Selasa, 16 Juli 2013

"Air Mata Rasulullah"

Dikisahkan, sebagaimana disebut­kan dalam buku Air Mata Sang Nabi, ketika surga dan neraka telah terkunci dan se­mua umat manusia telah dima­suk­kan ke dalam surga dan neraka se­suai dengan amalannya dan mereka te­lah menikmati ganjaran atau merasakan hukuman atas apa yang mereka kerja­kan dalam waktu yang begitu lama, Allah SWT menanyakan kepada Malaikat Jib­ril, subhanallah, se­sungguhnya Allah Maha­tahu, ”Apakah ada umat Muham­mad SAW yang masih tertinggal di da­lam neraka?”
Maka Malaikat Jibril pun pergi ke ne­raka Jahannam.
Neraka Jahannam, yang begitu ge­lap, tiba-tiba berubah menjadi terang benderang karena kedatangan Jibril.
Para penghuni Jahannam pun ber­tanya-tanya, siapakah yang datang, me­nga­pa Jahannam tiba-tiba terang bende­rang.
Malaikat Jibril pun menjawab bahwa dia adalah Malaikat Jibril, yang diutus oleh Allah SWT untuk mencari apakah ada umat Muhammad yang masih ter­selip di neraka Jahannam.
Tiba-tiba sekelompok orang ber­te­riak, ”Sampaikan salam kami kepada Rasulullah SAW, beri tahukan keadaan kami di tempat ini kepada beliau.”
Jibril pun keluar dari neraka Jahan­nam dan pergi ke surga untuk memberi­tahukan hal itu kepada Rasulullah.
Rasulullah begitu bersedih mende­ngar bahwa masih ada umatnya yang tertinggal di dalam neraka dalam waktu yang sudah begitu lama. Beliau tidak ridha ada umatnya yang masih tertinggal di neraka walau dosanya sepenuh bumi.
Rasulullah SAW pun bergegas hen­dak pergi ke neraka.
Tapi di perjalanan beliau terhadang oleh garis batas Malaikat Israfil. Tidak ada seorang pun  boleh melintasi garis batas itu kalau tidak seizin Allah SWT.
Rasulullah SAW pun mengadu ke­pada Allah SWT, dan akhirnya beliau diizinkan.
Tapi sesudah itu Allah SWT meng­ingatkan Rasulullah bahwa umatnya itu telah meremehkan beliau, ”Ya Allah, izin­kan aku memberi syafa’at kepada me­reka itu walau mereka hanya punya iman sebesar dzarrah.”
Sesampainya Rasulullah SAW di neraka Jahannam, padamlah api neraka yang begitu dahsyat itu.
Penduduk Jahannam pun berucap, ”Apa yang terjadi, mengapa api Jahan­nam ini tiba-tiba padam? Siapakah yang datang?”
Rasulullah SAW menjawab, ”Aku, Mu­hammad, yang datang, siapa di an­tara kalian yang jadi umatku dan punya iman sebesar dzarrah, aku datang untuk mengeluarkannya.”
Demikianlah gambaran kecintaan Rasulullah SAW seperti dikisahkan pada buku tersebut. Kecintaan yang begitu besar kepada umatnya, yang kemudian tak jarang harus beliau bayar dengan keringat, air mata, bahkan darah beliau, sebagai jasa dan pengorbanan beliau demi keselamatan umatnya. Bukan hanya di dunia, bahkan beliau terus memperjuangkannya sampai di akhirat kelak, di hadapan Allah SWT.
”Lalu bagaimana ke­cintaan kita se­bagai umat Rasulullah SAW kepada pri­badi yang begitu agung itu?” Demikian yang ditulis sang penulis buku di akhir kisah.
Siapakah penulis buku Air Mata Sang Nabi tersebut? Ia adalah dai muda yang kini berdiam di kota Malang, Habib Muhsin bin Ali Bin Hamid, sosok yang menjadi figur kita kali ini.

Minggu, 07 Juli 2013

Jejak Keajaiban-Nya :)

