Hening...malam yang
menjelang shubuh buatku merenung dalam-dalam, mengingatkan pada perbincangan
siang itu bersamamu kawan...senang rasanya saat perjuangan dakwah ini
mengundang tanya dari benak kawan-kawan, ternanti selalu tuk bersama-sama
melangkah melanjutkan estafet perjuangan sang Nabi, bersama...
Namun, kelembutan
hatimu yang buatku takjub sehingga mengatakan alasan terhalus padaku, alasan
yang kau hadirkan dari ranah terkecil yang termulai dari dirimu sendiri dan
saudara disekitar kita.
“gini
deh, gue aja blon baik. Gue mu benerin diri gue sendiri lalu kemudian baru
orang-orang terdekat disekitar kita nda usah jauh-jauh dulu ”
iyah...alasan yang
masuk akal dan selintas betapa indah nan penuh rendah hati sekali. fikirku,
mulai menghukumi diriku sendiri “sebenarnya akupun sama tidak tau apa-apa,
keluargakupun belumlah sempurna penerapan islamnya, dan sadar betul bahwa diri
pribadipun masih harus sering dibenahi kawan” pada dasarnya kita adalah sama
insan bernama manusia yang selalu punyai sisi baik dan buruk, kau tau kawan
tentang dakwah ? iyah...dakwah itu menyebar kebaikan, berbagi kesejukan syurga
di zaman yang gersang dan kering kerontang dari semerbak keharuman islam.
Terfirman indah dariNya “demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian”
kita punyai masa hidup yang limited edition lho kawan, masa hidup yang tak kan
terulang kembali meski hanya meminta sekejap detik, masa yang tiada bisa melaju
mundur demi menuruti kemauan kita dan tentunya masa hidup yang dikejar deadline
kematian. Dan aku kaget sekali, Allah berfirman bahwa di masa inilah manusia terlingkupi
kerugian. Lalu, untuk tidak merugi bagaimana? Dalam ayat selanjutnya firmanNya
mengatakan “kecuali orang-orang yang beramal shaleh, yang saling menasehati
dalam kebenaran dan kesabaran” namun, terkadang kesempurnaan pribadi menjadi
dasar pijakan penilaian untuk layak tidaknya aktif dalam dakwah, padahal jalan
inilah yang dijadikan pengecualian untuk kita tiada merugi. Itulah...yang
buatku tertegun lama. Jika dakwah ini tak lekas segera di lakukan karena kita
berlambat diri “ ntaran deh nunggu gue bener dulu” lha namanya juga manusia
pasti tak selamanya benar dan kesalahan itu selalu ada. Andai benar kalau
dakwah itu bertahap, berurutan dari kita dulu lanjut keluarga baru lanjut yang
lainnya. Egois sekali kita...alangkah lebih indah jika dakwah itu beriringan
terus berjalan bersama-sama, bersamaan nasehati diri, bersamaan nasehati
keluarga dan bersamaan pula nasehati sesama. Bayangkan, jika benar dakwah itu
berurutan bukan beriringan betapa akan banyak hidayah yang tertunda karena kita
yang menundanya kawan...secara tak langsung juga kita menjerumuskan sesama
kedalam kerugian karena telah diam dan membiarkan hal yang belum benar tumbuh
subur tanpa terpangkas nasehat kebaikan “tunggu
yah, aku dan keluargaku dulu yang dibenahi”. Ah, demi masa... sungguh kami
semua tak ingin dalam kerugian apalagi merugikan sesama.
jika Rasulullah S.A.W
& Para sahabat, Tabi'ut, Tabi'in hanya mengurusi diri sendiri, maka Islam
hanya akan berkembang untuk keluarga mereka saja, nanti yang menghuni syurga hanya
wilayah arab saja.betapa, rugi jadi orang indonesia kalo gitu -_- bisa jadi
saat ini kitapun masih menyembah pohon toge, patung pancoran dsb :D
coba kita ingat lagi,
Rasulullah saja tetap menyampaikan Islam kepada orang lain meski paman beliau
sendiri belumlah menerima Islam. Namun, seiring dengan menasehati keluarga
seiring itu pula menyampaikan pada sesama manusia. Dan, itulah kita seharusnya
kawan...
adakah dalil yang menyuruh
kita dulu, lalu keluarga baru orang lain dalam menyampaikan islam secara
berurutan? Nda ada kan ? yang ada teh beriringan, semuanya didahulukan tuk
mengenal islam dari diri sendiri, keluarga dan sesama. Betapa indah...melangkah
bersama dijalan Syurga :)
Imam
Hasan al-Bashri rahimahullah, beliau berkata, “Wahai manusia, sesungguhnya aku
tengah menasehati kalian, bukan berarti aku orang terbaik di antara kalian,
bukan pula orang yang paling shalih di antara kalian. Sungguh, akupun telah
banyak melampaui batas terhadap diriku. Aku tidak sanggup mengekangnya dengan
sempurna, tidak pula membawanya sesuai dengan kewajiban dalam menaati Rabb-nya”.
Aku tak mampu membayangkan,
apa jadinya kalo setiap orang menunggu sempurna pribadinya dulu setelah itu
baru berdakwah. Bisa-bisa, pengemban dakwah akan punah dan bisa jadi tak pernah
ada. Karena kita tau bahwa manusia tak pernah luput dari kesalahan nan penuh
khilaf. Nobody is perfect kawan...aku takut, sisa-sisa nafas lebih cepat mendahului
kematian sebelum nasehat kita sampaikan. Meski esok selalu ada, namun belum
tentu ada untuk kita ! lantas, layakkah menunda ?
Dari
Anas bin Malik R.A, dia bertanya:”Ya Rasulullah, adakah kami tidak
memerintahkan orang untuk mengerjakan kebaikan sehingga kami mengerjakan
kebaikan itu seluruhnya? Dan adakah kami tidak mencegah orang itu dari dari
mungkar sehingga kami menjauhi kemungkaran itu seluruhnya?”.
Beliau
Rasulullah Muhammad S.A.W bersabda:”Bahkan perintahkanlah kebaikan walaupun
kamu belum mengerjakan kebaikan itu seluruhnya dan cegahlah dari yang mungkar
walaupun kamu belum menjauhi seluruhnya.” (HR. Muslim)
“Nahnu Du'at qabla
Kulli Syaiin”. Kita adalah da'i sebelum menjadi apapun kawan...berdakwahlah
agar tiada termasuk manusia yang rugi dan merugikan sesama. Siap ??? let’s
go...No “ntaran” No “eungke deui” ! :D
:)
Coretan suci, 4 mei
2014 di kesejukan shubuh :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar