Sabtu, 25 Mei 2013

Cinta-Mu Tak Akan Pernah Mengecewakan


kali ini ku ingin berbagi kisah berbingkai cinta-Nya. tepat pukul 10.16 WIB kawanku Eva berkirim pesan padaku " Uci sabar ya, nilai UN tertinggi yang masuk 3 besar tak terselip namamu"

"siapa aja? tapi kok uci netesin air mata sih..."

" yang sabar ya ci, mungkin belum haknya. ini urutanya : 1. Sanjaya, 2. Dini, 3. Mayang"

"makasih va atas kabarnya :)"

sederetan kalimat itu buat hatiku gemuruh petir yang mengundang hujan dipelupuk mata, menggenang membentuk riak-riak sungai yang mengalir deras menuruni wajahku, segera ku rebah dalam sujud memohon ketegaran hati sampai ku lupa harusnya kupanjat syukur karena keLULUSanku bukan malah protesbatin yang merasakan luka kecewa karena tlah buat kesalahan besar yang menurutku ini tragedi memilukan sepanjang sejarah prestasiku disekolah. 

Terlintas dalam benak seolah hendak mengungkit ikhtiar-ikhtiar yang tlah tergerak, bahwa banyak buku bank soal UN yanglembar demi lembar kupelajari sepenuh fokus fikirku dalam memahami sederetan rumus dan teori, belum lagi mata seolah ingin mengadu bahwa sering kukurangi jatah tidurnya dengan tetap terjaga bersama tumpukan buku pelajaran hingga jelang fajar, dan lagi waktu luangku pun protes yang terseringku abai dengan keakraban pada kawan-kawan dikelas, tak pernah ku ikut serta berbincang ceria pun berbagi cerita, melainkan ku lebih sering berbicara dengan buku, bahkan berkirim dan membalas pesan via sms aku hentikan pun juga hobiku online di FB aku STOP hingga tak berkutik segala kelalaian selama 2 bulan jelang UN ku takut mengganggu konsentrasi dalam belajar. berharap kesungguhan ikhtiarku berbuah manis yang mendukung impian peroleh nilai UN tertinggi menjadi bukan sekedar mimpi...tapi, kehendak-Nya berkata lain Allah begitu lembut mengelus hati eakan sedang mengajariku makna ikhlas yang sesungguhnya hingga, ku dibuat tak berkutik. Dalam rebahan tubuh yang lemas, ku tersadar selama ini seakan takabur, bangga akan kemampuan diri, lupa akan Engkau yang Maha Berkehendak. Meski, seiyanya dipermulaan dan akhir proses belajar kusebut nama-Mu dalam Bismillah beriring do'a mohon kecerdasan.Tapi...rasanya fokusku bukan pada kekuatan do'a yang terpanjat melainkan pada apa yang hendak kubaca, ku begitu besar menggantukan mimpi pada tumpukan buku, harap itu salah kutempatkan yang harus utamanya hanya untuk-Mu...maafkan hambamu yang lemah pun hina ini Duhai Rabbi...ajarilah selalu makna cinta-Mu ditiap titipan sisa-sisa nafas yang masih berkawan kala kuterbangun dari kematian sementara ditiap tidurku...

Aku yakin setiap karunia-Mu adalah yang terbaik, meski tak kupungkiri adakalanya hujaman kesedihan menyahuti, kala rencana yang tak sesuai kendali inginku meyapa. tapi, sungguh sesal itu hanya selintas, ia masih kalah tangguh dengan cinta yang tertanam pada-Mu yang telah mengalihkan urusan duniaku yang hanya remeh temeh tak lebih dari sebutir debu saja. Dan keyakinanku semakin kukuh bahwa aku sedang disayang Allah saat ini. Jadi, mengapa harus ada air mata yang mengguyur ditepian wajah ? harusnya yang ada hanya senyum indah, bukankah " Innalloha idzaa ahabba'abdan" (sesungguhnya Allah jika mencintai hambanya, maka Dia akan mengujinya). Duhai Rabbi...hamba yakin cinta-Mu tak akan pernah mengecewakan :)

*ba'da magrib gerimis itu hadir lagi, membuat riak-riak sungai dipelupuk mata. Entah mengapa, luka itu bertamu lagi, aku takut tak menjamu dengan baik kehadiran tamu utusan-Nya yang bernama kesedihan. Aku takut...rasa syukur ini lukanya makin parah karena fikirku laancang mengudara sampai-sampai su'udzon pada ketetapan-Nya...yang terkabar siang tadi tepat pukul 10.16 WIB. duhai Rabbi...maafkanlah atas kerapuhan imanku ini. Aku bingung mencari-cari solusi tuk pecahkan rissau ini, kubaca firman-Mu yang mampu membbuat tenang dan menyejukan tiap-tiap hati yang dilanda luka. Namun, sesudahnya selang beberapa menit, rupanya kunjungan tamu utusan-Nya masih betah duduk diruang hati. Aku coba alihkan kesedihan ini dengan menuliskannya, kuberikan kesempatan pada jemari ini tuk bertutur jujur dalam belantara kata. berharap gemuruh dihatiku reda. tapi, masihlah sama :( 

