Sabtu, 28 Juni 2014

Teori Kontruktivisme


TEORI KONSTRUKTIVISME
Disusun oleh   :
Nama               : Suci Pratiwi Agustin
NIM                : 1113016300008
Kelas               : Fisika 2 A
Semester          : II
Program Studi : Pendidikan Fisika
Fakultas           : FITK (Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan)
Universits        : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Latar belakang
Teori Konstuktivisme bagi saya pribadi teori yang satu ini amatlah unik dan mengasyikan tidak monoton karena adanya peran aktif siswa dalam pembelajaran di sekolah. Yang mana di kalangan para pendidik seringkali mendengar suatu pemikiran mendalam tentang kalimat pertanyaan :
 “ bagaimana siswa menjadi tahu apa yang kita ketahui???” 
jawaban pertama menyatakan bahwa pengetahuan secara utuh dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran anak. Inilah jawaban umum yang dianut dunia pendidikan hingga sekarang, terutama di negara yang kita tinggali ini di Indonesia. Guru sebanyak mungkin memasukkan pengetahuan ke kepala siswa; peneliti pendidikan selalu mencari cara terbaik untuk melakukannya.
Jawaban kedua, yaitu jawaban dari para konstruktivisme, menyatakan bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran anak. Pengetahuan model konstruktivisme inilah yang akan mendasari pembahasan selanjutnya, dengan penekanan lebih pada pendidikan sains sebab dalam bidang ini pulalah telah banyak penelitian dilakukan terlebih lagi penulis sedang belajar di jurusan pendidikan fisika.
Tujuan Penulisan
  1. Dapat menjelaskan konsep teori konstruktivisme. (C2)
  2. Dapat menyebutkan tokoh-tokoh teori konstruktivisme beserta konsep pemikirannya (C1)
  3. Dapat merumuskan secara garis besar pembahasan dari teori konstruktivisme (A4)
  4. Dapat menyusun RPP sebagai latihan pengaplikasian teori kontruktivisme yang dikaitkan dengan bidang studi pendidikan fisika (P7)
A.    Teori Konstuksi Pengetahuan
Penelitian-penelitian pendidikan sains mengungkapkan bahwa belajar sains merupakan suatu proses konstruktif yang menghendaki partisipasi siswa (Inhelder & Piaget, 1958; Piaget, 1964). Menurut Bodner (1986). Konstruktivis yang pertama ialah Piaget, walaupun perspektif konstruktivis sudah terungkap dalam tulisan Glambattista Vico pada tahun 1970. Melalui perspektif piaget pengetahuan diperoleh menurut proses kontruksi selama hidup melalui suatu proses ekuiblirasi antara skema pengetahuan dan pengalaman baru. Antara perspektif Piaget dan perspektif konstruktivis baru terdapat dua perbedaan. Piaget lebih memfokuskan pada general logical capabilities, sedangkan perspektif barumenekankan domain specific knowledge structures. Selain ini, penelitian-penelitian Piaget meliputi konstruksi pengetahuan personal melalui interaksi individual dengan lingkungan, sedangkan perspektif baru mengikutsertakan jugaproses-proses sosial dalam konstruksi pengetahuan. dalam konstruksi pengetahuan, guru juga diharuskan aktif. Menurut Duckwort (1986), guru harus aktif menemukan cara-cara untuk memahami konsepsi siswa, menyarankan konsepsi alternatif, menstimulasi keheranan di antara para siswa, dan mengembangkan tugas-tugas kelas yang mengarah pada konstruksi pengetahuan.
Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme
1.      Teori Belajar Konstruktivisme Jean Piaget

Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159) menegaskan bahwa penekanan teori kontruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan. Peran guru dalam pembelajaran menurut teori kontruktivisme adalah sebagai fasilitator atau moderator. Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya.
Proses mengkonstruksi, sebagaimana dijelaskan Jean Piaget adalah sebagai berikut:
a)      Skemata
Sekumpulan konsep yang digunakan  ketika berinteraksi dengan lingkungan disebut dengan skemata. Contoh permisalan :
Sejak kecil anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan skema (schema). Skema terbentuk karena pengalaman. Misalnya, anak senang bermain dengan kucing dan kelinci yang sama-sama berbulu putih. Berkat keseringannya, ia dapat menangkap perbedaan keduanya, yaitu bahwa kucing berkaki empat dan kelinci berkaki dua. Pada akhirnya, berkat pengalaman itulah dalam struktur kognitif anak terbentuk skema tentang binatang berkaki empat dan binatang berkaki dua. Semakin dewasa anak, maka semakin sempunalah skema yang dimilikinya. Proses penyempurnaan sekema dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi.
b)      Asimilasi
Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan/pergantian skemata melainkan perkembangan skemata. Asimilasi adalah salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru pengertian orang itu berkembang.
c)      Akomodasi
Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi tejadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.
d)     Keseimbangan
Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sedangkan diskuilibrasi adalah keadaan dimana tidak seimbangnya antara proses asimilasi dan akomodasi, ekuilibrasi dapat membuat seseorang menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya.
Piaget membagi fase perkembangan manusia ke dalam empat perkembangan yang tertera dalam table di bawah ini:


Tahapan
Usia
Gambaran
Sensorimotor
0-2
Bayi bergerak dari tindakan reflek instingtif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melaluipengoorgadinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik
Operational
2-7
Anak mulai merepresentasikan dunia denan kata-kata dan gambar-gambar.
Concerte operational
7-11
Pada saat ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret
Formal operational
11-15
Anak remaja berpikir dengan cara yang lebih abstrak dan logis. Pemikiran lebih idealistik


2.      Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky
Ratumanan (2004:45) mengemukakan bahwa karya Vygotsky didasarkan pada dua ide utama. Pertama, perkembangan intelektual dapat dipahami hanya bila ditinjau dari konteks historis dan budaya pengalaman anak. Kedua, perkembangan bergantung pada sistem-sistem isyarat mengacu pada simbol-simbol yang diciptakan oleh budaya untuk membantu orang berfikir, berkomunikasi dan memecahkan masalah, dengan demikian  perkembangan kognitif anak mensyaratkan sistem  komunikasi budaya dan belajar menggunakan sistem-sistem ini  untuk menyesuaikan proses-proses berfikir diri sendiri.
Menurut Slavin  (Ratumanan, 2004:49)  ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan. Pertama, dikehendakinya setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar kelompok-kelompok siswa dengan kemampuan yang berbeda, sehingga siswa dapat berinteraksi dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam daerah pengembangan terdekat/proksimal masing-masing. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan perancahan (scaffolding). Dengan scaffolding, semakin lama siswa semakin dapat mengambil tanggungjawab untuk pembelajarannya sendiri.
a.       Pengelolaan pembelajaran
Interaksi sosial individu dengan lingkungannya sengat mempengaruhi perkembanganbelajar seseorang, sehingga perkemkembangan sifat-sifat dan jenis manusia akan dipengaruhi oleh kedua unsur tersebut. Menurut Vygotsky dalam Slavin (2000), peserta didik melaksanakan aktivitas belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sejawat yang mempunyai kemampuan lebih. Interaksi sosial ini memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual peserta didik.
b.      Pemberian bimbingan
Menurut Vygotsky, tujuan belajar akan tercapai dengan belajar menyelesaikan tugas-tugas yang belum dipelajari tetapi tugas-tugas tersebut masih berada dalam daerah perkembangan terdekat mereka (Wersch,1985), yaitu tugas-tugas yang terletak di atas peringkat perkembangannya. Menurut Vygotsky, pada saat peserta didik melaksanakan aktivitas di dalam daerah perkembangan terdekat mereka, tugas yang tidak dapat diselesaikan sendiri akan dapat mereka selesaikan dengan bimbingan atau bantuan orang lain.

Berkaitan dengan pembelajaran, Vygotsky mengemukakan empat prinsip seperti yang dikutip oleh (Slavin, 2000: 256) yaitu:
1)      pembelajaran sosial (social leaning)
Pendekatan pembelajaran yang dipandang sesuai adalah pembelajaran kooperatif. Vygotsky menyatakan bahwa siswa belajar melalui interaksi bersama dengan orang dewasa atau teman yang lebih mengerti.
2)      ZPD (zone of proximal development)
Bahwa siswa akan dapat mempelajari konsep-konsep dengan baik jika berada dalam ZPD. Siswa bekerja dalam ZPD jika siswa tidak dapat memecahkan masalah sendiri, tetapi dapat memecahkan masalah itu setelah mendapat bantuan orang dewasa atau temannya. Bantuan atau support dimaksud agar si anak mampu untuk mengerjakan tugas-tugas atau soal-soal yang lebih tinggi tingkat kerumitannya dari pada tingkat perkembangan kognitif si anak.
3)      Masa Magang Kognitif (cognitif apprenticeship)
Suatu proses yang menjadikan siswa sedikit demi sedikit memperoleh kecakapan intelektual melalui interaksi dengan orang yang lebih ahli, orang dewasa, atau teman yang lebih pandai.
4)      Pembelajaran Termediasi (mediated learning).
Vygostky menekankan pada scaffolding. Siswa diberi masalah yang kompleks, sulit, dan realistik, dan kemudian diberi bantuan secukupnya dalam memecahkan masalah siswa.
Implikasi Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Pada kesimpulannya Teori kontruktivisme  ini menekankan pada :

a)      Pembinaan pengetahuan oleh murid

b)  Murid dapat membina pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan yang sudah ada pada mereka.

c)     Murid  dapat mengaitkan pembelajaran baru dengan pembelajaran lama yang sedia ada


Dengan menggunakan Teori Konstuktivis Piaget 
disarankan sekurang-kurangnya lima cara bagaimana guru dapat membantu murid-murid mencapai perkembangan kognitif yang optimum, diantaranya :


1.      Pengalaman belajar yang bermakna
a.     Segala kegiatan yang dilakukan di dalam perancangan pengajaran dirancang agar bermakna untuk murid. Oleh itu, minat dan sikap murid juga dijadikan bahan pertimbangan dalam merancang pembelajaran.
      Contoh: mengaitkan pelajaran yang diajar dengan kehidupan seharian
2.      Mempunyai hubungan sosial yang baik
a.       Diberi kesempatan untuk berinteraksi secara produktif sesama murid serta guru.
b.      Memberi kesempatan murid untuk bekerja dalam pelbagai konteks sosial. Secara tidak langsung, interaksi dua hala berlaku.
Contoh: bekerja secara berpasangan ataupun berkumpulan selain melakukannya secara individu
3.      Memanfaatkan pengalaman awal murid
a.    Harus memerhatikan pengetahuan awal murid untuk memudahkannya memperolehi pengetahuan yang lain.
Contoh : meminta murid untuk menggambar alat optik yang mereka tahu sambil dikenalkan berbagai jenis alat optik yang lainnya
4.      Penglibatan semua murid




      a.       Dapat melibatkan interaksi dua hal, antara guru dan murid

      b.      Mengeratkan hubungan silaturrahim  di kalangan murid-murid.

      c.      Dapat berkongsi idea serta mendapatkan pengetahuan dengan cara diskusi

Contoh: menjawab soal yang ditujukan kesemua murid dikelas seperti kuis

5.      Menyediakan Kelas yang Kondusif meliputi 3 aspek :

  1. Sosial contohnya guru mempunyai hubungan sosial yang baik dengan muridnya
  2. Emosi contohnya cara guru mengajar siswa di kelas
  3. Fisik contohnya penataan kursi, meja dan segala bentuk fasilitas di ruangan kelas

Implikasi Teori Pembelajaran Vygotsky kepada guru dalam melaksanakan proses pengajaran 

1.      Memberi Ajakan dan Pembiasaan
a.       Mengajak pelajar yang mahir membantu rekan belajarnya yang kurang mahir.
b.      Guru menggunakan strategi pengajaran yang koperatif dan kolaboratif serta pengajaran secara berkelompok.
c.       Bentuklah kumpulan heterogenus yaitu : dimana anak-anak dengan tahap kemahiran yang berbeda diletakkan dalam satu kumpulan.
2.      Memberi pujian yang jelas dan sistematik
a.       Guru perlu menentukan bahawa pujian diberi dengan betul dan bersesuaian dengan tingkah laku murid.
b.      Murid akan berasa dihargai dan bersemangat untuk belajar tentang sesuatu perkara.
c.       Arahan yang bermakna
d.      Guru memberikan arahan yang jelas dan bermakna yang seboleh-bolehnya mempunyai kaitan antara pengajaran dengan kehidupan seharian anak-anak.
e.       Kurangkan penghafalan dan bimbing anak-anak untuk mengaplikasikan pengetahuan mereka kepada pengalaman yang sebenarnya
Contoh aktivitas : pengajaran tentang alat optik di sekolah.
3.      Kaitkan pembelajaran dengan pengalaman sebenarnya
a.       Murid- murid dapat memahami sesuatu pembelajaran baru dengan mudah kerana pengalaman yang telah dilalui.
b.      Contoh : Guru menyuruh murid mengira-ngira apa saja yang termasuk alat optik dalam kehidupan sehari-hari
4.      Pembiasaan berbicara sendiri
a.       Guru membiasakan anak-anak berbicara sendiri sewaktu menyelesaikan sesuatu masalah.
b.      Biasakan anak-anak untuk merealisasikan idea semasa berbicara sendiri ke dalam situasi yang memerlukan penyelesaian.
Contoh aktivitas : penulisan esei pendek bertajuk “Aku Sebatang Pena”.

Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak (Poedjiadi, 1999: 63) adalah sebagai berikut:
1)    tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi,
2)    kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari dan
3)     peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
Dikatakan juga bahwa pembelajaran yang memenuhi metode konstruktivis hendaknya memenuhi beberapa prinsip, yaitu:
a.  menyediakan pengalaman belajar yang menjadikan peserta didik dapat melakukan konstruksi pengetahuan;
b.     pembelajaran dilaksanakan dengan mengkaitkan kepada kehidupan nyata;
c.      pembelajaran dilakukan dengan mengkaitkan kepada kenyataan yang sesuai;
d.     memotivasi peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran;
e.      pembelajaran dilaksanakan dengan menyesuaikan kepada kehidupan social peserta didik;
f.       pembelajaran menggunakan barbagia sarana;
g.    melibatkan peringkat emosional peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan peserta didik  (Knuth & Cunningham,1996).
Yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran, siswa yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan.
Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa sehingga belajar lebih diarahkan pada experimental learning yaitu merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru.
Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik, yaitu:
1)      mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan.
2)      mengutamakan proses,
3)      menanamkan pembelajran dalam konteks pengalaman sosial,
4)      pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman
Aspek-Aspek Pembelajaran Konstruktivistik
a.       Asimilasi
Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya.
b.      Akomodasi
Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.
Teori Vygotsky juga beranggapan bahwa pembelajaran terjadi apabila anak-anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya (zone of proximal development), yaitu perkembangan kemampuan siswa sedikit di atas kemampuan yang sudah dimilikinya. Vygotsky menjelaskan bahwa proses belajar terjadi pada dua tahap: tahap pertama terjadi pada saat berkolaborasi dengan orang lain, dan tahap berikutnya dilakukan secara individual yang di dalamnya terjadi proses internalisasi. Selama proses interaksi terjadi, baik antara guru-siswa maupun antar siswa, kemampuan seperti saling menghargai, menguji kebenaran pernyataan pihak lain, bernegosiasi, dan saling mengadopsi pendapat dapat berkembang.

Ayat Al-Qur’an dan Hadist yang berkaitan dengan teori kontruktivisme

Berdasarkan teori kontruktivisme yang telah dibahas dapat kita ambil pokok penekanan dalam teori ini terutama pada siswa, diantaranya :
      Menekankan pada proses belajar, bukan proses mangajar.
      Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa.
      Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar.
      Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa.
      Peniaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa.
      Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif. Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata

pada gambar secara keseluruhan point di atas melibatkan proses berfikir dan banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang memerintahkan kita untuk berfikir, sebagaimana firman Allah SWT:

“Yaitu orang –orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi ( seraya berkata):” ya Tuhan Kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa Neraka” (QS.Ali Imran (3):191)
    “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS.Al-Baqarah:164)
    “Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.” (QS. Al Jaatsiyah 13)
    “Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.” (QS.Ar Ra’d:4)
    “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar Rum 21)

Jelas sekali bahwa dalam islam Al-Qur’an meletakan kaidah dasar untuk berfikir Ilmiah, yaitu sebuah proses berfikir yang diawali dengan pengamatan, menghimpun data, menarik kesimpulan, dan memverifikasi kembali dan bahkan Al –Quran sangat menekankan sekali agar manusia untuk kreatif, dan berkarya. Dengan hasil pemikirannya tersebut, dan ini terbukti banyak sekali bermunculan tokoh-tokoh atai ilmuan –ilmuan Islam seperti Ibnu Sina, Imam Al-Ghazali, Ibnu Rusyd dan lain-lain. Dalam hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“ Berfikir selama sesaat lebih baik daripada beribadah selama satu tahun”
ini menandakan betapa penting manusia untuk mengembangkan daya fikirnya, sehingga akan melihat selain Nikmat-Nikmat Allah juga tanda-tanda kebesaran Allah yang tidak terhingga dan itu bermanfaat untuk manusia. Dan dengan menggunakan teori kontruktivisme dalam pembelajaran diharapkan memberi motivasi dan semangat pada siswa untuk terus belajar mengembangkan daya fikirnya, menghasilkan sesuatu pengetahuan dan bermanfaat bagi manusia.

LATIHAN MEMBUAT RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MENGGUNAKAN TEORI KONTRUKTIVISME
Satuan Pendidikan: Sekolah Menengah Pertama
 Mata Pelajaran     : IPA (fisika)
 Kelas / Semester  : VIII / Semester 2 Sub
Materi Pokok        : Mata sebagai alat optik dan alat indera 
Alokasi Waktu      : 4 x 40 menit (2 X TATAP MUKA)
A.    KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR

1.1  Membuktikan keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam lingkungan serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya Indikator:
1)      Membenarkan mata sebagai alat indera ciptaan Tuhan (A4)
2.1  Menunjukkan perilaku ilmiah dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan pengamatan, percobaan dan/atau berdiskusi. Indikator:
1)    Menyatakan rasa ingin tahu (A5)
2)  Menunjukkan ketekunan dan tanggungjawab dalam belajar dan bekerja baik secara individu maupun berkelompok (A3)
3.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya, pembentukan bayangan, serta aplikasinya untuk menjelaskan penglihatan manusia, struktur mata pada hewan, dan prinsip kerja alat optik Indikator:
1)    Menjelaskan proses pembentukan bayangan pada mata manusia (C2)
2)    Menjelaskan kegunaan bagian-bagian mata(C2)
3)    Menguraikan daya akomodasi mata (C2)
4)    Mengidentifikasi penyebab kelainan-kelainan pada mata dan cara mengatasinya (C1)
5) Membandingkan pembentukan bayangan pada mata manusia dengan mata faset pada insekta(C4)
4.1  Membuat laporan hasil penyelidikan tentang pembentukan bayangan pada cermin dan lensa. Indikator:
1)   Mendemontrasikan laporan sederhana hasil pengamatan pembentukan bayangan pada model mata manusia dan mata faset serangga (P4)
2)    Mempraktekkan tes mata menggunakan charta alat tes (P3)
B.     TUJUAN PEMBELAJARAN

1)      Diberikan kesempatan mengamati proses pembentukan bayangan pada model mata manusia dan mata serangga, siswa menunjukkan kekaguman terhadap mata sebagai alat indera. mengagumi mata sebagai alat indera ciptaan Tuhan
PB : perkembangan nilai, moral dan sikap
Penjelasannya, setiap individu mempunyai perbedaan dalam menyikapi nilai, moral dan sikap. Tergantung dimana individu tersebut berada. Pada anak-anak beranggapan bahwa aturan-aturan adalah pasti dan mutlak oleh karena diberikan orang dewasa atau Tuhan yang tidak bisa diubah lagi (Kohlberg, 1963)
2)      Diberikan kesempatan mengamati proses pembentukan bayangan pada model mata manusia, mata serangga, serta melakukan tes mata, siswa menunjukkan rasa ingin tahu (curiosity)
PB : Perkembangan Kognitif
Penjelasannya, Menurut Chaplin dalam Dictionary of Psycologhy, kognisi adalah konsep umum yang mencangkup seluruh bentuk pengenalan, termasuk didalamnya mengamati, memerhatikan, menyangka, membayangkan, menduga dan menilai. ( Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2010), h.98)
3)      Siswa menunjukkan ketekunan dalam melakukan pengamatan dan menuliskan laporan proses pembentukan bayangan pada model mata manusia, mata serangga, dan tes mata.
PB : Perkembangan, nilai, moral dan sikap
Penjelasan, Fishbein (1975) mendefinisikan sikap adalah presdeposisi emosional yang dipelajari untuk merespon secara konsisten terhadap suatu objek.
4)      Siswa menunjukkan tanggungjawab dalam belajar dan bekerja, baik secara individu maupun berkelompok
PB : Teori Bakat Multiple Intelligence
Penjelasan, Intelegensi Interpersonal
Kecerdasan yang berhubungan dengan keterampilan dan kemampuan individu untuk bekerjasama, kemampuan berkomunikasi baik secara verbal maupun non-verbal. Seseorang dengan tingkat kecerdasan Intrapersonal yang tinggi biasanya mampu membaca suasana hati, perangai, motivasi dan tujuan yang ada pada orang lain. Pribadi dengan Potensi Intelegensi Interpersonal yang tinggi biasanya mempunyai rasa empati yang tinggi. (Boost Your Intelligence karya Harry Alder)
5)      Diberikan gambar mata manusia, siswa dapat menggambarkan jalan sinar utama sehingga membentuk bayangan
PB : Teori Bakat Multiple Intelligence
Penjelasannya, Intelegensi Visual Spasial
Kecerdasan yang berhubungan dengan seni visual seperti melukis, menggambar dan memahat. Selain itu juga kemampuan navigasi, peta, arsitek dan kemampuan membayangkan objek-objek dari sudut pandang yang berbeda. (Boost Your Intelligence karya Harry Alder) dan pada saat siswa dapat menggambarkan jalan sinar bayangan berari sedang dilatih Intelegensi Visual Spasial
6)      Diberikan gambar mata manusia, siswa dapat menjelaskan fungsi bagian-bagiannya
PB : Teori Perkembangan Kognitif
Penjelasan, Brunner mengemukakan belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu ialah : memperoleh informasi baru, transformasi informasi, menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan ( Bruner, 1973)
7)      Diberikan gambar sumber cahaya dan lubang sebagai model mata facet pada serangga, siswa dapat menggambarkan proses pembentukan bayangannya
PB : Teori Bakat Multiple Intelligence
Penjelasannya, Intelegensi Visual Spasial
Kecerdasan yang berhubungan dengan seni visual seperti melukis, menggambar dan memahat. Selain itu juga kemampuan navigasi, peta, arsitek dan kemampuan membayangkan objek-objek dari sudut pandang yang berbeda. (Boost Your Intelligence karya Harry Alder) dan pada saat siswa dapat menggambarkan jalan sinar bayangan berari sedang dilatih Intelegensi Visual Spasial
8)      Diberikan beberapa gambar cacat mata siswa dapat menjelaskan perbedaan penyebabnya
PB : Teori Perkembangan Kognitif
Penjelasan, Brunner mengemukakan belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu ialah : memperoleh informasi baru, transformasi informasi, menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan ( Bruner, 1973)
9)      Diberikan beberapa gambar cacat mata siswa dapat menggambar pembentukan bayangan yang menyebabkan cacat mata
PB : Teori Bakat Multiple Intelligence
Penjelasannya, Intelegensi Visual Spasial
Kecerdasan yang berhubungan dengan seni visual seperti melukis, menggambar dan memahat. Selain itu juga kemampuan navigasi, peta, arsitek dan kemampuan membayangkan objek-objek dari sudut pandang yang berbeda. (Boost Your Intelligence karya Harry Alder) dan pada saat siswa dapat menggambarkan jalan sinar bayangan berari sedang dilatih Intelegensi Visual Spasial
10)  Diberikan gambar cacat mata siswa dapat memutuskan jenis kaca mata yang digunakan untuk mengoreksi cacat mata tersebut dengan menggambar pembentukan bayangan yang tepat
PB : Perkembangan Kognitif 
Mayers menjelaskan bahwa kognisi merupakan kemampuan membayangkan dan menggambarkan benda atau peristiwa dalam ingatan (Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2010), h.98)
11)  Siswa dapat membuat laporan sederhana dengan tulisan tangan hasil pengamatan proses pembentukan bayangan pada model mata manusia dan mata serangga
PB : Perkembangan Psikomotorik
Penjelasan, dalam teori perkembangan psikomotorik secara singkat, motor dapat pula difahami sebagai segala keadaan yang meningkatkan atau menghasilkan stimulasi atau rangsangan terhadap kegiatan organ-organ fisik (Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Ctk. 18 hal.59)
12)  Diberikan alat tes charta untuk mata, siswa dapat menyelidiki kenormalan mata.
PB : Perkembangan Kognitif
Penjelasannya, Menurut Chaplin dalam Dictionary of Psycologhy, kognisi adalah konsep umum yang mencangkup seluruh bentuk pengenalan, termasuk didalamnya mengamati, memerhatikan, menyangka, membayangkan, menduga dan menilai. ( Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2010), h.98)

