TEORI KONSTRUKTIVISME
Disusun
oleh :
Nama :
Suci Pratiwi Agustin
NIM :
1113016300008
Kelas
: Fisika 2 A
Semester : II
Program
Studi : Pendidikan Fisika
Fakultas
: FITK (Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan)
Universits : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Latar belakang
Teori
Konstuktivisme bagi saya pribadi teori yang satu ini amatlah unik dan
mengasyikan tidak monoton karena adanya peran aktif siswa dalam pembelajaran di
sekolah. Yang mana di kalangan para pendidik seringkali mendengar suatu pemikiran
mendalam tentang kalimat pertanyaan :
“ bagaimana siswa menjadi tahu apa yang
kita ketahui???”
jawaban pertama menyatakan bahwa pengetahuan secara utuh
dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran anak. Inilah jawaban umum yang dianut
dunia pendidikan hingga sekarang, terutama di negara yang kita tinggali ini di
Indonesia. Guru sebanyak mungkin memasukkan pengetahuan ke kepala siswa;
peneliti pendidikan selalu mencari cara terbaik untuk melakukannya.
Jawaban
kedua, yaitu jawaban dari para konstruktivisme, menyatakan bahwa pengetahuan
dibangun dalam pikiran anak. Pengetahuan model konstruktivisme inilah yang akan
mendasari pembahasan selanjutnya, dengan penekanan lebih pada pendidikan sains
sebab dalam bidang ini pulalah telah banyak penelitian dilakukan terlebih lagi
penulis sedang belajar di jurusan pendidikan fisika.
Tujuan Penulisan
- Dapat menjelaskan konsep teori konstruktivisme. (C2)
- Dapat menyebutkan tokoh-tokoh teori konstruktivisme beserta konsep pemikirannya (C1)
- Dapat merumuskan secara garis besar pembahasan dari teori konstruktivisme (A4)
- Dapat menyusun RPP sebagai latihan pengaplikasian teori kontruktivisme yang dikaitkan dengan bidang studi pendidikan fisika (P7)
A.
Teori
Konstuksi Pengetahuan
Penelitian-penelitian
pendidikan sains mengungkapkan bahwa belajar sains merupakan suatu proses
konstruktif yang menghendaki partisipasi siswa (Inhelder & Piaget, 1958;
Piaget, 1964). Menurut Bodner (1986). Konstruktivis yang pertama ialah Piaget,
walaupun perspektif konstruktivis sudah terungkap dalam tulisan Glambattista
Vico pada tahun 1970. Melalui perspektif piaget pengetahuan diperoleh menurut
proses kontruksi selama hidup melalui suatu proses ekuiblirasi antara skema
pengetahuan dan pengalaman baru. Antara perspektif Piaget dan perspektif
konstruktivis baru terdapat dua perbedaan. Piaget lebih memfokuskan pada general logical capabilities, sedangkan
perspektif barumenekankan domain specific
knowledge structures. Selain ini, penelitian-penelitian Piaget meliputi
konstruksi pengetahuan personal melalui interaksi individual dengan lingkungan,
sedangkan perspektif baru mengikutsertakan jugaproses-proses sosial dalam
konstruksi pengetahuan. dalam konstruksi pengetahuan, guru juga diharuskan
aktif. Menurut Duckwort (1986), guru harus aktif menemukan cara-cara untuk
memahami konsepsi siswa, menyarankan konsepsi alternatif, menstimulasi
keheranan di antara para siswa, dan mengembangkan tugas-tugas kelas yang
mengarah pada konstruksi pengetahuan.
Pengertian Teori Belajar
Konstruktivisme
1.
Teori
Belajar Konstruktivisme Jean Piaget
Piaget
yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159) menegaskan bahwa
penekanan teori kontruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau
pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan. Peran guru dalam pembelajaran
menurut teori kontruktivisme adalah sebagai fasilitator atau moderator.
Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang
dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu
pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan
akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya.
Proses
mengkonstruksi, sebagaimana dijelaskan Jean Piaget adalah sebagai berikut:
a) Skemata
Sekumpulan
konsep yang digunakan ketika
berinteraksi dengan lingkungan disebut dengan skemata. Contoh permisalan :
Sejak
kecil anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan skema
(schema). Skema terbentuk karena pengalaman. Misalnya, anak senang bermain
dengan kucing dan kelinci yang sama-sama berbulu putih. Berkat keseringannya,
ia dapat menangkap perbedaan keduanya, yaitu bahwa kucing berkaki empat dan
kelinci berkaki dua. Pada akhirnya, berkat pengalaman itulah dalam struktur
kognitif anak terbentuk skema tentang binatang berkaki empat dan binatang
berkaki dua. Semakin dewasa anak, maka semakin sempunalah skema yang
dimilikinya. Proses penyempurnaan sekema dilakukan melalui proses asimilasi dan
akomodasi.
b) Asimilasi
Asimilasi
adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep
ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam
pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan
dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah
ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan
perubahan/pergantian skemata melainkan perkembangan skemata. Asimilasi adalah
salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri
dengan lingkungan baru pengertian orang itu berkembang.
c) Akomodasi
Dalam
menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat
mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dipunyai.
Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang
telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi
tejadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau
memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.
d) Keseimbangan
Ekuilibrasi
adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sedangkan diskuilibrasi
adalah keadaan dimana tidak seimbangnya antara proses asimilasi dan akomodasi,
ekuilibrasi dapat membuat seseorang menyatukan pengalaman luar dengan struktur
dalamnya.
Piaget membagi fase perkembangan
manusia ke dalam empat perkembangan yang tertera dalam table di bawah ini:
Tahapan
|
Usia
|
Gambaran
|
Sensorimotor
|
0-2
|
Bayi bergerak dari tindakan reflek instingtif pada
saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu
pemahaman tentang dunia melaluipengoorgadinasian pengalaman-pengalaman
sensor dengan tindakan fisik
|
Operational
|
2-7
|
Anak mulai merepresentasikan dunia denan kata-kata
dan gambar-gambar.
|
Concerte operational
|
7-11
|
Pada saat ini anak dapat berpikir secara logis
mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret
|
Formal operational
|
11-15
|
Anak remaja berpikir dengan cara yang lebih abstrak
dan logis. Pemikiran lebih idealistik
|
2.
Teori
Belajar Konstruktivisme Vygotsky
Ratumanan
(2004:45) mengemukakan bahwa karya Vygotsky didasarkan pada dua ide utama.
Pertama, perkembangan intelektual dapat dipahami hanya bila ditinjau dari
konteks historis dan budaya pengalaman anak. Kedua, perkembangan bergantung
pada sistem-sistem isyarat mengacu pada simbol-simbol yang diciptakan oleh
budaya untuk membantu orang berfikir, berkomunikasi dan memecahkan masalah,
dengan demikian perkembangan kognitif
anak mensyaratkan sistem komunikasi
budaya dan belajar menggunakan sistem-sistem ini untuk menyesuaikan proses-proses berfikir
diri sendiri.
Menurut
Slavin (Ratumanan, 2004:49) ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam
pendidikan. Pertama, dikehendakinya setting kelas berbentuk pembelajaran
kooperatif antar kelompok-kelompok siswa dengan kemampuan yang berbeda,
sehingga siswa dapat berinteraksi dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit dan
saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam
daerah pengembangan terdekat/proksimal masing-masing. Kedua, pendekatan
Vygotsky dalam pembelajaran menekankan perancahan (scaffolding). Dengan
scaffolding, semakin lama siswa semakin dapat mengambil tanggungjawab untuk
pembelajarannya sendiri.
a. Pengelolaan
pembelajaran
Interaksi
sosial individu dengan lingkungannya sengat mempengaruhi perkembanganbelajar
seseorang, sehingga perkemkembangan sifat-sifat dan jenis manusia akan
dipengaruhi oleh kedua unsur tersebut. Menurut Vygotsky dalam Slavin (2000),
peserta didik melaksanakan aktivitas belajar melalui interaksi dengan orang
dewasa dan teman sejawat yang mempunyai kemampuan lebih. Interaksi sosial ini
memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual peserta
didik.
b. Pemberian
bimbingan
Menurut
Vygotsky, tujuan belajar akan tercapai dengan belajar menyelesaikan tugas-tugas
yang belum dipelajari tetapi tugas-tugas tersebut masih berada dalam daerah
perkembangan terdekat mereka (Wersch,1985), yaitu tugas-tugas yang terletak di
atas peringkat perkembangannya. Menurut Vygotsky, pada saat peserta didik
melaksanakan aktivitas di dalam daerah perkembangan terdekat mereka, tugas yang
tidak dapat diselesaikan sendiri akan dapat mereka selesaikan dengan bimbingan
atau bantuan orang lain.
Berkaitan
dengan pembelajaran, Vygotsky mengemukakan empat prinsip seperti yang dikutip
oleh (Slavin, 2000: 256) yaitu:
1) pembelajaran
sosial (social leaning)
Pendekatan
pembelajaran yang dipandang sesuai adalah pembelajaran kooperatif. Vygotsky
menyatakan bahwa siswa belajar melalui interaksi bersama dengan orang dewasa
atau teman yang lebih mengerti.
