Kamis, 29 Mei 2014

Jalan Menuju Iman


  “JALAN MENUJU IMAN”


Sudah bukan rahasia lagi gambaran karut-marutnya kehidupan manusia saat ini terlebih di Indonesia, dimana negara yang mayoritas muslim terbesarpun tiada sedamai ajaran yang dibawa agamanya. Terpuruk...terntindas...seolah lemah dimata dunia. Entah itu minoritas maupun  mayoritas muslim adalah sama, posisi rakyatnya selalu saja tersuguh kabar miris dan membuat hati ngilu. Tentang kelaparan, penyiksaan, pembantaian massal, pelecehan sekssual, kemiskinan dan keadaan serba kurang lainnya. Kalaupun ada kabar baik seperti Brunei yang akan terapkan hukum islam di negaranya tapi, selalu saja bermasalah di mata dunia. Tertuduh melanggar HAM dan lain sebagainya. Duh...mengapa islam yang selalu jadi incaran pengawasan ketat dari mereka ? ada apa ? sedari dulu tanyaku belumlah terjawab. Dunia ini aneh ya Rabb...berebut peradaban antara kubu barat dan islam. Memang kalau islam berjaya mereka begitu dirugikan ? bukankah agamaMu Rahmatan lil alamin yang mana sejarah kegemilangannya berkisah indah dalam lukisan peradaban, begitu menawan perlakuannya pada siapapun sehingga  tak pernah ku temui diskriminasi secuil pun terhadap non muslim malah terlindungi utuh akan hak-haknya. Pun juga aku pernah sekilas membaca dalam buku malapetaka runtuhnya khilafah disebutkan: 
“ di atas jalan (thariqah) inilah pertarungan pemikiran dan pertempuran fisik. Pertarungan akan terus berlangsung hingga hari kiamat, yaitu sampai Allah SWT mewariskan bumi beserta seluruh isinya kepada kaum muslim”
Ah, mungkin inilah kehidupan...jika tak ada konflik baik pribadi bahkan sampai mendunia. Kehidupan bukanlah ujian lagi dan kehidupan akan lekas selesai karena syetan banyak yang dibuat menganggur dari pekerjaannya, karena manusia mulai taat semua. Mungkin :D melihat realitas seperti sekarang jadi mengingatkkan aku pada kalimat yang pernah terucap oleh lisan Sayyid Quthb :
“ bahwa saat ini islam adalah satu hal dan umat islam adalah hal lain, tidak ada hubunngan antara keduanya”
betapa batinku mengiyakan kalimat ini dimasa sekarang. Duh Gusti...miris pisan, betapa jauh dari istilah khairu ummah yang Engkau sematkan pada kaum muslim. Penuh harap dan hati meyakini bahwa itulah “Jauh...” yang akan lekas terkejar kembali. “Jauh...”yang kini dalam upaya didekati dan mendekati. “jauh...”yang lekas segera terwujud dengan teririnng kesungguhan ikhtiar para pejuang-Nya. Betapa sudah rindu...akan terwujud kembali kuntum khoiru ummah. Betapa sejuk terdengar...seakan membisikan semangatt “ ayooo...sebentar lagi !” semoga...:)
Meski nampak begitu renta sosok umat muslim yang sekarang, padahal seiyanya kitalah yang disebut-sebut sebagai singa padang pasir itu. lalu, terjadi pergeseran istilah menjadi  “ singa yang sedang tertidur” begitu mengandung arti kalimat yang tersemat ini. Dimana muslim tetaplah dipandang sebagai seorang singa meski dalam keadaan tertidur, tiada kan pernah berubah, bahwa singa tetaplah singa yang kekar, dan piawai sebagai raja diranahnya. Tapi, sayang nian...lho kok  tertidur ? bukanlah muslim tau betul akan “demi masa” yang terfirman dariNya ? ah...ada yang membius kita sepertinya. Dan, sudah seharusnya kita lekas menyadari, lekas bertindak, lekas berupaya gigih, tuk mencoba bangun lagi ! hidup dalam kesadaran yang utuh. Karena jika kita tertidur terus, kita bagai hanya memperjuangkan mimpi. Tiada nyata...dan ku yakin, saat ini kita mulai terbangun dan meraih kebangkitan umat dengan segera ! dengan tapak-tapak perjuangan nyata, agar tiada lagi tertidur, tapi bangkit terjaga hingga menelisik jeli tiap penyimpangan aturanNya yang tak terterap dan lekas meluruskan yang keliru dengan penuh cinta. Itulah kita kawan...hambaNya...yang siap membenahi gerombolan problematika kehidupan nan membuat ricuh ini, dengan menelusuri jalan-jalan dakwah menebar benih keimanan sepanjang perjalanan nafas :)
Ok, kembali lagi pada problematika umat yang terbahas tadi. Sudah jelas bahwa paparan realitas kehidupan yang minim kesejahteraan bahkan memilukan ini. Mengindikasikan bahwa kita harus bangkit kawan, jangan membuat jarak lebih panjang lagi akan sejarah 13 abad silam dimana islam berjaya hingga gelar umat terbaik itu benar adanya. Lekas bangkit tuk memutus temali keterpurukan ini...dengan menempuhi “Jalan Menuju Iman” sebagai langkah awal. Judul tulisan ini ku pinjam dari pembahasan kitab nizamul islam bab 1 karya Taqiyuddin an-Nabhani, beserta pembahasannya yang dijadikan referensi tuk tunaikan  tugas dari musrifahku  J yang mana akan terbagi dalam beberapa subbab kecil : Kebangitan manusia, Iman Kepada Al-khaliq, Bukti Kebutuhan Manusia Terhadap Rasul, Bukti Al-Qur’an datang dari Allah, dan Aqidah Islamiah

“Kebangkitan Manusia”

