Jumat, 28 Juni 2013

Jalur Kanan Hanya untuk Mendahului

Tertegun diri bagai sedang memahami peringatan dalam mengemudi yang sering kali kita lihat dijalan raya yang bertuliskan "JALUR KANAN HANYA UNTUK MENDAHULUI" bagiku pribadi ini sebuah kalimat peringatan yang indah yang berlaku dalam gulir kehidupan kita ketika mengambil jalan-jalan tuk mengejar capaian. apakah gunakan jalan yang baik "RIGHT" yang dalam bahasa inggris punyai makna kanan atau "LEFT" yakni jalan kiri yang meski berhasil mendahului tapi terkandung resiko sedemikian besar hingga pertaruhkan nyawa. tapi aneh,insan era sekarang betapa punyai jiwa pemberani hingga kebanyakan memilih jalur kiri tuk mendahului dengan melakukan pelanggaran-pelanggaran nilai, norma, agama dan juga hukum. rasanya, benar jika ada istilah " peraturan dibuat hanya untuk dilanggar".

Miris...saya menjadi saksi bahwa sebagian besar kita terlibat dalam mekanisme "mendahului lewat jalur kiri" tapi, kabar baiknya jalur kanan selalu menang, memang keadilan itu tidak salah menempatkan suatu yang hak pada orang yang tepat. saya ambil kisah kala saya masih belajar dibangku sekolah yang mana kompetisi peroleh nilai baik hingga memperebutkan peringkat 10 besar begitu diperjuangkan. tapi sayangnya, di ranah perjuangan itu banyak cara-cara curang yang di upayakan bukan lagi belajar dan kerja keras yang jadi andalan melainkan kerjasama maksiat dengan saling menyontek, yang saya katagorikan pada golongan yang memilih "mendahului dengan jalur kiri"meski sedemikian besar konsekwensi yang harus ditempuh mereka tak peduli bagai, kepastian tak kan diketahui begitu meyakinkan hingga rasa bersalah itu tak hadir melainkan dengan tenang aksi curang dijalankan.  geram rasanya melihat hal itu, apalagi saya berada digolongan kanan yang begitu anti berbuat curang, bekal saya hanya berdo'a dan belajar.


Rabu, 12 Juni 2013

Si Pengembara Kasih-Nya yang Terluka

Bagiku ini bukan sekedar coretan sang pengendali rasa, ataupun ayunan pena yang tergesa-gesa ingin bercerita. sebelumnya, tak akan pernah terlupa ku haturkan syukur padaNya karena masih bisa jemari ini menari merajut rangkain kata mencipta sehelai kisah dalam coretan pesan sang hati yang ingin sampaikan bait-bait kepedihan untuk insan yang disana...
Jujur dalam perihnya hati ku coba tersenyum :) diatas nama persahabatan kucoba bertahan...meski sungguh, betapa segenap sikap yang engkau tampakan begitu jelas menggores dinding hati yang baru saja sembuh dari luka masa lalu padahal adaharap bahwa engkaulah yang kelak menjadi sang penyembuh buka memperparah ! tidakkah kau faham dan mencoba berempati akan kisah-kisah pilu yang pernah menjadi tamu terjahat dalam lembaran hidupku yang pernah ku tuturkan padamu? jika ianya kau terlupa, bolehlah aku ikhlas dan coba mengerti, memahami dan dengan tulus menyuguhkan kemaafan padamu...namun, jika niatmu ingin lampiaskan dendam mohon jangan tujukan padaku, mumpung luka ini masih kecil, lekaslah kau berbenah dari hidupku lalu pergi namun jangan menjauh. ku tak ingin memutus persaudaraan yang terjalin lama ini karena kecerobohanmu memainkan pedang sandiwara hingga melukai gumpalan kecil bernama hati menjadi berdarah-darah. tapi, perlu kau tau selamanya aku kan menjadi sahabatmu, tetap bersahabat baik denganmu meski harus mencipta jarak sejenak dengan jangka waktu yang tak bisa ditentukan batas akhirnya. ijinkan aku sendiri menikmati hidangan kesabaran, keikhlasan dan keteguhan hati dalam ruang kelam pekat tak bercahaya karena kau telah mengurungku dalam ruang nestapa yang kau sembunyikan kuncinya nampaknya, kau mengujiku untuk memapah sendiri mencari kunci itu bukan malah meronta menggemakan suara minta tolong berharap terdengar orang lalu membawaku keluar. itu hal mustahil, karena ruangan ini kedap suara betapapun kencang ku berteriak sungguh, suara itu hanya berputar-putar saja mengelilingi tubuhku lalu lenyap tertelan sunyi. ah...malangnya aku, terjebak oleh kepalsuan sosok licik bertameng persahabatan. tapi lihatlah, aku akan tetap berdiri kokoh dipijakan jalan yang bertabur duri, sakit dan perihnya tak bisa buatku tersungkur jatuh dan yang terpenting tak ada guratan kelelahan yang kentara diwajah. ku coba berdamai dengan kepedihan ini karena ku yakin aku selalu ditemani oleh-Nya...hingga dititik berhentinya pencarian ini dan ku gemgam kunci itu lalu bergegas pergi menjemput cahaya dan mampu tersenyum indah melebihi indahnya lengkungan pelangi kala hujan usai...