usai ku menulistamu utusan-Nya pun belum juga mengucap pamit pulang. lagi-lagi ia masih betah duduk manis diruang hatiku. Aku bingung harus bagaimana lagi lagi mengusirnya dengan cara baik-baik. Tiba-tiba ku teringat sosok bijak itu yang punyai kata hikmah ditiap soalan yang pernah kutanyai, ia mampu berikan pencerahan pada fikirku yang liar dalam genggaman pemahaman yang salah. tapi, ada sedikit ragu tuk berbagi tentang masalahku saat ini, sempat berandai-andai mengapa pemilik lisan nan sejjuk itu adalah sosok ikhwan bukan akhwat agar ku tak risih, aku takut berdosa jika terlalu berakrab dengan non muhrim meskipun hanya sebatas saling bertukar nasehat, mintai pendapat, berkongsi ilmu atau lainnya. Ah...semoga saja tidak demikian, bukankah semua tergantung niatan. Allah Maha Tahu mana sebenar-benar maksiat dengan sekedar jalinan ukhuwah islamiah. Dan inilah seeretan perbincangan lewat sms semalam,

"Assalamu'alaikum...ka Amin ?"

"wa'alaikumsalam...ada apa?"

"uci bingung mu tanya ke siapa, ba'da isya boleh ganggu waktunya?"

"bingung segala uci, k'amin ga merasa diganggu"

"k'Amin?"

"iyaa..."

"uci boleh minta solusi? k'amin lagi OL ga?"

"kebetulan ga uci, solusi apa nih?"

"hmmm...uci bingung cari-cari kalimat hikmah sedari siang. Semenjak kenal k'Amin, bijaknya kata-kata yang bisa terbagi dalam beberapa penyelesaian tanya yang pernah uci sampaikan. Berharap, bisa memulihkan kesyukuran yang sedang dilanda sakit ini. Tolong beri tanggapan catatan yang uci buat beberapa menit lalu di FB, tapi lewat sms aja. jujur, saat ini uci rapuh. Astaghfirullah...maaf ya kak, uci cuma bingung mau bagi cerita ke siapa. uci butuh kalimat hikmah untuk solusi bagi iman yang sakit ini. Bingung...tegar itu sulit ternyata"

"Subhanallah, indahnya nan mulianya hatimu...kala uci sempatkan fikir tentang dosa yang mungkin tertulis dalam catatan-Nya. Tapi, semoga dosa yang tak sengaja ini terlipat oleh tegaknya ukhuwah diantara kita. Aamiin...
sekisah yang Allah lukiskan pada uci ini bukan balasan yang harus terganti dengan air mata pun juga dengan sesal yang sakit...
uci mungkin tak sadar dengan hal yang mulia yang uci lakukan sebelum terkabar ataupun terlaksananya UN..
kerja keras dengan setumpuk buku, peyempitaan waktu istirahat yang dihabiskan untuk pembendaharaan ilmu, sekilas itu terfikir hanya untuk peroleh hasil terbaik dimata kawan, guru, orang tua, dan rasa puas lagi bangga yang tak jarang sifat bangga diri menghadirkan kesombongan.
tapi adakah ada tanya difikiran uci tentang apa yang selama ini kaawan uci lakukan itu sama dengan apa yang uci lakukan ? pengorbanannya, kerja kersnya, atau mungkin keikhlasanya. yakinlah uci yang terbaik melakukan sederet prosesnya sehingga yakin mendapatkan yang terbaik dengan pahala yang dicatatNya.
kupuasan yang diraih dengan kerja minimalis merupakan kepuasan sesaat tak sebanding dengan pengorbanan, kerja keras dan ikhlas walaupun tanpa penghargaan dari sesama...tapi prosesnya akan peroleh nilai terbaik. Dan bukan nilai dari sesama melainkan dari sang Maha segalanya. Ketika peroleh nilai yang terbaik merupakan pahala dari proses yang uci lakukan.
keyakinan kedua yang harus tertanam adalah pati peroleh penghargaan terbaik. walaupun bukan sekarang, tapi pasti tercatat indah pada waktunya :)
semoga peroleh pemahaman, dengan sederet kalimmat yang mungkin ngawur maknanya...hehe:D


Alhamdulillah...lega terasa membaca sederetan kalimat itu, ku ucap syukur pada-Mu Ya Rabb...yang hadir-Mu sejuk lewat perantara hamba pilihan yang kau titipkan tutur nan penuh hikmah. Moga ia berkenan aku tuliskan namanya dalam catatan cinta-Mu ini...pada akhirnya, hanya Engkaulah sebagai sandaran. Bukankah, Inna ilallaha laa yuhliful mi'aad ( sesungguhnya Allah tidak pernh mengingkari janji-Nya) QS. Al-Imran 3 : 9 pun juga kusadar bahwa "sesunggunnya Allah tidak berbuat dzolim kepada manusia sedikitpun" (QS. Yunus : 44).

Aku cinta padamu Ya Rabb...cinta yang tak akan pernah mengecewakan :)

Jakarta, 24 Mei 2013
Dalam senyum & air mata yang berebut, temani jemari berkisah