Mari kawan, kita mulai berbincang tentang kebangkitan manusia, tentunya maksud kebangkitan disini bukan bangkit dari kubur yah, karena kita tidak sedang membahas hari kebangkitan  :D.  tapi, kebangkitan peran manusia sebagai khalifah dalam kehidupan ini, bahwa untuk bisa bangkit pemikiran memegang peranan penting yang mana pusat pengaruh itu bermula disana. Pemikiran tentang 3 aspek mendasar yakni tentang  hidup, alam semesta dan manusia yang saling terhubung dan berkaitan erat antara 1 dengan lainnya pun berkaitan juga dengan sesuatu yang ada sebelum kehidupan dan setelah kehidupan. Agar manusia mampu untuk bangkit, harus adanya perubahan yang menyeluruh dan mendasar terhadap pemikirannya, sebab pemikiranlah yang akan membentuk dan memperkuat mafahim (sekumpulan persepsi atau pemahaman) terhadap segala sesuatu yang ada dalam kehidupan ini dimana mafahim seseorang seakan memegang kendali sehingga tingkahlaku manusia akan selalu bersesuaian dengan mafahim yang ia punya. Sehingga akan nampak jauh berbeda mafahim seseorang terhadap sesuatu yang dicintai pun juga mafahim seseorang terhadap sesuatu yang dibencinya. tentu akan membentuk suatu prilaku yang berlawanan dari orang tersebut dalam memberikan respon antara sesuatu yang disukai dan dibenci. Saya ambil permisalan, contoh kecil : jika ada seorang kawan yang mafahimnya teramat menyukai hellokitty sehingga bisa terlihat oleh kita ia akan sering mengenakan pakaian, kerudung, tas, bahkan kamar yang penuh dengan gambar hellokity. Lantas, ada salah satu kawan yang  mafahimnya tidak sukai hellokitty maka perlakuannya pun akan berjauh banding dan berkebalikan dengan kawan yang tadi. Bisa jadi, ia akan menanmpakkan wajah sinis saat melihat ada orang yang memakai asesoris hellokitty atau bahkan setiap yang berbau hellokitty begitu memuakkan dimatanya karena mafahim dia terhadap hellokitty sudah tidak menyukai, maka sangatlah wajar jika ia teramat menanam kesan ketaksukaan. Dan juga akan berbeda terhadap kawan yang sama sekali tidak tau menahu mengenai hellokitty , mungkin ia akan bersikap biasa-biasa saja karena tidak punyai mafhum apapun terhadap hellokitty dan bahkan akan mengatakan kepada kedua orang tadi “lebay deh kalian, biasa aja keles. hehe. Wahh..Ternyata, mafahim begitu berkaitan erat dengan kehidupan kita yah kawan? Lantas, begitu berbahaya saat mafahim kecintaan kita tersalah tuju. Bisa-bisa kita begitu membela mati-matian hal yang salah dan terlarang oleh-Nya. Naudzubillah yah...moga mafahim kecintaan dan kebencian kita terhadap segala sesuatu selalu terlandasakan karenaNya, bukan karena suatu kepentingan atau kecintaan dunia yang hingar bingarnya betapa mengundang murka. Dengan begitu, tentu sudah terfahami betul bahwa untuk merubah tingkah laku manusia yang rendah menjadi luhur maka jalan satu-satunya yang harus ditempuhi, ya...dengan mengubah mafhumnya terlebih dahulu :) dalam hal ini, terfirman indah dariNya dalam surat Ar-Ra’d ayat 11 yang artinya :
“ sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka”
Berarti, kita sudah bisa menyimpulkan sendiri kan? Bahwa untuk terwujudkanya mafahim yang benar adalah dengan mewujudkan suatu pemikiran tentang kehidupan terlebih dahulu. Namun, pemikiran seperti ini tiada kan melekat erat dan memberi hasil yang berarti terkecuali apabila dalam dirinya terbentuk pemikiran tentang alam semesta, manusia, dan hidup pun juga tentang Dzat yang ada sebelum kehidupan termulai dan sesudah kehidupan berakhir dan juga keterkaitan semuanya yang tersebut tadi. Dan untuk mencapai pemikiran sperti itu tentulah dengan memberikan kepada manusia pemikiran menyeluruh dan sempurna tentang apa yang dibalik ketiga unsur utama tadi. Sebab, pemikiran menyeluruh dan sempurna semacam inilah yang menjadi landasan berfikir (al-qa’idah al-fikriyah)yang akan menjadi solusi fundamental untuk menguraikan seluruh problematika kehidupan yang ada dimana seluruh problematika kehidupan pada dasarnya merupakan cabang dari  problematika pokok tadi. Adapun yang di maksud problematika pokok atau mendasar tersebut terangkum dalam 3 pertanyaan besar yang seiyanya telah dibawa oleh kita sedari awal mula terlahir ke dunia, yakni :
1.      Dari mana aku berasal ?
2.      Untuk apa adanya aku di dunia ini ?
3.      Lantas, akan kemana aku stelah titipan nafas ini berakhir?
Untuk dapat menjawab pertanyaan diatas, tentunya yang dibutuhkan bukan sembarang jawaban yang mengira-ira atau mengada-ada. Kita butuh pemecahan yang benar yang kemudian mengantarkan pada jawaban yang benar hingga berujung pada sebuah kebangkitan yang benar pula. Lantas bagaimana  ? telah dibahas diawal bahwa kita butuh pemikiran yang mendasar dan menyeluruh kan ? nah, pemikiran yang seperti itulah yang kemudian kita sebut sebagai aqidah. Dimana, aqidah tersebut yang akan dijadikan landasar berfikir yang akan melahirkan setiap pemikiran cabang tentang prilaku manusia beserta peraturan-peraturanNya. Oleh karena itu Islam dibangun atas dasar yang 1 yakni aqidah yang menjelaskan bahwa dibalik alam semesta, manusia dan hidup. Itu semua belumlah final dan selesai hingga terhenti begitu saja, tidak begitu kawan.  tak hendak putus sampai disana, karema kita harus meyakini bahwa adanya Sang Khaliq yakni Allah SWT yang telah mencipta itu semua. 

“Iman Kepada Al-Khaliq”

Begitu banyak bukti yang tersuguh dalam kehidupan ini yang mengajak kita berfikir bahwa segala bentuk keteraturan ini bukanlah serta merta ada, tiada lain pasti ada yang mengaturnya yakni Sang Khaliq. Teingat kata Said Nursi yang penuturannya nan penuh pemaknaan ia berkata “ jika kita berfikiran bahwa segala bentuk keteraturan ini bekerja dengan sendirinya dan memegang urusannya sendiri, tentu segala sesuatu akan nampak mempunyai mukjizat yang luar biasa. Ini jelas, mengada-ngada ! . eleuh...bener pisan, terbayang nanti teh kita bisa-bisa berfikiran , Tuhan milik segala sesuatu atau segala sesuatu punyai tuhannya sendiri-sendiri kalo punya fikiran seperti itu :D  Hingga ku tersentak dengan sederetan kalimat berikutnya sebuah renungan yang menghampiri mata dalam buku jendela tauhid karya said Nursi, kata-kata tegas itu tiada lain berucap begini padaku “wahai yang lalai dan malang dengan kelalaiannya, jika dengan berlimpah ruahnya ketakjuban yang terdapat pada semesta dan kehidupan  ini, engkau masih tidak mau melihat dan mengenaliNya, maka lepaskanlah akalmu dan jadilah hewan” astaghfirullah...betapa, akal yang tertitip ini haruslah senantiasa dihidupkan pemikirannya agar tak mati suri dalam jasad kita yang masih hidup. Agar kita bisa dengan jernih dan utuh mengimani keberadaanNya tanpa adanya keraguan meski secuil kecil hingga membawa kita pada ketaatan sebagai seorang hamba dibumiNya yang sedang dititipi nafas hidup dalam kehidupan yang tiada abadi ini.
wahai kawan, tuk menambah keyakinan akan eksistensiNya marilah kita mencermati segala sesuatu yang terindra disekitar kita tentunya dalam ranah yang dapat dijangkau akal yakni terbagi menjadi 3, tentang manusia, alam semesta dan kehidupan. Terfahami bahwa Ketiga unsur ini punyai sifat terbatas, lemah, serba kurang dan saling membutuhkan. Mu bukti ? J Coba deh, yuk kita fikirkan diri kita, yang bergelar sebagai “manusia”, yang tertitip nafas hidup dibumiNya. Pada realitasnya, nafas hidup yang termiliki selalu menuju pada suatu akhir dan cepat atau lambat akan berakhir. Apa yang kita saksikan dalam kehidupan ini selalu ada perhentian akhir, begitu pula dengan alam semesta pun demikian. Hingga, bisa kita simpulkan ini semua terbatas adanya, tiada yang abadi. Dengan begitu, kita akan dihinggapi sebuah pemikiran bahwa segala yang bersifat terbatas ini pasti diciptakan oleh “sesuatu yang lain”  yang tentunya tiada punya keterbatasan bagai ketiga unsur tadi. Hayooo...ada yang tau ? siapa lagi kalau bukan “Sang Khaliq” Dialah Allah SWT yang telah menciptakan manusia, hidup dan alam semesta. Yang mana dalam menentukan keberadan sang pencipta ini akan kita dapati 3 kemungkinan :
1.      Ia diciptakan oleh yang lain
2.      Ia menciptakan diriNya sendiri
3.      Ia bersifat azali (tidak berawal dan tidak berakhir)  dan wajibul wujud
kemungkinan yang pertama,  hmmm...” Ia diciptakan oleh yang lain”  tunggu, tunggu amat mengada-ada sekali ini. Bukankan segala sesatu yang diciptakan itu, tersebut sebagai makhluk, iya kan ? yuk ingat lagi, makhluk itu apa sih ? kita buat perbandingan dulu nih, secara etimologi, kata khalik berasal dari bahasa arab, dari kata kerja kholaqo yang berarti menciptakan. Lalu, kata kholaqo ini diubah menjadi fail atau pelaku sehingga terbentuklah kata khalik yang berarti pencipta. Nah, kata makhluk juga terambil dari kata yang sama lho, dari kata kholaqo juga yang kemudian diubah menjadi maful ( sebagai penderita ) sehingga terbentuk kata makhluk berarti yang diciptakan.  Owalah...betapa bathil pendapat yang petama ini yah, dari segi bahasa pun sudah tersalah pengertian.hehe dan jika pun benar  kemungkinan di atas, tentu ‘Ia’ yang dimaksud bersifat terbatas dunk. Oh no ! mana mungkin pencipta bersifat terbatas -_-
lanjut, kemungkinan yang kedua “ Ia menciptakan diriNya sendiri” nah lho, yang ini mulai bertambah ngawur lagi, moso iya sih dalam waktu yang bersamaan “Ia” berposisi sebagai makhluk dan sebagai kholik juga. Di ingat lagi yah kawan, makhluk ya makhluk tiada boleh merangkap jadi kholiq. Kacaulah nanti kalau begitu...betul ? :D
tersisa 1 kemungkinan lagi nih, “Ia bersifat azali dan wajibul wujud”  jelas, kemungkinan terakhirlah yang mencapai pembenaran sempurna. Mari simak penjelasannya,  Bersifat azali berarti tiada berawal dan tidak berakhir, artinya sang kholiq tiada pernah didahulukan oleh ketiadaan berarti  tidak pernah diciptakan dunk ? dan bersifat abadi tiada punyai batas hingga tidak kan pernah tersentuh dengan ketiadaan selama-lamanya. Bersifat wajibul wujud artinya wajib adanya sehingga tidak membutuhkan sebab. Bahkan, Dialah sebab bagi segenap keseluruhan realitas yang ada. Dan tentunya, wajibul wujud berarti tiada butuh kepada selainNya juga kan ? Jelas, kalau Ia butuh kepada wujud lain meski yang secuil kecil atom pun, maka wujud yang lain itu merupakan sebab bagiNya. Coba inget lagi deh, pemaknaan sebab dalam filsafat yang mengatakan  bahwa “ wujud sesuatu itu dibutuhkan untuk keberadaan sesuatu yang lain” sudah dapat tersimpulkan bukan?  Bahwa semua yang mungkin (mumkinul wujud) adalah akibat dari butuh kepada sebab. Sedangkan, wajibul wujud adalah sebab utama bagi kemunculan dan keberadaan wujud-wujud  yang mungkin tersebut. Dan Dia adalah Allah SWT bersifat azali dan wajibul wujud J
dan akal kita pun mampu membuktikan keberadaanNya dengan memikirkan segala hal yang dapat terindra olehnya. Dengan Merenungi tentang fenomena hidup, alam semesta,  meneliti tentang salah satu bagian dari tubuh manusia, tingkah laku hewan dan tumbuhan dll akan kita dapati bukti nyata dan menyakinkan akan adanya Allah SWT.lantas, masihkah ragu kalau semua ini ada yang menciptakan ? ah...masa kalah sih sama pemikiran orang badui yang ketika melihat ada tapak unta saja sudah meyakini bahwa pasti telah ada unta yang melintasi jalan ini. Terlebih lagi, penciptakan alam semesta beserta isinya masa iya tiada yang menciptakan ? Tentu tidak yah, yakin deh  kalau kita mah pasti tak berminat sedikitpun berikut serta menjadi atheis yang tiada meyakini adanya sang pencipta. Karena kita dibekali akal tuk berfikir bukan sekedar dijadikan aksesoris kepala saja :D
terfirman juga ajakan dariNya untuk mengamati setiap penciptaan di semestaNya ini, agar peroleh pemahaman yang pasti dan meyakinkan. Ayat yang berkaitan dengan hal ini diantaranya : 
“apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan ? dan langit, bagaimana ia ditinggikan ? dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan ? dan bumi, bagaimana ia dihamparkan ?” ( QS. Al-Ghasyiyah 88 : 17-20)
sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi. Silih bergantinya malam dan siang. Berlayarnya bahtera di laut yang membawa apa yang berguna bagi manusia. Dan apa yang diturunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu ia hidupkan bumi sesudah matinya(kering). Dan ia sebarkan dibumi itu segala jenis hewan. Dan pengisaran air dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi. Sesungguhnya (semua itu) terdapat tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan “
(QS. Al-baqarah 2 : 164)
Dan masih banyak ayat yang serupa, kawan-kawan baca sendiri yah. Sambil tilawah Al-Qur’an J.  meskipun kita mengiyakan dan meyakini bahwa keimanan terhadap adanya sang pencipta merupakan hal yang fitri pada tiap-tiap manusia. Tetapi, hal ini tiada dijadikan jalan satu-satunya menuju iman karena cendrung muncul dari perasaan yang berasal dari nurani saja. Bisa dibayangkan oleh kita, Teramat riskan sekali  jika hanya bertitik tolak pada perasaan saja dan tak dikaitkan dengan akal. Pastinya  akan bermunculan penyimpangan-penyimpangan yang mengarah kepada kemusrikan. Karena pada realitasnya, peran perasaan tersebut tersering menambah-nambah apa yang diimani, dengan sesuatu yang tak punyai hakikat. Sampai-sampai ada yang mengkhayalkannya juga lho sobat, dengan sesuatu tertentu yang dianggap lumrah terhadap apa yang diimani. Semisal penyembahan terhadap berhala, kisah dewa-dewa dll. Untuk itulah. Islam mewajibkan setiap umatnya menggunakan akal dalam beriman kepada Allah SWT, tentunya akal yang digunakan secara benar sehingga menjadikan keimanan betul-betul muncul dari proses berfikir yang mustanir (berfikir cemerlang). Sebagaimana ayat-ayatNya yang begitu banyak menyerukan perintah tuk senantiasa berfikir, yang ditujukan pada potensi akal untuk melakukan berbagai perenungan sehingga keimanan benar-benar muncul dari akal dan bukti yang nyata. Sehingga tiada bisa terdustakan akan keberadaanNya,  sebagai sang khaliq di semesta ini. Tapi, telah kita tau juga bahwa akal yang terdapat pada manusia adalah terbatas sehingga tiada mampu dan tidak kan pernah bisa diajak untuk Memahami sesuatu hal yang berada diluar jangkauan akalnya, perlu kita ingat bahwa sampai kapanpun akal manusia tidak mampu memahami dzat Allah SWT karena dzatNya berada diluar jangkauan akal yang meliputi ketiga undur pokok (alam semesta, manusia dan hdup). Tapi, kita masih bisa mengetahui wujud-Nya melalui makhluk-makhlukNya, yang melingkupi ketika unsur pokok tadi yakni tentang alam semesta,manusia dan hidup.

