Sabtu, 19 Juli 2014

Tuhan kita satu, kita yang tak Sama




"Saling bersandar dan mendukung" terharap selalu bahwa itulah kita kawan. di ranah dunia ini... bersatu padu sebagai umat muslim yg terapkan syariatNya secara utuh tanpa tersentuh negosiasi faham yang disuguhkan para pembenci islam.
Terkadang aku tertunduk merenung dalam-dalam bersama pejaman air mata yang tertahan oleh sesaknya hati, begitu ngilu sekali...saat mencoba memapah langkah tuk ulurkan tangan "ayooo...kita berjuang bersama" tapi...sayup-sayup kata-kata bagai angin yg berlalu, inilah salahku...aku sedih karena dosaku sendiri yg teramat banyak sehingga niat baik tuk sampaikan kebenaran kadang mengalami kemacetan, tersendat dan temui lampu merah membuatku diam sesaat, dan hijau pun lekas menyala kembali, karena aku malu jika mudah tuk menyerah dengan ujian yang masing berjauh banding dengan ujian-ujian umat ter dahulu. Maafkan yah kawan...belumlah sampai tuturku pada level meyakinkan hatimu tuk sedemikian melesat cepat mengimani perintahNya, bahwa "kita harus bangkit" bersama...
 Tapi, meskipun begitu engkau selalu menentramkan, Beberapa tanya keingintauan kalian ttg perjuangan ini selalu membekaskan senyum dihati, bahwa sebenarnya fitrah tuk bergegas dalam kebaikan itu selalu ada pada masing-masing kita. Kita hanya butuh ketentraman yg berbukti jelas hingga ragu-ragu yang masih bersemayam terusir dan sirna, bahwa persimpangan bimbang yg hadir di jalan-jalan kehidupan haruslah segera terlewati, jgn sampai tertegun lama lantas tak lekas melaju di jalanNya yg lurus. Akupun begitu dulu, akupun tak lekas beranjak dari egoisme diri yg membuat pendapat sendiri lebih tepat tuk di tahtakan hingga pasukan nafsu diperintahkan menghalau kedatangan hal yg asing meski yang dibawa adalah kebenaran. Hingga dalam sebuah pencarian ku tersadar akan kesombonganku bahwa alasan-alasan ku selama ini ternyata salah, hingga terfahami bahwa sebuah bukti itu hanyalah 1, yakni yg saling menopang dan terhubung dengan sebelum dan sesudah kehidupan. Dan yang kutemui dalam hal penafian, hasilnya tdklah 1, akan tetapi beragam. Dimana batasan "menurutku, menurut pendapatku, menurut keyakinanku, dsb yg merupakan penyebab-penyebab terhalangnya penglihat pendapat yang Maha benar". Itu smw beragam dan berbeda2 sesuai dg beragamnya manusia. Tidak akan saling tercapainya sikap menopang secara mutlak. Hingga seperti yg terlihat sekarang, Tuhan kita satu tapi kitalah yang tak sama. Sungguh sadarilah kawan... Syubhat yg dihembuskan kaum kafir tlah mencipta kebimbangan terlebih pd diri yg masih ragu dan rentan trhadap fitnah. Sehingga, keyakinan kita pun terhapus dan konsep kebahagian abadi kita menjadi rusak, kita dipaksa terorientasi sebatas dunia saja. Banyak hal yg dalam kehidupan kita tiada selalu terhubung dengan akhirat, kita menjadi lancang bertindak sesuka yang dimau.
Tidakkah kita tau kawan? Bahwa Orang kafir yang menentang keimanan berusaha membuktikan keyakinan negatif mereka itu dan berusaha membuatnya dapat diterima dan dipercaya dalam bentuk "menerima yang tiada baik" dan "membenarkan yg tiada benar". Demikianlah, sudah seharusnya semua hakikat keimanan dan keislaman akan stabil dg bersandar pada sifat keagungan Allah semata dg menjalankan syariatNya yg merupakan pondasi dan dasar hakikat tersebut yg melekat dalam hati yang suci dan akal yg sehat dg ketundukan yg sempurna dan kepasrahan yg menentramkan. Sehingga, tak lagi "Tuhan kita 1, kita yang tak sama" melainkan "Tuhan kita 1 dan kita selalu bersatu". Segera kan Ya Rabb...rindu sekali dengan persatuan umat bagai dulu...:)
Coretan suci, 3-07-14

Tidak ada komentar:

Posting Komentar