2) ZPD
(zone of proximal development)
Bahwa
siswa akan dapat mempelajari konsep-konsep dengan baik jika berada dalam ZPD.
Siswa bekerja dalam ZPD jika siswa tidak dapat memecahkan masalah sendiri,
tetapi dapat memecahkan masalah itu setelah mendapat bantuan orang dewasa atau
temannya. Bantuan atau support dimaksud agar si anak mampu untuk mengerjakan
tugas-tugas atau soal-soal yang lebih tinggi tingkat kerumitannya dari pada
tingkat perkembangan kognitif si anak.
3) Masa
Magang Kognitif (cognitif apprenticeship)
Suatu
proses yang menjadikan siswa sedikit demi sedikit memperoleh kecakapan
intelektual melalui interaksi dengan orang yang lebih ahli, orang dewasa, atau
teman yang lebih pandai.
4) Pembelajaran
Termediasi (mediated learning).
Vygostky
menekankan pada scaffolding. Siswa diberi masalah yang kompleks, sulit, dan
realistik, dan kemudian diberi bantuan secukupnya dalam memecahkan masalah
siswa.
Implikasi Konstruktivisme dalam
Pembelajaran
Pada
kesimpulannya Teori kontruktivisme ini menekankan pada :
Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak (Poedjiadi, 1999: 63) adalah sebagai berikut:
a) Pembinaan
pengetahuan oleh murid
b) Murid
dapat membina pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan yang sudah ada pada mereka.
c) Murid dapat mengaitkan pembelajaran baru dengan
pembelajaran lama yang sedia ada
Dengan
menggunakan Teori Konstuktivis Piaget
disarankan sekurang-kurangnya lima cara bagaimana guru dapat membantu murid-murid mencapai perkembangan kognitif yang optimum, diantaranya :
disarankan sekurang-kurangnya lima cara bagaimana guru dapat membantu murid-murid mencapai perkembangan kognitif yang optimum, diantaranya :
1. Pengalaman
belajar yang bermakna
a. Segala
kegiatan yang dilakukan di dalam perancangan pengajaran dirancang agar bermakna
untuk murid. Oleh
itu, minat dan sikap murid juga dijadikan bahan pertimbangan dalam merancang
pembelajaran.
Contoh:
mengaitkan pelajaran yang diajar dengan kehidupan seharian
2. Mempunyai
hubungan sosial yang baik
a. Diberi
kesempatan untuk berinteraksi secara produktif sesama murid serta guru.
b. Memberi
kesempatan murid untuk bekerja dalam pelbagai konteks sosial. Secara tidak
langsung, interaksi dua hala berlaku.
Contoh:
bekerja secara berpasangan ataupun berkumpulan selain melakukannya secara
individu
3. Memanfaatkan
pengalaman awal murid
a. Harus
memerhatikan pengetahuan awal murid untuk memudahkannya memperolehi pengetahuan
yang lain.
Contoh
: meminta murid untuk menggambar alat optik yang mereka tahu sambil dikenalkan
berbagai jenis alat optik yang lainnya
4. Penglibatan
semua murid
a. Dapat
melibatkan interaksi dua hal, antara guru dan murid
b. Mengeratkan
hubungan silaturrahim di kalangan
murid-murid.
c. Dapat
berkongsi idea serta mendapatkan pengetahuan dengan cara diskusi
Contoh:
menjawab soal yang ditujukan kesemua murid dikelas seperti kuis
5. Menyediakan
Kelas yang Kondusif meliputi 3 aspek :
- Sosial contohnya guru mempunyai hubungan sosial yang baik dengan muridnya
- Emosi contohnya cara guru mengajar siswa di kelas
-
Fisik contohnya penataan kursi, meja dan segala bentuk fasilitas di ruangan kelas
Implikasi Teori Pembelajaran
Vygotsky kepada guru dalam melaksanakan proses pengajaran
1. Memberi
Ajakan dan Pembiasaan
a. Mengajak
pelajar yang mahir membantu rekan belajarnya yang kurang mahir.
b. Guru
menggunakan strategi pengajaran yang koperatif dan kolaboratif serta pengajaran
secara berkelompok.
c. Bentuklah
kumpulan heterogenus yaitu : dimana anak-anak dengan tahap kemahiran yang
berbeda diletakkan dalam satu kumpulan.