Kebutuhan Manusia Terhadap Para Rasul

Sudah terfahami oleh kita bahwa beragama merupakan sesuatu hal yang fitri pada diri manusia, karena manusia punyai naluri tadayun (mensucikan penciptanya) yang kemudian akan melahirkan aktivitas ibadah sebagai temali yang menghubungkan kita dengan sang Pencipta. Tentunya, hubungan yang terjadi butuh adanya suatu aturan yang jika tidak ada maka akan memunculkan kekacauan ibadah semisal penyembahan berhala, menyembah pada selain pencipta  dll jadi, harus ada aturan yang mengatur hubungan ini dengan peraturan yang benar yang berasal dariNya. Karena aturan ini harus tersampaikan pada manusia, maka tidak boleh tidak harus ada para Rasul yang menyampaikan Agama ini kepada umat manusia.
Bukti lain akan kebutuhan kita terhadap para rasul adalah bahwa kita sebagai manusia yang semasa hidup tentu adanya pemuasan terhadap tuntutan gharizah (naluri) serta kebutuhan-kebutuhan jasmani lainnya yang harus terpenuhi dan sangat diperlukan. Jika, pemuasan semacam ini dibiarkan berjalan semaunya dan tanpa adanya aturan sudah barang tentu akan mengakibatkan kesengsaraan umat. Bisa terbayang yah kawan, jika tanpa aturanNya yang mengatur, begitu banyak hal-hal yang tiada dianggap pantas dilakukan akan bertebaran dimana-mana. Tersadari, bahwa hanya aturan yang datang dariNya lah yang mampu mengatur manusia dengan baik. Sebab, pemahaman manusia dalam mengatur naluri dan kebutuhan jasmani selalu berpeluang terjadi beragam macam beda, sengketa, pertentangan, penuh selisih dan terpengaruh lingkungan tempat tinggalnya. 

Bukti Al-Qur’an Datang dari Allah SWT

Kita dapati bahwa Al-Qur’an adalah sebuah kitab berbahasa arab yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Sehingga, dalam penentuan asal muasal Al-Qur’an akan muncul 3 kemungkinan yang mana tidak ada lagi kemungkinan lain selain yang tiga ini. Yakni :
1.      Kitab itu dikarang oleh orang arab
2.      Karangan Muhammad SAW
3.      Berasal dari Allah SWT
Kemungkinan pertama, sudah jelas tiada dapat kita terima. Tersebab, Al-Qur’an sendiri telah menantang mereka untuk membuat karya yang serupa tapi malah hasilnya sangat berjauh banding dengan Al-Qur’an baik dari segi bahasa dan pemaknaannya. Sekeras apapun usaha yang telah terupaya nan penuh kesungguhan , tapi tetap saja Al-Qur’an bukanlah tandingan manusia yang karyaNya bisa dibuat serupa dan sama dengan yang dibuat manusia. Tiadah pernah mungkin...hingga kita dikuatkan dengan firmnNya :
“katakanlah : maka datangkanlah sepuluh surat yang (dapat) menyamainya”
(Qs. Hud 11 : 13)
“katakanlah : (kalau benar apa yang kamu katakan ), maka cobalah datangkan sebuah surat yang menyamainya “ (Qs. Yunus 10 : 38)
Kemungkinan kedua, karangan Muhammad SAW
Mari mengingat kembali bahwasanya Nabi Muhammad SAW adalah orang arab juga, sehingga betapapun memiliki level kejeniusan yang tinggi melangit, tetap saja tak bisa dipungkiri bahwa ia adalah salah satu  bagian dari anggota masyarakatnya. Adapun telah terjelaskan tadi di kemukinan pertama, bahwa bangsa arab tidak pernah ada yang dapat mencipta karya serupa maka sangatlah masuk akal jika Nabi yang juga termasuk bangsa arab pun sama demikian, tiada mampu membuat karya yang  serupa. Kenapa coba alasanya ? yah, tepat !!! karena Al-Qur’an bukan karangan Nabi tapi firman Allah SWT. Terlebih lagi, ada begitu banyak hadist yang berasal dari Nabi dan telah kita tau disamping sering membacakan setiap ayat Al-Qur’an yang diterimanya melalui wahyu, dalam waktu yang sama juga Nabi mengeluarkan hadist. Dan keduanya tetaplah berjauh banding nan berbeda, baik dari segi gaya bahasanya yang tidak pernah ada kemiripan secuil kecilpun antara Al-Qur’an dan hadist. Dalam keduanya ada beda yang tegas dan jelas, hal inilah yang menyebabkan tiada satupun bangsa arab yang  sangat tau mendetail, ahli pun mahir keilmuannya tentang  gaya dan sastra bahasa arab, berani menuduh Al-Qur’an perkataan Muhammad bahkan mengatakan adanya kemiripan dengan gaya biacara Nabi pun mereka tiada berani. Hingga satu-satunya tuduhan yang terlontar dari mereka adalah bahwa Al-Qur’an itu disadur Muhammad dari pemuda nasrani pemilik nama Jabr. Yang kemudian terbantahkan oleh firmanNya :
“(Dan) sesungguhnya kami mengetahui mereka berkata : bahwasanya Al-Qur’an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad). Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya (adalah) bahasa ajami (non arab), sedangkan Al-Qur’an itu dalam bahasa arab yang jelas”
 ( QS. An-Nahl 16 : 103)
Tuntas sudah beragam macam bukti telah mematahkan 2 kemungkinan tadi, lantas sudah dapat kita ketahui bahwa kemungkinan yang ketigalah yang benar bahwa Al-Quran adalah kalamullah, yang menjadi salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW.
Hnmm....sudah sedemikian panjang jemari ini menuliskan ilmuNya yang terambil dari kitab nizhamul islam. termulai dari pembahasan iman kepada sang khaliq, kerasulan Muhammad Saw dan Al-Quran adalah kalamullah yang kesemuanya itu merupakan dalil aqli. Terambil kesimpulan, bahwa segala bentuk  keimanan kepadaNYa haruslah dicapai melalui akal baik dalam ranah yang terjangkau oleh akal atau tidak, perkara-perkara ghaib, dan segala hal yang dikhabarkan olehNya yang datang dari sumber yang pasti (qat’i) yakni Al-Qur’an dan hadist mutawatir. Sehingga, apapun itu jika tiada terbukti oleh akal, nash Al-qur’an dan hadist mutawatir haram hukumnya untuk mengimani. Karena perkara aqidah hanya boleh diambil dengan jalan yang pasti. Dari sinilah berarti kita wajib beriman pada hari kebangkitan, syurga, neraka, hisab, siksa dll. Juga beriman terhadap adanya malaikat, jin, dan syeitan dan perkara-perkara lain yang secara riilnya belum keseluruhan terindra oleh kita. meskipun demikian, iman yang seperti ini tetap saja merupakan iman yang aqli juga. karena pada dasarnya telah dibuktikan oleh akal yang diperoleh dari mengutip (naql) dan mendengar (sama) dari tiap-tiap yang dikhabarkan-Nya.
Setelah kita bertambah tau sekarang, terinsyafi dengan kesadaran yang utuh bahwa wajib beriman terhadap apa yang ada sebelum kehidupan yakni Sang Khaliq dialah Allah SWT. Pun juga wajib beriman terhadap apa yang ada  setelah kehidupan yakni kita akan kembali ke kampung akhirat-Nya. Lalu, kitapun tau bahwa tiap-tiap perintahNya merupakan hubungan yang saling terhubung tanpa sekat, suatu keterkaitan yang utuh antara sebelum kehidupan dan sesudah kehidupan. Maka sudah seharusnya kita manusia selama masih bisa menghela nafas dan menjalani kehidupan haruslah senantiasa terikat dengan hubungan tersebut. Sungguh karena kecintaanNyalah Allah mewajibkan manusia berjalan dalam kehidupan ini sesuai dengan peraturan Allah, karena sekecil apapun perbuatan kita kelak akan ada hisabnya.
Dengan demikian terbentuklah al-fikru al-mustanir (pemikiran cemerlang) tentang apa yang ada dibalik alam semesta, hidup, dan manusia pun juga tentang sebelum kehidupan dunia dan kehidupan sesudahnya. Bahwasanya perkara tersebut saling terhubung dan memiliki hubungan antara kehidupan sebelum dan sesudahnya. Maka, terselesaikanlah problematika pokok  secara sempurna dengan aqidah islamiah. Apabila manusia berhasil memecahkan perkara ini, maka ia dapat mewujudkan mafahim yang benar dan produktif tentang kehidupan. Sehingga, akan terus meniti jalan-jalan ketaqwaan karena, bagaimanalah bisa manusia yang merasa diri sebagai hambaNya tapi enggan mentaatiNya. Tapi, tanpa adanya iman terkadang kita goyah dan terjatuh pada lembah yang salah. Mengingatkan aku pada syair lagu nasyid yang dinyayikan Raihan,
 “tanpamu iman...bagaimanalah ? merasa diri hamba padaNya...tanpamu iman...bagaimanalah? menjadi hamba Allah yang bertaqwa...”                         
Dan juga terfirman dariNya suatu malumat tentang keimanan :
“wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya dan kepada kitab yang diturunkan Allah kepada RasulNya dan kepada kitab yang diturunkan sebelumnya. Dan siapa saja yang mengingkari Allah dan malaikatNya dan kitabNya dan Rasul-rasulNya dan hari akhir maka ia telah sesat sejauh-jauh kesesatan”
 ( QS. An-Nisa 4 : 136)
Kawan, taukah engkau? Pemecahan sebagaimana yang telah terpaparkan sebelumnya, yang dari sanalah yang akan menjadi dasar bagi berdirinya suatu mabda (ideologi) yang dijadikan sebagai jalan menuju kebangkitan yang kemudian melahirkan hadlarah yaitu suatu peradaban yang bertitik tolak dari mabda tadi. Lebih lanjut lagi, dijadikan dasar pula yang melahirkan peraturan-peraturan dan dasar berdirinya negara islam. Dengan demikian, dasar bagi berdirinya islam baik secara fikrah (ide dasar) maupun thariqah (metode pelaksanaan bagi fikrah) adalah aqidah islam.
Nah, sedari awal telah kita simak rangkaian penjelasan yang terkait dengan keimanan yang mana keseluruhannya telah dapat buktikan diantaranya Iman Kepada Al-khaliq, Bukti Kebutuhan Manusia Terhadap Rasul, Bukti Al-Qur’an datang dari Allah, dan Aqidah Islamiah. Apabila semuanya sudah terbukti, sedangkan iman kepadaNya adalah suatu kewajiban maka, sebagai umat muslim wajib untuk mentaati keseluruhan syariatNya secara total dan utuh tiada terambil setengah-setengah, sedikit, sebagian, atau yang disesuaikan dengan nafsu kita saja. Bukan seperti itu yah kawan...perlu diketahui bahwa iman terhadap syariatNya tiada cukup jika bersandar pada akal semata, tetapi harus teriring dengan sikap penyerahan total dan penerimaan secara mutlak terhadap segala hal yang datang dari sisiNya. Sadarilah...bahwa kita hanyalah hamba yang butuh...butuh diarahkan oleh petunjukNya...butuh di atur dengan aturanNya...dan sangat butuh kasih sayang dan rahmatNya dalam mengarungi kehidupan ini...karena yang mampu menjamin suatu keteraturan tercipta hanyalah Dia...Sang pencipta kita.
Dan dijalan menuju iman ini, bukanlah jalan yang mudah kawan... akan ada banyak persimpangan bimbang yang hadir untuk menguji keistiqamahan kita. Terdo’a selalu, moga kita semua senantiasa menapaki tiap langkahan hidup ini,  dijalan yang terbimbing dengan petunjukNya...selalu terjaga dalam langkah-langkah ketaatan yang tak kenal kata berhenti, sampai desah nafas menghilangkan hembusannya. kawan...Allah SWT telah berikan kita dua jalan dalam kehidupan ini, dan dari dua jalan itulah yang akan menentukan kisah selanjutnya, suatu kisah yang tak kenal usai dimana awal mula keabadiaan dikenalkan pada kita, saat telapak kaki kita telah menapaki akhiratNya. Entah syurga...ataupun neraka. Adalah tergantung pilihan kita...
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan durhaka dan jalan ketaqwaan”
(QS. Asy Syams 91 : 8 )
Betapa indah karunia pilihan ini yang kemudian dijadikan bekal teragung penentuan hunian terakhir diakhiratNya. Meski hanya tersedia 2 jalan, bagai merumit pilihan. Terkadang kita hilir mudik melewatinya kadang dijalan durhana kadang pula dijalan ketaqwaan. Ah...manusia, istiqamah itu tak segampang menghujamkan batu pada tanah lantas tertanam selamanya. Tidak seperti itu, kadang tangan usil kitalah yang mencabutnya kembali dengan berbagai macam alasan terhasut bisik-bisik syetan. Terinsyafi,  Bahwa tiap manusia punyai kehendak. Maha Baik Allah yang tiada pernah memaksa, maka hendak beriman atau tidaknya kita tergantung pada pilihan kita. Allah selalu mempersilahkan kita tuk memilih kawan, pun Allah jugalah yang telah memberi kabar konsekwensi setiap pilihan yang kita ambil. Maka ada kesejukkan saat mendengar janjiNya bahwa keindahan terindah, teristimewa, termenawan nan penuh ketakjuban akan menjadi penyambut bagi mereka yang berhasil memilih. Hingga liku, terjal, meliuk, menanjak nan penuh tikungan dalam jalan ketaqwaan tiada menjadikan kita diam dan bertahan, karena kita yakin hanya inilah jalan satu-satunya yang menghubungkan dengan keindahan yang Allah janjikan. Ah...betapa indah. Moga kita semua tersampai disana, bersama...:)
“dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran RabbNya dan mencegah diri dari kuasa hawa nafsunya, maka syurgalah tempat tinggalnya”
( QS. An- Naazi’aat 79 : 40-41)
Nah, engkaulah kawan... seorang muslim kepunyaan Allah SWT yang akan kembali pada Allah maka berusahalah di tiap perbuatan kita, hanyalah tertuju  tuk menggapai ridhoNYa semata pun juga meyakini bahwa kita bukanlah penghuni asli bumi, tempat asal kita adalah syurga dengan segala kenikmatanNya...sebagaimana kisah adam dan hawa berasal mula disana . Lalu,  marilah tempuhi bersama jalan yang diperintahkanNya...syurga teramat luas tuk ditempati seorang diri kawan, maka antusiaslah dalam  dakwah, tuk saling menunjuki “jalan menuju iman” sebagai langkah awalnya, lalu berjalanlah bersama, saling menguatkan dalam ketaqwaan dan kesabaran. Tersadari, #kitamilikAllah SWT
Dan Allah menginkan kita semua hambaNya tuk tiada lemah dan berlamban gerak dalam meniti jalanNya...karena, Allah SWT selalu merindukan kehadiran kita disyurgaNYa :)
Dan, akan saya akhiri rentetan kalimat demi kalimat yang sedari tadi bagai hanya menampakan kericuhan dan gaduh yang membuat bingung, karena kata per katanya masih belumlah indah tertata dalam menyajikan makna. Maafkan yah kawan...
Sebagai pengganti kejenuhan, Dan inilah kutipan indah yang ku pinjam dari buku “ Jalan Cinta para Pejuang” karya, Ust. Salim A. Fillah. Moga, apa yang sedari awal tertulis dapat tersampaikan maksudNYa J
Kita merencanakan. Untuk menyesuaikan diri dengan rencana Allah
( Hilmi Aminuddin)
Kemenangan islam, kemenangan da’wah adalah rencana Allah. Tugas kita dijalan cinta pejuang adalah membuat rencana-rencana untuk menyesuaikan diri dengan rencana Allah itu, rencana adalah niscaya. Di jalan cinta pejuang, berkumandang kalimat Ali bin Abi thalib, “kebenaran yang tak terencana, akan terkalahkan oleh kebathilan yang tertata.”
Di terminal keberangkatan jalan menuju iman, kami selalu setia menunggu kedatanganmu kawan... tuk siap ikut melaju bersama dalam menempuhi “jalan cinta para pejuang”. Ayooo...bergegaslah kawan, jadwal tunggu kami tak terbatas, kapanpun engkau datang selalu tersambut kalimat  “selamat datang pejuang Allah, kehadiranmu sangatlah berarti” ...:) :) :)




Sabtu, 10 Mei 2014

Engkau...di suatu masa. kawan :)


Sejarah... lagi-lagi jika berbicara sejarah bagai ada usapan airmata di fikiran ini, hati tiba-tiba mengajak tuk bersedih. Yah kerinduan itu hadir....kerinduan yg berjarak berabad-abad lamanya rindu yang begitu jauh dari jangkauan zaman  yang kini serba kapitalis dimana tumbuh subur pemikiran pragmatis, materialis, hedoisme dll, jarak waktu yang teramat panjang yang terus berjalan dibawa detik-demi detik perjalanan masa,  bahkan hanya sayup-sayup tersadari . Padahal, lama sekali kita tlah ditinggal oleh peradaban nan gemilang.  Suatu peradaban yang sejahtera dan mensejahtrakan.

Ku ingat lagi lembaran kisah yg pernah menyapa mata, sampai buatku silau saat goresan tinta hambaNya membawaku pergi menyimak kepribadian sosok pemuda penuh cahaya, gemerlap kilau keislaman mereka begitu memukau dan aku hanya tertunduk malu. Hingga bermuara pada 1 tanya “ mengapa ku belum berbuat apa-apa diusia yg sekarang??? “ padahal usia muda akan habis, padahal waktu tak tak pernah macet dalam perjalanannya, ia selalu melaju dengan kecepatan sama yg kita kenal dari detik ke detik hingga menit lalu jam dan kumpulan jam mencipta hari dan tahun sampai batas akhir usia yang kita punya. Waktu selalu menuju pada arah penghabisan.  Yah...”penghabisan jatah hidup” terus dan terus seiring detik beralih ke detik kitapun seiyanya ikut berlalu bukan berlalu dalam laju yang maju tapi mundur sedikit demi sedikit dari kehidupan. Betul memang dunia ini ujian tiada yang nol resiko dalam setiap penyikapan, berbuat baik ada resikonya, berbuat jahat pun sama ada resikonya. Lalu pilih yang mana ???