C.    MATERI PEMBELAJARAN
1)      Proses pembentukan pada mata manusia
2)      Proses pembentukan pada mata serangga
3)      Bagian-bagian mata dan kegunaannya
4)      Cacat mata
5)      Kaca mata
D.    METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan : Keterampilan Proses Model : Siklus Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi
Metode : discovery dan diskusi
E.     MEDIA, ALAT, DAN SUMBER PEMBELAJARAN
1.      Media
1)      Charta atau Torso Mata
2.      Alat dan Bahan (untuk setiap kelompok)

No.
Jenis
Jumlah
No
Jenis
Jumlah
1.
Mata manusia
1
6
Layar (kertas)
1
2.
Mata serangga
1
7
Sedotan
25
3.
Lup
1
8
Charta tes mata
1
4.
Lensa cembung
1
9
Kertas karton
1
5.
Lilin
1
10
Meteran ukur
1

3.      Sumber Belajar
a)      Buku Siswa
b)      LKS
c)      Mata manusia dan mata serangga

F.     KEGIATAN PEMBELAJARAN

PERTEMUAN I
a.       Pendahuluan ( 10 menit )
1)      Pemusatan perhatian dan pemotivasian: mengilustrasikan kegiatan yang melibatkan mata sebagai indera penglihatan, kemudian menunjukkan serangga dan menanyakan apakah perbedaan antara mata manusia dengan mata serangga?
2)      Apersepsi: bertanya jawab tentang proses pembentukan bayangan pada lensa
3)      Guru menyampaikan garis besar tujuan pembelajaran
b.      Kegiatan Inti ( 60 menit )
1)  Menyampaikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan siswa dalam kelompok (mengamati mata dengan lup, mengamati pembentukan bayangan pada manusia dan pada serangga, dan menghasilkan laporan pengamatan).
2)  Membagi siswa dalam kelompok (5-6 siswa/kelompok) dan mendistribusikan alat dan bahan kepada kelompok.
3)   Membimbing kelompok dalam melakukan pengamatan terhadap bagian luar mata manusia dan mata serangga dengan menggunakan lup, menggambarkan hasil pengamatannya, dan mengidentifikasikan perbedaannya
4)      Membimbing kelompok merumuskan pertanyaan (questioning), apakah perbedaan mata manusia dan mata serangga tersebut juga berpengaruh terhadap proses pembentukan bayangan pada mata manusia dan mata serangga
5)  Membimbing kelompok menemukan bagian esensi dalam proses pembentukan bayangan pada mata manusia (lensa) dan serangga (kumpulan lubang-lubang kecil), dan merumuskan jawaban sementara (berhipotesis).
6)   Membimbing kelompok mengamati proses pembentukan bayangan pada lensa (sebagai analogi mata manusia) dan proses pembentukan bayangan oleh kumpulan sedotan (sebagai analogi mata faset serangga)
7) Pembimbing kelompok menyajikan hasil pengamatan, termasuk menggambarkan proses pembentukan bayangan oleh lensa dan oleh kumpulan sedotan.
8)    Memberi kesempatan kelompok untuk mempresentasikan hasilnya dan ditanggapi kelompok lain, dan menemukan simpulan bersama tentang perbedaan mata manusia dan mata serangga dalam proses pembentukan bayangan.
9) Catatan: sembari melakukan proses pembimbingan, guru melakukan penilaian sikap dengan dipandu instrumen lembar penilaian sikap
10)  Memberikan kesempatan siswa untuk membaca dan menggarisbawahi kata-kata penting seperti bagian-bagian mata dan fungsinya, mekanisme melihat, dan gangguan pada mata, dan memberikan kesempatan pada siswa untuk mengamati torso mata.
c.       Kegiatan Penutup ( 5 menit )
1)   Bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini, serta mendorong siswa untuk selalu bersyukur atas karunia Tuhan berupa alat penglihatan.
2)  Guru memberikan penghargaan (misalnya pujian atau bentuk penghargaan lain yang relevan) kepada kelompok yang berkinerja baik
PERTEMUAN II
a.       Pendahuluan ( 10 menit )