2. Memberi
pujian yang jelas dan sistematik
a. Guru
perlu menentukan bahawa pujian diberi dengan betul dan bersesuaian dengan
tingkah laku murid.
b. Murid
akan berasa dihargai dan bersemangat untuk belajar tentang sesuatu perkara.
c. Arahan
yang bermakna
d. Guru
memberikan arahan yang jelas dan bermakna yang seboleh-bolehnya mempunyai
kaitan antara pengajaran dengan kehidupan seharian anak-anak.
e. Kurangkan
penghafalan dan bimbing anak-anak untuk mengaplikasikan pengetahuan mereka
kepada pengalaman yang sebenarnya
Contoh aktivitas :
pengajaran tentang alat optik di sekolah.
3. Kaitkan
pembelajaran dengan pengalaman sebenarnya
a. Murid-
murid dapat memahami sesuatu pembelajaran baru dengan mudah kerana pengalaman
yang telah dilalui.
b. Contoh
: Guru menyuruh murid mengira-ngira apa saja yang termasuk alat optik dalam
kehidupan sehari-hari
4. Pembiasaan
berbicara sendiri
a. Guru
membiasakan anak-anak berbicara sendiri sewaktu menyelesaikan sesuatu masalah.
b. Biasakan
anak-anak untuk merealisasikan idea semasa berbicara sendiri ke dalam situasi
yang memerlukan penyelesaian.
Contoh
aktivitas : penulisan esei pendek bertajuk “Aku Sebatang Pena”.
Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak (Poedjiadi, 1999: 63) adalah sebagai berikut:
1) tujuan
pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu
atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan
yang dihadapi,
2) kurikulum
dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan
pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu,
latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan
menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari dan
3) peserta
didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi
dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang
membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri
peserta didik.
Dikatakan
juga bahwa pembelajaran yang memenuhi metode konstruktivis hendaknya memenuhi
beberapa prinsip, yaitu:
a. menyediakan
pengalaman belajar yang menjadikan peserta didik dapat melakukan konstruksi pengetahuan;
b. pembelajaran
dilaksanakan dengan mengkaitkan kepada kehidupan nyata;
c. pembelajaran
dilakukan dengan mengkaitkan kepada kenyataan yang sesuai;
d. memotivasi
peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran;
e. pembelajaran
dilaksanakan dengan menyesuaikan kepada kehidupan social peserta didik;
f. pembelajaran
menggunakan barbagia sarana;
g. melibatkan
peringkat emosional peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan peserta
didik (Knuth & Cunningham,1996).
Yang
terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran,
siswa yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau
orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya.
Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan.
Kreativitas
dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan
kognitif siswa sehingga belajar lebih diarahkan pada experimental learning
yaitu merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit di
laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian dikontemplasikan dan
dijadikan ide dan pengembangan konsep baru.
Beberapa
hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik, yaitu:
1) mengutamakan
pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan.
2) mengutamakan
proses,
3) menanamkan
pembelajran dalam konteks pengalaman sosial,
4) pembelajaran
dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman
Aspek-Aspek Pembelajaran
Konstruktivistik
a. Asimilasi
Asimilasi
adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep
ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam
pikirannya.
b. Akomodasi
Akomodasi
terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau
memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.
Teori
Vygotsky juga beranggapan bahwa pembelajaran terjadi apabila anak-anak bekerja
atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu
masih berada dalam jangkauan kemampuannya (zone of proximal development), yaitu
perkembangan kemampuan siswa sedikit di atas kemampuan yang sudah dimilikinya.
Vygotsky menjelaskan bahwa proses belajar terjadi pada dua tahap: tahap pertama
terjadi pada saat berkolaborasi dengan orang lain, dan tahap berikutnya
dilakukan secara individual yang di dalamnya terjadi proses internalisasi. Selama
proses interaksi terjadi, baik antara guru-siswa maupun antar siswa, kemampuan
seperti saling menghargai, menguji kebenaran pernyataan pihak lain,
bernegosiasi, dan saling mengadopsi pendapat dapat berkembang.
Ayat Al-Qur’an dan Hadist yang
berkaitan dengan teori kontruktivisme
Berdasarkan
teori kontruktivisme yang telah dibahas dapat kita ambil pokok penekanan dalam
teori ini terutama pada siswa, diantaranya :
• Menekankan
pada proses belajar, bukan proses mangajar.
• Mendorong
terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa.
• Menghargai
peranan pengalaman kritis dalam belajar.
• Mendorong
berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa.
• Peniaian
belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa.
• Sangat
mendukung terjadinya belajar kooperatif. Melibatkan siswa dalam situasi dunia
nyata
pada gambar
secara keseluruhan point di atas melibatkan proses berfikir dan banyak sekali
ayat-ayat Al-Qur’an yang memerintahkan kita untuk berfikir, sebagaimana firman Allah
SWT:
“Yaitu orang –orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi ( seraya berkata):” ya Tuhan
Kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia maha suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa Neraka” (QS.Ali Imran (3):191)
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam
dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia,
dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia
hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis
hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi;
sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.”
(QS.Al-Baqarah:164)
“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di
bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”
(QS. Al Jaatsiyah 13)
“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan
kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang
tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian
tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
berfikir.” (QS.Ar Ra’d:4)
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berfikir.” (QS. Ar Rum 21)
Jelas
sekali bahwa dalam islam Al-Qur’an meletakan kaidah dasar untuk berfikir
Ilmiah, yaitu sebuah proses berfikir yang diawali dengan pengamatan, menghimpun
data, menarik kesimpulan, dan memverifikasi kembali dan bahkan Al –Quran sangat
menekankan sekali agar manusia untuk kreatif, dan berkarya. Dengan hasil
pemikirannya tersebut, dan ini terbukti banyak sekali bermunculan tokoh-tokoh
atai ilmuan –ilmuan Islam seperti Ibnu Sina, Imam Al-Ghazali, Ibnu Rusyd dan
lain-lain. Dalam hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Ra. Bahwa
Rasulullah SAW bersabda :
“ Berfikir selama sesaat lebih baik
daripada beribadah selama satu tahun”
ini
menandakan betapa penting manusia untuk mengembangkan daya fikirnya, sehingga
akan melihat selain Nikmat-Nikmat Allah juga tanda-tanda kebesaran Allah yang
tidak terhingga dan itu bermanfaat untuk manusia. Dan dengan menggunakan teori
kontruktivisme dalam pembelajaran diharapkan memberi motivasi dan semangat pada
siswa untuk terus belajar mengembangkan daya fikirnya, menghasilkan sesuatu
pengetahuan dan bermanfaat bagi manusia.
LATIHAN MEMBUAT RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN (RPP) MENGGUNAKAN TEORI KONTRUKTIVISME
Satuan
Pendidikan: Sekolah Menengah Pertama
Mata Pelajaran : IPA (fisika)
Kelas / Semester : VIII / Semester 2 Sub
Materi
Pokok : Mata sebagai alat optik dan alat indera
Alokasi Waktu : 4 x 40 menit (2 X TATAP MUKA)
Alokasi Waktu : 4 x 40 menit (2 X TATAP MUKA)
A.
KOMPETENSI
DASAR DAN INDIKATOR
1.1 Membuktikan
keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan kimiawi,
kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam lingkungan serta
mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya Indikator:
1) Membenarkan
mata sebagai alat indera ciptaan Tuhan (A4)
2.1 Menunjukkan
perilaku ilmiah dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap
dalam melakukan pengamatan, percobaan dan/atau berdiskusi. Indikator:
1) Menyatakan
rasa ingin tahu (A5)
2) Menunjukkan
ketekunan dan tanggungjawab dalam belajar dan bekerja baik secara individu
maupun berkelompok (A3)
3.1 Mendeskripsikan
sifat-sifat cahaya, pembentukan bayangan, serta aplikasinya untuk menjelaskan
penglihatan manusia, struktur mata pada hewan, dan prinsip kerja alat optik
Indikator:
1) Menjelaskan
proses pembentukan bayangan pada mata manusia (C2)
2) Menjelaskan
kegunaan bagian-bagian mata(C2)
3) Menguraikan
daya akomodasi mata (C2)
4) Mengidentifikasi
penyebab kelainan-kelainan pada mata dan cara mengatasinya (C1)
5) Membandingkan
pembentukan bayangan pada mata manusia dengan mata faset pada insekta(C4)
4.1 Membuat
laporan hasil penyelidikan tentang pembentukan bayangan pada cermin dan lensa.
Indikator:
1) Mendemontrasikan
laporan sederhana hasil pengamatan pembentukan bayangan pada model mata manusia
dan mata faset serangga (P4)
2) Mempraktekkan
tes mata menggunakan charta alat tes (P3)
B.
TUJUAN
PEMBELAJARAN
1) Diberikan
kesempatan mengamati proses pembentukan bayangan pada model mata manusia dan
mata serangga, siswa menunjukkan kekaguman terhadap mata sebagai alat indera.
