"Saling bersandar
dan mendukung" terharap selalu bahwa itulah kita kawan. di ranah dunia
ini... bersatu padu sebagai umat muslim yg terapkan syariatNya secara utuh
tanpa tersentuh negosiasi faham yang disuguhkan para pembenci islam.
Terkadang aku tertunduk
merenung dalam-dalam bersama pejaman air mata yang tertahan oleh sesaknya hati,
begitu ngilu sekali...saat mencoba memapah langkah tuk ulurkan tangan
"ayooo...kita berjuang bersama" tapi...sayup-sayup kata-kata bagai
angin yg berlalu, inilah salahku...aku sedih karena dosaku sendiri yg teramat
banyak sehingga niat baik tuk sampaikan kebenaran kadang mengalami kemacetan,
tersendat dan temui lampu merah membuatku diam sesaat, dan hijau pun lekas
menyala kembali, karena aku malu jika mudah tuk menyerah dengan ujian yang
masing berjauh banding dengan ujian-ujian umat ter dahulu. Maafkan yah
kawan...belumlah sampai tuturku pada level meyakinkan hatimu tuk sedemikian
melesat cepat mengimani perintahNya, bahwa "kita harus bangkit"
bersama...
Tapi, meskipun begitu engkau selalu
menentramkan, Beberapa tanya keingintauan kalian ttg perjuangan ini selalu
membekaskan senyum dihati, bahwa sebenarnya fitrah tuk bergegas dalam kebaikan
itu selalu ada pada masing-masing kita. Kita hanya butuh ketentraman yg
berbukti jelas hingga ragu-ragu yang masih bersemayam terusir dan sirna, bahwa
persimpangan bimbang yg hadir di jalan-jalan kehidupan haruslah segera
terlewati, jgn sampai tertegun lama lantas tak lekas melaju di jalanNya yg
lurus. Akupun begitu dulu, akupun tak lekas beranjak dari egoisme diri yg
membuat pendapat sendiri lebih tepat tuk di tahtakan hingga pasukan nafsu
diperintahkan menghalau kedatangan hal yg asing meski yang dibawa adalah
kebenaran. Hingga dalam sebuah pencarian ku tersadar akan kesombonganku bahwa alasan-alasan
ku selama ini ternyata salah, hingga terfahami bahwa sebuah bukti itu hanyalah
1, yakni yg saling menopang dan terhubung dengan sebelum dan sesudah kehidupan.
Dan yang kutemui dalam hal penafian, hasilnya tdklah 1, akan tetapi beragam.
Dimana batasan "menurutku, menurut pendapatku, menurut keyakinanku, dsb yg
merupakan penyebab-penyebab terhalangnya penglihat pendapat yang Maha
benar". Itu smw beragam dan berbeda2 sesuai dg beragamnya manusia. Tidak
akan saling tercapainya sikap menopang secara mutlak. Hingga seperti yg
terlihat sekarang, Tuhan kita satu tapi kitalah yang tak sama. Sungguh
sadarilah kawan... Syubhat yg dihembuskan kaum kafir tlah mencipta kebimbangan
terlebih pd diri yg masih ragu dan rentan trhadap fitnah. Sehingga, keyakinan
kita pun terhapus dan konsep kebahagian abadi kita menjadi rusak, kita dipaksa
terorientasi sebatas dunia saja. Banyak hal yg dalam kehidupan kita tiada
selalu terhubung dengan akhirat, kita menjadi lancang bertindak sesuka yang
dimau.
Tidakkah kita tau
kawan? Bahwa Orang kafir yang menentang keimanan berusaha membuktikan keyakinan
negatif mereka itu dan berusaha membuatnya dapat diterima dan dipercaya dalam
bentuk "menerima yang tiada baik" dan "membenarkan yg tiada
benar". Demikianlah, sudah seharusnya semua hakikat keimanan dan keislaman
akan stabil dg bersandar pada sifat keagungan Allah semata dg menjalankan
syariatNya yg merupakan pondasi dan dasar hakikat tersebut yg melekat dalam
hati yang suci dan akal yg sehat dg ketundukan yg sempurna dan kepasrahan yg
menentramkan. Sehingga, tak lagi "Tuhan kita 1, kita yang tak sama"
melainkan "Tuhan kita 1 dan kita selalu bersatu". Segera kan Ya
Rabb...rindu sekali dengan persatuan umat bagai dulu...:)
Coretan suci, 3-07-14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar