinggi menjadi bukan sekedar mimpi...tapi, kehendak-Nya berkata lain Allah begitu lembut mengelus hati eakan sedang mengajariku makna ikhlas yang sesungguhnya hingga, ku dibuat tak berkutik. Dalam rebahan tubuh yang lemas, ku tersadar selama ini seakan takabur, bangga akan kemampuan diri, lupa akan Engkau yang Maha Berkehendak. Meski, seiyanya dipermulaan dan akhir proses belajar kusebut nama-Mu dalam Bismillah beriring do'a mohon kecerdasan.Tapi...rasanya fokusku bukan pada kekuatan do'a yang terpanjat melainkan pada apa yang hendak kubaca, ku begitu besar menggantukan mimpi pada tumpukan buku, harap itu salah kutempatkan yang harus utamanya hanya untuk-Mu...maafkan hambamu yang lemah pun hina ini Duhai Rabbi...ajarilah selalu makna cinta-Mu ditiap titipan sisa-sisa nafas yang masih berkawan kala kuterbangun dari kematian sementara ditiap tidurku...

Aku yakin setiap karunia-Mu adalah yang terbaik, meski tak kupungkiri adakalanya hujaman kesedihan menyahuti, kala rencana yang tak sesuai kendali inginku meyapa. tapi, sungguh sesal itu hanya selintas, ia masih kalah tangguh dengan cinta yang tertanam pada-Mu yang telah mengalihkan urusan duniaku yang hanya remeh temeh tak lebih dari sebutir debu saja. Dan keyakinanku semakin kukuh bahwa aku sedang disayang Allah saat ini. Jadi, mengapa harus ada air mata yang mengguyur ditepian wajah ? harusnya yang ada hanya senyum indah, bukankah " Innalloha idzaa ahabba'abdan" (sesungguhnya Allah jika mencintai hambanya, maka Dia akan mengujinya). Duhai Rabbi...hamba yakin cinta-Mu tak akan pernah mengecewakan :)

*ba'da magrib gerimis itu hadir lagi, membuat riak-riak sungai dipelupuk mata. Entah mengapa, luka itu bertamu lagi, aku takut tak menjamu dengan baik kehadiran tamu utusan-Nya yang bernama kesedihan. Aku takut...rasa syukur ini lukanya makin parah karena fikirku laancang mengudara sampai-sampai su'udzon pada ketetapan-Nya...yang terkabar siang tadi tepat pukul 10.16 WIB. duhai Rabbi...maafkanlah atas kerapuhan imanku ini. Aku bingung mencari-cari solusi tuk pecahkan rissau ini, kubaca firman-Mu yang mampu membbuat tenang dan menyejukan tiap-tiap hati yang dilanda luka. Namun, sesudahnya selang beberapa menit, rupanya kunjungan tamu utusan-Nya masih betah duduk diruang hati. Aku coba alihkan kesedihan ini dengan menuliskannya, kuberikan kesempatan pada jemari ini tuk bertutur jujur dalam belantara kata. berharap gemuruh dihatiku reda. tapi, masihlah sama :( 

usai ku menulistamu utusan-Nya pun belum juga mengucap pamit pulang. lagi-lagi ia masih betah duduk manis diruang hatiku. Aku bingung harus bagaimana lagi lagi mengusirnya dengan cara baik-baik. Tiba-tiba ku teringat sosok bijak itu yang punyai kata hikmah ditiap soalan yang pernah kutanyai, ia mampu berikan pencerahan pada fikirku yang liar dalam genggaman pemahaman yang salah. tapi, ada sedikit ragu tuk berbagi tentang masalahku saat ini, sempat berandai-andai mengapa pemilik lisan nan sejjuk itu adalah sosok ikhwan bukan akhwat agar ku tak risih, aku takut berdosa jika terlalu berakrab dengan non muhrim meskipun hanya sebatas saling bertukar nasehat, mintai pendapat, berkongsi ilmu atau lainnya. Ah...semoga saja tidak demikian, bukankah semua tergantung niatan. Allah Maha Tahu mana sebenar-benar maksiat dengan sekedar jalinan ukhuwah islamiah. Dan inilah seeretan perbincangan lewat sms semalam,

"Assalamu'alaikum...ka Amin ?"

"wa'alaikumsalam...ada apa?"

"uci bingung mu tanya ke siapa, ba'da isya boleh ganggu waktunya?"

"bingung segala uci, k'amin ga merasa diganggu"

"k'Amin?"

"iyaa..."

"uci boleh minta solusi? k'amin lagi OL ga?"

"kebetulan ga uci, solusi apa nih?"

"hmmm...uci bingung cari-cari kalimat hikmah sedari siang. Semenjak kenal k'Amin, bijaknya kata-kata yang bisa terbagi dalam beberapa penyelesaian tanya yang pernah uci sampaikan. Berharap, bisa memulihkan kesyukuran yang sedang dilanda sakit ini. Tolong beri tanggapan catatan yang uci buat beberapa menit lalu di FB, tapi lewat sms aja. jujur, saat ini uci rapuh. Astaghfirullah...maaf ya kak, uci cuma bingung mau bagi cerita ke siapa. uci butuh kalimat hikmah untuk solusi bagi iman yang sakit ini. Bingung...tegar itu sulit ternyata"

"Subhanallah, indahnya nan mulianya hatimu...kala uci sempatkan fikir tentang dosa yang mungkin tertulis dalam catatan-Nya. Tapi, semoga dosa yang tak sengaja ini terlipat oleh tegaknya ukhuwah diantara kita. Aamiin...
sekisah yang Allah lukiskan pada uci ini bukan balasan yang harus terganti dengan air mata pun juga dengan sesal yang sakit...
uci mungkin tak sadar dengan hal yang mulia yang uci lakukan sebelum terkabar ataupun terlaksananya UN..
kerja keras dengan setumpuk buku, peyempitaan waktu istirahat yang dihabiskan untuk pembendaharaan ilmu, sekilas itu terfikir hanya untuk peroleh hasil terbaik dimata kawan, guru, orang tua, dan rasa puas lagi bangga yang tak jarang sifat bangga diri menghadirkan kesombongan.
tapi adakah ada tanya difikiran uci tentang apa yang selama ini kaawan uci lakukan itu sama dengan apa yang uci lakukan ? pengorbanannya, kerja kersnya, atau mungkin keikhlasanya. yakinlah uci yang terbaik melakukan sederet prosesnya sehingga yakin mendapatkan yang terbaik dengan pahala yang dicatatNya.
kupuasan yang diraih dengan kerja minimalis merupakan kepuasan sesaat tak sebanding dengan pengorbanan, kerja keras dan ikhlas walaupun tanpa penghargaan dari sesama...tapi prosesnya akan peroleh nilai terbaik. Dan bukan nilai dari sesama melainkan dari sang Maha segalanya. Ketika peroleh nilai yang terbaik merupakan pahala dari proses yang uci lakukan.
keyakinan kedua yang harus tertanam adalah pati peroleh penghargaan terbaik. walaupun bukan sekarang, tapi pasti tercatat indah pada waktunya :)
semoga peroleh pemahaman, dengan sederet kalimmat yang mungkin ngawur maknanya...hehe:D


Alhamdulillah...lega terasa membaca sederetan kalimat itu, ku ucap syukur pada-Mu Ya Rabb...yang hadir-Mu sejuk lewat perantara hamba pilihan yang kau titipkan tutur nan penuh hikmah. Moga ia berkenan aku tuliskan namanya dalam catatan cinta-Mu ini...pada akhirnya, hanya Engkaulah sebagai sandaran. Bukankah, Inna ilallaha laa yuhliful mi'aad ( sesungguhnya Allah tidak pernh mengingkari janji-Nya) QS. Al-Imran 3 : 9 pun juga kusadar bahwa "sesunggunnya Allah tidak berbuat dzolim kepada manusia sedikitpun" (QS. Yunus : 44).

Aku cinta padamu Ya Rabb...cinta yang tak akan pernah mengecewakan :)

Jakarta, 24 Mei 2013
Dalam senyum & air mata yang berebut, temani jemari berkisah