mengagumi mata sebagai alat indera ciptaan Tuhan
PB
: perkembangan nilai, moral dan sikap
Penjelasannya, setiap
individu mempunyai perbedaan dalam menyikapi nilai, moral dan sikap. Tergantung
dimana individu tersebut berada. Pada anak-anak beranggapan bahwa aturan-aturan
adalah pasti dan mutlak oleh karena diberikan orang dewasa atau Tuhan yang
tidak bisa diubah lagi (Kohlberg, 1963)
2) Diberikan
kesempatan mengamati proses pembentukan bayangan pada model mata manusia, mata
serangga, serta melakukan tes mata, siswa menunjukkan rasa ingin tahu
(curiosity)
PB
: Perkembangan Kognitif
Penjelasannya, Menurut
Chaplin dalam Dictionary of Psycologhy, kognisi adalah konsep umum yang
mencangkup seluruh bentuk pengenalan, termasuk didalamnya mengamati,
memerhatikan, menyangka, membayangkan, menduga dan menilai. ( Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik
(Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2010), h.98)
3) Siswa
menunjukkan ketekunan dalam melakukan pengamatan dan menuliskan laporan proses
pembentukan bayangan pada model mata manusia, mata serangga, dan tes mata.
PB
: Perkembangan, nilai, moral dan sikap
Penjelasan, Fishbein
(1975) mendefinisikan sikap adalah presdeposisi emosional yang dipelajari untuk
merespon secara konsisten terhadap suatu objek.
4) Siswa
menunjukkan tanggungjawab dalam belajar dan bekerja, baik secara individu
maupun berkelompok
PB
: Teori Bakat Multiple Intelligence
Penjelasan, Intelegensi
Interpersonal
Kecerdasan yang
berhubungan dengan keterampilan dan kemampuan individu untuk bekerjasama,
kemampuan berkomunikasi baik secara verbal maupun non-verbal. Seseorang dengan
tingkat kecerdasan Intrapersonal yang tinggi biasanya mampu membaca suasana
hati, perangai, motivasi dan tujuan yang ada pada orang lain. Pribadi dengan
Potensi Intelegensi Interpersonal yang tinggi biasanya mempunyai rasa empati
yang tinggi. (Boost Your Intelligence
karya Harry Alder)
5) Diberikan
gambar mata manusia, siswa dapat menggambarkan jalan sinar utama sehingga membentuk
bayangan
PB
: Teori Bakat Multiple Intelligence
Penjelasannya, Intelegensi
Visual Spasial
Kecerdasan yang
berhubungan dengan seni visual seperti melukis, menggambar dan memahat. Selain
itu juga kemampuan navigasi, peta, arsitek dan kemampuan membayangkan
objek-objek dari sudut pandang yang berbeda. (Boost Your Intelligence karya Harry Alder) dan pada saat siswa
dapat menggambarkan jalan sinar bayangan berari sedang dilatih Intelegensi
Visual Spasial
6) Diberikan
gambar mata manusia, siswa dapat menjelaskan fungsi bagian-bagiannya
PB
: Teori Perkembangan Kognitif
Penjelasan, Brunner
mengemukakan belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan.
Ketiga proses itu ialah : memperoleh informasi baru, transformasi informasi,
menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan ( Bruner, 1973)
7) Diberikan
gambar sumber cahaya dan lubang sebagai model mata facet pada serangga, siswa
dapat menggambarkan proses pembentukan bayangannya
PB
: Teori Bakat Multiple Intelligence
Penjelasannya, Intelegensi
Visual Spasial
Kecerdasan yang
berhubungan dengan seni visual seperti melukis, menggambar dan memahat. Selain
itu juga kemampuan navigasi, peta, arsitek dan kemampuan membayangkan
objek-objek dari sudut pandang yang berbeda. (Boost Your Intelligence karya Harry Alder) dan pada saat siswa
dapat menggambarkan jalan sinar bayangan berari sedang dilatih Intelegensi
Visual Spasial
8) Diberikan
beberapa gambar cacat mata siswa dapat menjelaskan perbedaan penyebabnya
PB
: Teori Perkembangan Kognitif
Penjelasan, Brunner
mengemukakan belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan.
Ketiga proses itu ialah : memperoleh informasi baru, transformasi informasi,
menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan ( Bruner, 1973)
9) Diberikan
beberapa gambar cacat mata siswa dapat menggambar pembentukan bayangan yang
menyebabkan cacat mata
PB
: Teori Bakat Multiple Intelligence
Penjelasannya, Intelegensi
Visual Spasial
Kecerdasan yang
berhubungan dengan seni visual seperti melukis, menggambar dan memahat. Selain
itu juga kemampuan navigasi, peta, arsitek dan kemampuan membayangkan
objek-objek dari sudut pandang yang berbeda. (Boost Your Intelligence karya Harry Alder) dan pada saat siswa
dapat menggambarkan jalan sinar bayangan berari sedang dilatih Intelegensi Visual
Spasial
10) Diberikan
gambar cacat mata siswa dapat memutuskan jenis kaca mata yang digunakan untuk
mengoreksi cacat mata tersebut dengan menggambar pembentukan bayangan yang
tepat
PB
: Perkembangan Kognitif
Mayers menjelaskan bahwa kognisi merupakan kemampuan
membayangkan dan menggambarkan benda atau peristiwa dalam ingatan (Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik
(Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2010), h.98)
11) Siswa
dapat membuat laporan sederhana dengan tulisan tangan hasil pengamatan proses
pembentukan bayangan pada model mata manusia dan mata serangga
PB
: Perkembangan Psikomotorik
Penjelasan, dalam teori
perkembangan psikomotorik secara singkat, motor dapat pula difahami sebagai
segala keadaan yang meningkatkan atau menghasilkan stimulasi atau rangsangan
terhadap kegiatan organ-organ fisik (Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Ctk. 18 hal.59)
12) Diberikan
alat tes charta untuk mata, siswa dapat menyelidiki kenormalan mata.
PB
: Perkembangan Kognitif
Penjelasannya, Menurut Chaplin
dalam Dictionary of Psycologhy, kognisi adalah konsep umum yang mencangkup seluruh
bentuk pengenalan, termasuk didalamnya mengamati, memerhatikan, menyangka,
membayangkan, menduga dan menilai. ( Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya, 2010), h.98)
C.
MATERI
PEMBELAJARAN
1) Proses
pembentukan pada mata manusia
2) Proses
pembentukan pada mata serangga
3) Bagian-bagian
mata dan kegunaannya
4) Cacat
mata
5) Kaca
mata
D.
METODE
PEMBELAJARAN
Pendekatan
: Keterampilan Proses Model : Siklus Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi
Metode
: discovery dan diskusi
E. MEDIA, ALAT, DAN SUMBER PEMBELAJARAN
1. Media
1) Charta atau Torso Mata
2. Alat dan Bahan (untuk setiap kelompok)
No.
|
Jenis
|
Jumlah
|
No
|
Jenis
|
Jumlah
|
1.
|
Mata
manusia
|
1
|
6
|
Layar
(kertas)
|
1
|
2.
|
Mata
serangga
|
1
|
7
|
Sedotan
|
25
|
3.
|
Lup
|
1
|
8
|
Charta
tes mata
|
1
|
4.
|
Lensa
cembung
|
1
|
9
|
Kertas
karton
|
1
|
5.
|
Lilin
|
1
|
10
|
Meteran
ukur
|
1
|
3. Sumber
Belajar
a) Buku
Siswa
b) LKS
c) Mata
manusia dan mata serangga
F.
KEGIATAN
PEMBELAJARAN
PERTEMUAN I
a. Pendahuluan
( 10 menit )
1) Pemusatan
perhatian dan pemotivasian: mengilustrasikan kegiatan yang melibatkan mata
sebagai indera penglihatan, kemudian menunjukkan serangga dan menanyakan apakah
perbedaan antara mata manusia dengan mata serangga?
2) Apersepsi:
bertanya jawab tentang proses pembentukan bayangan pada lensa
3) Guru
menyampaikan garis besar tujuan pembelajaran
b. Kegiatan
Inti ( 60 menit )
1) Menyampaikan
informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan siswa dalam kelompok (mengamati
mata dengan lup, mengamati pembentukan bayangan pada manusia dan pada serangga,
dan menghasilkan laporan pengamatan).
2) Membagi
siswa dalam kelompok (5-6 siswa/kelompok) dan mendistribusikan alat dan bahan
kepada kelompok.
3) Membimbing
kelompok dalam melakukan pengamatan terhadap bagian luar mata manusia dan mata
serangga dengan menggunakan lup, menggambarkan hasil pengamatannya, dan
mengidentifikasikan perbedaannya
4) Membimbing
kelompok merumuskan pertanyaan (questioning), apakah perbedaan mata manusia dan
mata serangga tersebut juga berpengaruh terhadap proses pembentukan bayangan
pada mata manusia dan mata serangga
5) Membimbing
kelompok menemukan bagian esensi dalam proses pembentukan bayangan pada mata
manusia (lensa) dan serangga (kumpulan lubang-lubang kecil), dan merumuskan
jawaban sementara (berhipotesis).
6) Membimbing
kelompok mengamati proses pembentukan bayangan pada lensa (sebagai analogi mata
manusia) dan proses pembentukan bayangan oleh kumpulan sedotan (sebagai analogi
mata faset serangga)
7) Pembimbing
kelompok menyajikan hasil pengamatan, termasuk menggambarkan proses pembentukan
bayangan oleh lensa dan oleh kumpulan sedotan.
8) Memberi
kesempatan kelompok untuk mempresentasikan hasilnya dan ditanggapi kelompok
lain, dan menemukan simpulan bersama tentang perbedaan mata manusia dan mata
serangga dalam proses pembentukan bayangan.
9) Catatan:
sembari melakukan proses pembimbingan, guru melakukan penilaian sikap dengan
dipandu instrumen lembar penilaian sikap
10) Memberikan
kesempatan siswa untuk membaca dan menggarisbawahi kata-kata penting seperti
bagian-bagian mata dan fungsinya, mekanisme melihat, dan gangguan pada mata, dan memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengamati torso mata.
c. Kegiatan
Penutup ( 5 menit )
1) Bersama
siswa menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini, serta mendorong siswa untuk
selalu bersyukur atas karunia Tuhan berupa alat penglihatan.
2) Guru
memberikan penghargaan (misalnya pujian atau bentuk penghargaan lain yang
relevan) kepada kelompok yang berkinerja baik
PERTEMUAN II
a. Pendahuluan
( 10 menit )
1) Pemotivasian:
menunjukkan kaca mata dan menanyakan mengapa kita ada yang menggunakan kaca
mata, serta jenis-jenis kacamata yang dikenali.
2) Apersepsi:
bertanya jawab tentang proses pembentukan bayangan pada mata manusia
3) Guru
menyampaikan garis besar tujuan pembelajaran
b. Kegiatan
Inti ( 60 menit )
1) Menyampaikan
informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan siswa dalam kelompok (melakukan
tes mata, mengidentifikasikan cacat mata dan penyebabnya, mendiskusikan cara
mengatasinya, Buku Siswa halaman .....).
2) Membagi
siswa dalam kelompok (5-6 siswa/kelompok) dan mendistribusikan alat dan bahan
kepada kelompok.
3) Membimbing
kelompok dalam melakukan pengamatan terhadap huruf-huruf pada charta tes mata.
4) Membimbing
kelompok merumuskan pertanyaan (questioning), apakah ada perbedaan mata manusia
satu dengan yang lain terhadap hasil penglihatannya pada obyek pada jarak
tertentu.
5) Membimbing
kelompok merumuskan jawaban sementara (berhipotesis).
6) Membimbing
kelompok melakukan observasi, yakni melakukan tes penglihatan.
7) Membimbing
kelompok menganalisis dan merumuskan simpulan.
8) Memberi
kesempatan kelompok untuk melakukan pendalaman (elaborasi) lebih lanjut, dengan
membaca dan membuat peta pikiran tentang cacat mata dan upaya mengatasinya
9) Meminta
kelompok mempresentasikan hasil kegiatannya (tes penglihatan dan peta pikiran
tentang cacat mata dan upaya mengatasinya) dan ditanggapi kelompok lain (termasuk
membimbing cara membuat pertanyaan).
Catatan:
sembari melakukan proses pembimbingan, guru melakukan penilaian sikap dengan
dipandu instrumen lembar penilaian sikap
c.
Kegiatan
Penutup ( 10 menit )
1) Bersama
siswa menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini dengan menggunakan kiat
pengelompokan (Clustering), serta mendorong siswa untuk selalu bersyukur atas
karunia Tuhan berupa alat penglihatan.
PB
: Cara Mengatasi Lupa dan Jenuh dalam Belajar
Penjelasan, cara
mengatasi lupa menurut Barlow, Reber dan Anderson salah satu kiat-kiat nya
yaitu dengan Menemonic Device atau muslihat memori lebih sering disebut
mnemonic saja berarti kiat-kiat khusus yang bisa dijadikan “alat pengait”
mental untuk memasukan item-item informasi kedalam memori siswa yang salah satu
kiatnya yaitu pengelompokkan (Clustering) adalah menata ulang item-item materi
menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis.
2) Memberikan
penghargaan (misalnya pujian atau bentuk penghargaan lain yang relevan) kepada
kelompok yang berkinerja baik dan juga memberi semangat pada kelompok yang lain
untuk bisa lebih baik lagi
PB
: Motivasi Belajar
Motivasi dapat didefinisikan
sebagai proses psikologi yang menghasilkan suatu intensitas, arah dan ketekunan
individual dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan. Kemudian motif adalah
segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu salah
satunya dengan memberikan pujian. Atau seperti yang dikatakan Sertain motif
adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan
tingkah laku/perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyo, Agus N. 2013.
Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar. Yogyakarta: Diva Press
Brennan, James F. 2006.
Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Hasan, P. D. 2008.
Evaluasi Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Suparno. 1997. Filsafat
Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius
Suyono dan Hariyanto.
2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung: Rosda
untuk gambar yang tidak
mencantumkan sumber karena hasil pengeditan sendiri menggunakan microsoft power
point