Sabtu, 08 Juni 2013

Memapah Diri dalam Kembara Waktu



Pagi begitu istimewa bagiku karena aku merasa masih diberi kepercayaan meneruskan kembara di semestaNya…terbangunnya raga ini dari kematian ditiap pejaman mata dalam istirahatnya bagai menyajikan semangat baru, mimpi baru pun amanah baru. Tiap-tiap beranjaknya detik demi detik yang tak pernah alami acara mudik jika telah berlalu ia terus pergi dan menghilang tak pernah ingat tuk kembali tiada mengenal kesempatan kedua yang dia tau tugasnya adalah terus melangkah maju selamanya… sampai kemudian berhenti sejenak dipemberhentian masa yang memisahkan kehidupan menuju kematian dan disaat itu barulah kita sadar terlampau banyak waktu tlah disia-siakan…benarlah bahwa sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ada dua buah nikmat yang kebanyakan orang terperdaya karenanya; yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari [6412] dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma, lihat Fath al-Bari [11/258]).
Ah…waktu terdengar begitu mengerikan kala fikiran berkelana jauh kemasa lampau, sungguh tak terjangkau perkiraan “mengapa begitu banyak terlewat begitu saja tanpa makna” kini usiaku sudah 18 tahun tapi, aku belum punyai hasil dari milyaran detik demi detik yang tlah menemaniku selama ini. Aku…belum banyak mengantongi ilmu agama, hafalan Qur’an masih berjauh banding dari umur yg kupunya, bahkan aku masih belum bisa bahasa arab dan baca kitab. Ah waktu…temani ku memapah tekad tuk menyelam dalam lautan ilmuNya jangan hadirmu hanya buat aku binasa. Mengapa kau hanya diam melihat kelalaianku slama ini ? mengapa kau begitu berikan kebebasan tanpa batas, tanpa peringatan, tanpa peduli. Tugasmu hanya terus berlalu dan pergi…
Aku sadar mungkin  hadirmu itu ujian bagi tiap-tiap hambaNya hingga nampak jelas mana yang kukuh dalam ketaatan ataupun terlena dalam lembah kelalaian yang berakhir binasa. Terinsyafi 1 detik yang terus berlalu sesungguhnya membawa kita kian dekat pada sebuah akhir dimana waktu kan sejenak berhenti seraya berkata “waktu tlah berakhir” hingga benarlah bahwa Imam Al-Ghazali dalam bukunya Khuluqul Muslim menerangkan waktu adalah kehidupan. Alangkah celakanya jika kita tak mengakrabi waktu dengan baik, mengisi hari-hari dengan penuh makna untuk peroleh teman kelak dalam ruangan tanah yg sempit yaitu berupa “amal shaleh” yang sebaik-baik teman tuk mengiringi perjalanan berjumpa denganNYa…
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Hasyr [59] : 18)
Aku muslimah yang masih dalam pengembaraan mencari kawan baik tuk temani rumah terakhir kelak, dalam himpitan tanah merah, sebuah ruangan gelap yang tiada penerang tiada kawan, sepi sendiri…sunyi…gelap pekat disetiap penjurunya berharap bisa ditemani terang cahaya yang bernama “amal shalih” hingga matiku adalah istirahat yakni kembali dimatikan dalam kematian tuk tertidur hingga terbangunkan kelak saat bumi temui titik dimana waktunya berakhir juga yang disebut dengan hari akhir yaitu kiamat kubro.
Diakhir  coretan ini semoga kita semua mampu memapah ketaatan dalam pusara zaman yang penuh, sesak oleh goda maksiat disana sini menyajikan, pernak pernik keindahan dan kenikmatan semu yang melenakan hingga waktu begitu tak dihirau, dicampakan begitu saja. Moga kita ternagungi dalam ketaatan senaniaasa hingga hadirnya waktu begitu dirasakan, begitu dihargai dan dimaknai agar tidak tergolong kedalam orang-orang yang merugi, sebagaimana yang disebutkan  dalam Al-Qur’an Surah Al-Ashr (103) ayat 1-3, Allah SWT berfirman yang artinya sebagai berikut::
1.       Demi masa.
2.       Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3.       Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.