Sungguh, tak terjangkau fikiran jika Allah telah berkehendak segala bentuk kemustahilan begitu mudah ditembus lewati jalan yang tak disangka-sangka. Alhamdulillah...Aku diberi kepercayaan mencicipi anugrah yang begitu menakjubkan pun tak berbilang nikmatnya yang menghujani kehidupanku padahal apa yang ku perbuat dibumi-Nya begitu tak layak disebut sebagai hamba yang baik bahkan ibadah pun masih compang-camping jauh dari kesempurnaan.
Terkisah, aku sebagai seorang gadis yang banyak keinginan ini dan itu, sering sekali membanding-bandingkan apa yang dipunya dengan yg termiliki orang lain seolah begitu gampangnya mengajukan protes pada ketetapan-Nya bahkan sampai berani mengatakan Allah tak adil padahal aku tau Allah itu "al-adl" Maha Adil. Beragam kelancangan lisan sering kali singgah dalam ucap-ucap kekecewaan yang sebenarnya tak pantas. Namun, Allah Maha baik ia tak pernah langsung turunkan murka, tapi lewat jalan-jalan cahaya lah terang itu hadir membawa sebuah pemahaman yang indah. belum lama ini aku diajak-Nya memaknai sebuah ikhtiar yang kadang hadirnya begitu dielu-elukan sampai menjadikan Tuhan penentu disetiap hasil yang diinginkan, lupa bahwa ada Allah yang Maha Menentukan segalanya. dan anehnya aku terlibat dalam hal itu, bermula dari keinginanku memperoleh nilai UN tertinggi di sekolah hingga ku topang dengan keseriusan belajar dari jauh-jauh hari, aku beli beragam buku-buku latihan soal, download kumpulan bank soal di internet, fotocopy soal-soal dari teman dsb. upaya-upaya itu terus aku gerakkan dalam ikhtiar yang ku anggap maksimal, optimis itu bahkan tlah bertahta bayang-bayang perpisahan yang indah bertabur rasa bangga pun sempat terlintas dihujung pandangan dimana namaku disebut sebagai siswa yang berprestasi dengan menyandang nilai UN tertinggi.
Ternyata, apa yang diharap tidak seindah kenyataan. mimpi-mimpi itu ternyata tak ciptakan bangunan megah kebanggaan tapi, menghujani ku dengan reruntuhan bangunan mimpi yang tiba-tiba ambruk berkeping-keping hingga buat perasaanku nyeri. aku sadar ku lupa meletakan pondasi hingga bangunan mimpi tak kokoh yaitu sebuah "do'a teriring tawakal hanya padaNya" kini, jelas sudah bahwa susah payah  kita dalam menyempurnakan ikhtiar begitu tak ternilai jika Dia Sang Maha Pemberi tak Ridha dengan apa yang tergerak. Bayangkan, mimpiku peroleh urutan pertama ternyata katagori 3 besarpun tak terselip namaku. Saat itu, perasaanku begitu ngilu badai air mata begitu hebat menghujani hati pun membuat riak-riak kecil dipelupuk mata meneteskan hangat air, menyapu wajahku seketika. ditambah lagi, ketidakhadiranku tuk mendengar secaran langsung pengumuman kelulusan sekaligus peraih nilai UN tertinggi hanya diwakilkan oleh bibi karena pada waktu itu aku sedang berada di jakarta. ternyata, kekecewaan itu dirasakan juga oleh bibiku hingga dalam memberi kabar via telpon sambil bernada sedih seakan ada tangis juga disana. Wajar saja, bibi yang tau detail waktu belajarku dirumah yang tersering melihatku terjaga hingga larut malam hanya tuk mempelajari tumpukan buku pelajaran begitu memendam keanehan mungkin dalam benaknya "apa yang salah dengan hasil akhir ini?' tapi, inilah kenyataan yang harus disikapi dengan keikhlasan.
Selang beberapa hari pengumuman kelulusan itu, aku sadar harus mempersiapkan lagi tuk berjuang di SBMPTN karena harapan lulus SNMPTN undangan seakan meredup bahkan terasa padam. karena jika dilihat dari rata-rata UN yang kuperoleh begitu jauh dari kriteria yang lolos seleksi. Namun, ketika tiba pengumuman hasil SNMPTN undangan pada tanggal 27 Mei 2013 pukul 17.00 WIB aku beranikan menaruh harap optimis ku awali dengan Bismilah teriring Shalawat tak henti-henti ketika mengetik no pendaftaran dan menakjubkan ternyata aku disambut dengan ucapan "SELAMAT" aku diterima di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan jurusan Pendidikan Matematika kala itu langsung ku rebah dalam sujud bertabuh rasa syukur pun rasa bersalah karena selama ini telah buruk sangka akan ketetapan-Nya dan mulai hari itu aku mengimani bahwa benar "disaat Allah tak menghadirkan sesuatu yang kita anggap baik pastilah disana Allah akan menghadiahkan yang terbaik" dan hari itu aku merasakan kebahagiaan yang indah. Tapi, keajaiban belum berhenti sampai disitu karena ada yang begitu buat ku terkaget-kaget akan Surprise yang Allah anugrahkan padaku bagai dihujani kebahagiaan yang bertubi-tubi yaitu aku juga lolos SBM-PTAIN jalur PPA di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. yang mana begitu kecil sekali kemungkinan aku bisa lolos karena dari sekian banyak pendaftar di jurusan pendidikan fisiaka tapi yang lolos hanya 8 orang saja. belum lagi aku lolos bidikmisi di Untirta sehingga ada pertimbangan yang berat untuk putuskan Universitas mana yang aku ambil, dan Alhamdulillah...aku sekarang telah menjadi Mahasiswi UIN Jakarta, dan itu semua adalah karena kemurahan-Nya hingga kusadar bahwa "without Allah...I'm Nothing"