1)  Pemotivasian: menunjukkan kaca mata dan menanyakan mengapa kita ada yang menggunakan kaca mata, serta jenis-jenis kacamata yang dikenali.
2)      Apersepsi: bertanya jawab tentang proses pembentukan bayangan pada mata manusia
3)      Guru menyampaikan garis besar tujuan pembelajaran
b.      Kegiatan Inti ( 60 menit )
1) Menyampaikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan siswa dalam kelompok (melakukan tes mata, mengidentifikasikan cacat mata dan penyebabnya, mendiskusikan cara mengatasinya, Buku Siswa halaman .....).
2)  Membagi siswa dalam kelompok (5-6 siswa/kelompok) dan mendistribusikan alat dan bahan kepada kelompok.
3)    Membimbing kelompok dalam melakukan pengamatan terhadap huruf-huruf pada charta tes mata.
4) Membimbing kelompok merumuskan pertanyaan (questioning), apakah ada perbedaan mata manusia satu dengan yang lain terhadap hasil penglihatannya pada obyek pada jarak tertentu.
5)     Membimbing kelompok merumuskan jawaban sementara (berhipotesis).
6)     Membimbing kelompok melakukan observasi, yakni melakukan tes penglihatan.
7)    Membimbing kelompok menganalisis dan merumuskan simpulan.
8)  Memberi kesempatan kelompok untuk melakukan pendalaman (elaborasi) lebih lanjut, dengan membaca dan membuat peta pikiran tentang cacat mata dan upaya mengatasinya
9)   Meminta kelompok mempresentasikan hasil kegiatannya (tes penglihatan dan peta pikiran tentang cacat mata dan upaya mengatasinya) dan ditanggapi kelompok lain (termasuk membimbing cara membuat pertanyaan).
Catatan: sembari melakukan proses pembimbingan, guru melakukan penilaian sikap dengan dipandu instrumen lembar penilaian sikap
c.       Kegiatan Penutup ( 10 menit )

1) Bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini dengan menggunakan kiat pengelompokan (Clustering), serta mendorong siswa untuk selalu bersyukur atas karunia Tuhan berupa alat penglihatan.
PB : Cara Mengatasi Lupa dan Jenuh dalam Belajar
Penjelasan, cara mengatasi lupa menurut Barlow, Reber dan Anderson salah satu kiat-kiat nya yaitu dengan Menemonic Device atau muslihat memori lebih sering disebut mnemonic saja berarti kiat-kiat khusus yang bisa dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukan item-item informasi kedalam memori siswa yang salah satu kiatnya yaitu pengelompokkan (Clustering) adalah menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis.
2)   Memberikan penghargaan (misalnya pujian atau bentuk penghargaan lain yang relevan) kepada kelompok yang berkinerja baik dan juga memberi semangat pada kelompok yang lain untuk bisa lebih baik lagi
PB : Motivasi Belajar
Motivasi dapat didefinisikan sebagai proses psikologi yang menghasilkan suatu intensitas, arah dan ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan. Kemudian motif adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu salah satunya dengan memberikan pujian. Atau seperti yang dikatakan Sertain motif adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku/perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang.



DAFTAR PUSTAKA

Cahyo, Agus N. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar. Yogyakarta: Diva Press

Brennan, James F. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Hasan, P. D. 2008. Evaluasi Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Suparno. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius

Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung: Rosda


 
untuk gambar yang tidak mencantumkan sumber karena hasil pengeditan sendiri menggunakan microsoft power point