Lalu, izinkanlah aku menyapa para pemuda pun remaja muslim yang dirindukan syurga dalam jalan dakwah dibumiNya “ Assalamu’alaikum...sudah terdengarkah seruan mulia dariNya kawan? Yang kini begitu bergema keras sampai memenuhi sudut langit, mengajak kita berjuang mencipta kedamaian hakiki tuk kembali menerapkan syariatNya...? sudahkah, fakta yang terjadi membuat kita terenyuh, bahwa jalan kebenaran dan kebaikan kini  kian gaduh diperbincangkan ? sudahkah kita temui jalan-Nya ? jalan yang menuntun kita selalu terhubung pada tiga pertanyaan besar...pertanyaan yang membungkus segenap jawaban penyelesaian dariNya dari keseluruhan problematika yang kita hadapi sekarang. Tiadalah lain, pertanyaan yang dimaksud ialah :
  1. Dari mana kita berasal?
  2. Untuk apa ?
  3. Lalu, akan kemana penghujung akhirnya ?
Jawablah...kawan, jawab dengan sepenuh pemikiran yang mendalam. Sudah utuhkan engkau hujamkan dalam benak bahwa kita adalah hanya seorang hambaNYa ? asal kita dari penciptaanNya, untuk menjadi khalifah dibumiNya dan kelak pun akan kembali pulang ke kampung akhiratNya...iyah, benar dunia ini hanya selintas naungan tuk berteduh sejenak saja, tiada lama...hingga pengibaratan dunia sedemikian tak berharga firmanNya mengatakan “ dunia hanyalah sanda gurau” tapi, maksud penciptaan kita bukanlah tuk main-main saja, kita dicipta sebagai khalifah di bumiNya. Suatu amanah yang besar yang sebelumnya ditawari pada seluruh makhlukNya dari mulai malaikat, gunung, pepohonan dll keseluruhan menolak tiada menyanggupi. Namun, manusia ? dialah yang dengan berani mengatakan “iya” menerima amanahNya sebagai khalifah di bumi. Terbayang bahwa tiadalah layak jika kita sebagai khalifahNya punyai sikap acuh pada sesama dan lingkungan, yang terinsyafi itu tanggung jawab kita bersama tuk senantiasa menjagga keseimbangan suatu kehidupan dibumiNya...islam tiada pernah mengajarkan egois kawan, syurga terlalu luas tuk kita tempati seorang diri. Mari...pedulilah...pekalah...jangan ciptakan jarak terlalu jauh dengan ketaatan dan kebaikan. Karena kita 1 tubuh...maka bersatulah dalam ukhuwah islamiah, berjalan bersama menebar dakwah, kenalkan lagi mereka yang mungkin sedang terlupa akan hakikat kehambaannya bahwa hidup dan mati haruslah hanya untuk meraih RidhoNya semata, dengan ketaatan yang utuh tiada tersentuh kebathilah yang bercampur padu. Karena yang hak itu selalu jelas terlihat, kesamaran yang nampak hanyalah ujian, tuk menguji sejauh mana kita berupaya tuk selalu melihat segala hal dengan arahan petunjukNya...

Izinkan, aku berbagi kisah  sosok pemuda penuh cahaya yang menggores tinta terindah untuk islam di usia yang teramat muda, di usia yang kini kita kenal dengan istilah remaja. Hmm...ku memulai dengan pertanyaan “ ingin menjadi seperti siapakah kita ???”

Menjadi bagai Az-Zubair bin al-awwam kah ??? ia adalah kawan diskusi Rasulullah sekaligus pasukan berkuda pejuangNya hingga terkenal dengan julukan tentara pemberani pun juga ia sebagai pemimpin dawah islam dizamannya. Dan taukah kita? Pada usia berapa, beberapa keistimewaan itu telah mengerumuni sosoknya??? Sangat Begitu muda kawan...di usia 15 semerbak harum keistimewaan prilaku telah ia tebar untuk islam.

Seperti Thalhah bin Ubaidillah kah ??? ia  seorang pembesar ulama barisan islam di mekkah terkenal sebagai singa podium yang handal, yang melindungi Nabi saat perang uhud berkecamuk dengan tujuh puluh luka tusuk tombak, donatur penting dalam beberapa agenda kebaikan, hingga Rasulullah menjulukinya dengan Thalhah si pemurah nan dermawan.

Seperti Saad bin abi Waqqas  kah ??? ia seorang satria berkuda muslim paling pemberani pada saat usia 17 tahun lho kawan ? lalu, bagaimana dengan kita ? pemberani dalam hal apa di usia 17, pemberani mengungkapkan cinta pada gadis yang disuka ? ( aduh...naudzubillah yah :’(, jangan berani-berani kalo sama maksiat mah ). Tirulah bagai sosok Saad, yang ia juga Terkenal sebagai pemanah terbaik, sahabat pertama yg mengalirkan darahnya untuk islam bukan untuk pacar :p , bahkan Rasulullah menyebutnya sebagai penduduk syurga.

Seperti Zaid bin Tsabit kah ??? , yg pada usia 13 tahun tlah mendaftarkan dirinya untuk berjihad, ia pemuda jenius mahir baca tulis. Hingga lisan Rasulullah bersabda memberinya perintah “ wahai zaid tulislah...” ia peroleh tugas maha berat menghimpun wahyu pada usia 21 tahun

Seperti Usamah bin zaid kah ??? yang pada usia 12 tahun  namanya begitu harum dengan julukan mukmin yg tangguh nan muslim yang kuat, Rasulullah menunjuknya sebagai panglima perang pada usia 20 dan memimpin armada perang menggempur adi kuasa Romawi diperbatasan suriah dengann kemenangan gemilang.

Dan ada sosok yang mungkin sudah akrab terdengar dalam perbincangan sejarah yang menebar cinta kasih dilangit Eropa, dan lagi-lagi usianya pun begitu muda. ia begiitu terkenal dengan kesalihan yang mewarnai tiap detik helaan nafasnya, yang tidak pernah meninggalkan solat wajib, tahajud & rawatib sejak baligh hingga saat kematiannya. Subhanallah...sungguh berjauh banding dengan kita ya, ah jadi sedih saya teh :’(

Sedikit saya mencoba berbagi apa yang saya telah kuketahui akan sosoknya, hmmm...menulis sosok istimewa buatku grogi, tangan seakan bergetar tiba-tiba. Hehe (sumpah,  g lebay kok :D)
Sudah taukah kawan, siapa yang akan saya ceritakan ? iyah...tiadalah lain ia adalah sosok pemuda pemilik nama  “Muhammad Al- Fatih” pedang malam peradaban yang berhasil memenuhi sudut langit Eropa dengan riuh gemuruh takbir kemenangan islam “ ALLAHU AKBAR !!!” tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, serangan utama dilancarkan. Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak kota. kemudian beliau diberi gelar Al Fatih (sang pembuka) yaitu membuka kota Byzantium yang dulunya adalah Konstantinopel. Beliau adalah seorang pemberani, ahli strategi militer, juga istiqomah dalam shalat tahajudnya tiada pernah malam terlalui tanpa qiyamul lail. Subhanallah...sebuah sejarah yang begitu indah berbingkai ketakwaan kepadaNya berpendar-pendar cahayaNya menghias langit Eropa selama 500 tahun  sejak abad ke-15. Sang Pedang Malam Al Fatih yang begitu luar biasa.

Rasa-rasanya tiadalah berlebihan  prediksi Rasulullah akan kehadiran sosok istimewa Muhammad Al-Fatih bahwa :

Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335].

Dalam hadist lain juga diceritakan,

Aku mendengar baginda Rasulullah S.A.W mengatakan seorang lelaki soleh akan dikuburkan di bawah tembok tersebut & aku juga ingin mendengar derapan tapak kaki kuda yang membawa sebaik-baik raja yang mana dia akan memimpin sebaik-baik tentara seperti yang telah diisyaratkan oleh baginda" (Abu Ayyub al-Anshari)

Ah...sejarah, mengapa yang menjadi sejarah selalu begitu indah dengan kenyataan sekarang ya ? dan mengapa keindahan islam begitu sejuk terdengar dalam sejarahnya ? bisakah kita merealisasikan kembali sejarah itu lagi kawan ? yah...sangatlah bisa bukankah itu janji Rasulullah bahwa islam akan berjaya kembali, tiada pernah ada  jalan buntu jika kita selalu bersandar padaNya...
Sudah adakah gema perjuangan yang menyusup dalam dinding hati kita kawan ? terbersit rasa iri kah kita dengan sosok-sosok mereka? Atau, terbit rasa rindukah dengan keindahan sejarah yang kita punya ?
Yang ku tau, rasa itu pastilah ada. Dan aku percaya engkau kawan...engkaulah pejuang tangguh itu, yang merindukan gelar al-fatih juga. Sebagai sang pembuka kebenaran syariat islam, dengan menebar cahaya kebajikan ditiap fajar menyapa begitu pula saat pekat malam menggantikannya. Bersinarlah...terangi gulita malam bagai rembulan dan bintang pun pagi  dengan kesejukan fajar islam. Engkaulah pemuda... :) :) :)    
Ialah engkau kawan, pemilik  Semangattt yang selalu muda, meski sampai renta usia. Engkau selalulah pemuda...dan yakinlah, engkau disuatu masa yang akan mendekatkan sejarah kegemilangan islam lagi, hingga menyatu dengan kenyataan sekarang. engkau kawan...disuatu masa. yuk, segera buktikan ! SIAP
? :)

Coretan suci, 11-05-14
tentang, suatu masa yang dinanti :)


"Malas ah..jauh..." :) :) :)


7 Mei 2014 pukul 17:06
 
Hujan...ku tatap langit sore lekat seusai keluar dari perpustakaan tarbiyah ku sempatkan menulis sambil menunggu hujan reda. Dilantai 7 aku mematung sendiri sambil meyandarkan tubuh ke dekat balkon sembari memandang ke arah bawah, melihat air hujan yang berjatuhan yang sesekali angin kecil menjatuhkan hujan juga ke wajahku. Ku ingat lagi saat tadi sebelum ba'da dzuhur saat aku dan kawan-kawan sedang mengulas materi PSI diperpus. Tiba-tiba aku tertarik tuk membahas suatu kalimat yg terlontar dari lisan kawanku dini, yang sebelumnya aku mengajak dia keluar sebentar untuk mengantar aku ke toilet karena aku dan dini sama-sama ingin pipis.hehe " ayo..din, bareng atuh ke toilet sekarang" " mau sih...tapi Malas Ah Jauh ! ntar aja pas mau masuk kelas" aku tertegun mendengar jawabannya fikiranku tertuju pada kalimat ini "malas ah jauh" ya...ya...kawanku tiba2 malas saat tempat yg dituju jauh, yah memang harus banyak langkah kaki yang kita bawa hingga berhenti disana. Terenungi, jika itu sebuah analogi. Aku bagai ingin mengaitkan lagi dengan kehidupan kita yg kadang rasa "malas" itu sering muncul entah itu malas belajar, malas shalat, malas ngapal Quran dll apakah rasa malas itu muncul karena kita merasa jauh ??? Kita malas belajar karena kita berfikiran masa depan masih jauh hingga tak usahlah tergesa-gesa, nyantai aja :D lalu, malas shalat. Duh...ini yg bahaya apakah kita terfikir bahwa kematian masih jauh hingga merasa pantas tuk bermalas2??? Lalu, kita kadang malas menghafal alquran ketika perhentian ayat begitu jauh berlembar-lembar pula, meski hanya 1 surah??? Hingga malas tuk menghafal ayat-ayat panjang, shalatpun selalu mengambil dari juz 30 saja. Padahal, surat-surat pendek yg kita hafal jika digabungkan itu sama saja mencangkup berlembar-lembar ayat. Bagai sedang mengisahkan diri sendiri, ah...demi masa ! Kerugian bagai selalu mendekatiku. Astaghfirullah...sebenarnya, Aku ingin jauh dari kemalasan, andai kemalasan mewujud menjadi seseorang mungkin sudah ku bunuh. Jika terlalu kejam, ku tuntut ke pengadilan aja deh biar terpenjara menyandang hukuman mati. Itu g terlalu kejam kan ? ( Tapi, sama-sama mati ci -_-) hehe. Owalah...iya jg yah, trus gmana baiknya? Aku tau, kemalasan kan aku yg menghadirkan dia ada, lho kok jadi dia yg disalahin. Aku yg salah pastinya, ok. Ini harus di minimalisir, malas jg ada pentingnya kok, kaya malas tuk bermaksiat, kalau km ditiadakan kan berabe :D jadi, yg harus aku lakukan cuma buat pengalihan aja ku suruh migrasi tuh ke ranah maksiat, sifat malasnya. Beres... As simple as that :) sifat buruk yah harus dialihkan pada yg buruk, jadi inget janji Allah terkait pasangan hidup bahwa " yg baik hanya untuk yg baik pun juga yg buruk hanya utk yg buruk"(sttt...jadi, inget seseorang). Pada akhirnya, ada ajakan menarik nih. Yuk, males masuk neraka !. Biar amanah hidup kita terarah bukan orientasinya syurga tapi, cuma ingin menjadi hamba yg baik karena kita pun selalu ternaungi ke Maha baikkanNya...

@coretan_suci ditemani deras hujan di loby tarbiyah :)

Ilaahii anta maqshuudii wa ridhaaka mathluubii, a’thinii maghfirataka wa mahabbataka birahmatika yaa arhamar raahimiin. Amin. (Duhai Tuhanku, Engkau-lah tujuanku dan ridha-Mu adalah pencarianku, berilah aku ampunan-Mu dan cinta-Mu dengan rahmat-Mu. Amin).