kala penat mengusik, ku
selalu sempatkan tuk menulis karena dengan menulis aku menjadi berfikir.
mencoba mengalihkan poros kepenatan pada kata-kata yang akan berjalan dalam
lembaran putih microsoft Word dan terkadang pula saat tak ada inspirasi menulis
ku tengok ruang FB melihat-lihat beranda yang fokusku tertuju pada 1 kata, iyah
kata “catatan” yang ada disamping kiri beranda FB jika dilihat lewat web.
Membaca...aku suka membaca apalagi yang kaitannya dengan cerpen, novel, artikel
islami, dll pokoknya dimana ada catatan yang dirasa ada serpihan ilmuNya yang
membawa kebaikan kan ku santap dengan lahap. Yummmi...kata-kata nan penuh
ilmuNYa memang selalu lezat tuk dinikmati karena kenikmatannya tak hanya
didunia saja bahkan jalan-jaln akhirat pun butuh pembekalan ilmu untuk
menempuhnya :)
saya sangat
berterimakasih sekali pada kawan2 FB yg suka menulis catatan yang mengandung
nilai-nilai kebaikan, nasehat dll yang sejak pertama kali ku punyai akun FB,
kumpulan catatan dari kalianlah yang temani diri saat berjalan pulang menuruni
turunan di pertigaan ciomas semasa putih abu-abu, saat menunggu angkot yang tak
kunjung datang pun juga saat didalam angkot sebelum terhenti di tempat tujuan.
Sering juga saat guru belum hadir maupun tak masuk kelas “kumpulan catatan” di
ruang FB lah yang temani diwaktu2 luang yang kupunya.
Ku masih ingat betul
pertama kali ku buat akun FB, ketika itu aku masih kelas X SMA diawal semester
2. Nama akun pertama yang ku buat namanya “cahaya hati” aku cendrung pilih2 kawan saat add teman harus
ada kriteria, karena aku paling ga betah liat setatus alay, lebay nan
bergalau-galau, karena fikirku jika tersering membaca hal-hal yang tak baik,
cepat atau lambat perbuatan kan mengikutinya, terlebih lagi aku orangnya labil
bangettt. Kriteria yang aku sematkan yaitu Cuma 2 hal sih :
1. Yang diutaman teman yang sudah aku kenali
entah 1 almamater, 1 kampung maupun tetangga dll pokoknya aku kenal orangnya
meski tak akrab
2. Aku cari-cari nama akun FB yang tidak
menggunakan nama asli namun nama islami seperti nama2 para sahabat Rasul dll
Puncak kegemaranku
eksis di media sosial FB ketika dikelas XII SMA aku mulai aktif diskusi tentang
keislaman dengan kawan2 di FB entah di grup maupun fans page islami, bagiku
seru selalu aada selipan ilmu ditiap harinya dan dari situlah ku mulai
beranikan diri tuk menebar dakwah dengan update status yang berisikan tentang
keislaman pun nasehat2. Masih ingat betul akan nama2 akun Fbku yang sering
berganti-ganti terawal dari “cahaya Hati” “Menanti Malaikat Maut” “Goresan Pena
Sang Mujahidah” “Kalam Sang Mujahidah Al-Bantani” dan semenjak awal perkuliahan
aku baru berani merubah nama akun FB dengan nama pribadi “Suci Pratiwi Agustin”
dan yang kurasakan ada beda saat kawan2 yang mendominasi adalah para mahasiswa
di berbagai jurusan di tempat ku kuliah yang mana perbincangan akan segala hal
tentang cinta, galau, keluhan, kasmaran menjadi begitu membludak di beranda,
meski tak jarang ada juga yang buat status nasehat dan dakwah tapi sedikit.
Saat ku pakai nama pribadi, bagai sedang ditunjukan akan sikap jahiliah sendiri
dengan seringnya berbincang dengan nonmahron meski tak begitu penting.
Astaghfirullah...
Lalu, di penghujung
semester 2 kerinduan itu hadir...mulai ada tanya “ ini suci ??? rasanya bukan
!!!” rindu itu hadir...merindukan sosok diri yang dulu, disaat tiada berlebihan
dalam pergaulan lintas non mahron meski dalam tutur katanya, ku berfikir dahulu
tiada separah sekarang. Dulu, aku tak pernah berani mempublish foto di media
sosial saat kuliah aku mulai berani narsis depan kamera bahkan sempat memajang
foto pribadi sebagai pp di FB sehingga, saat aku memasang foto pribadi tuk
pertama kalinya ada koment dari kawan yang masih lekat ku ingat “tumben suci
mau di foto” lantas, komen itu ku
acuhkan tanpa tanggapan. Hmmm...cukup menghela nafas panjang, saat mengingat
masa2 jahiliah, sesal itu menggelayuti fikiran terlebih kesadaran itu muncul
disaat kedatangan tamu mulia yaitu “Ramadhan” lalu, beberapa minggu kemarin
tlah ku ganti nama akun FB mengikuti nama blog pribadiku “Kembara Muslimah
Perindu Cahaya” berharap akan selalu ada rindu pada cahaya kebenaran hakiki
yang membawa sinaran perintahNya sebagai petunjuk jalan tuk senantiasa memapah
langkah-langkah kehidupan dalam belaian mesra ketaatan. Semoga...
Sebenarnya itu hanya
prolog serpihan kisah yang sengaja ku ungkap selintas kata, ada banyak kisah
yang ingin ku bagi tapi tak sekarang karena sekarang aku ingin membagi kisah
yang hampir percis nan serupa dengan perjalanan kehidupanku dengan “virus merah
jambu” dan yang paling tersyukuri meski aku begitu jahiliah Allah selalu
memayungi aku agar tak terguyur hujan deras “pacaran” tapi, tak ku nafikan
meski ada keterlibatan disana bedanya tak berstatus pacaran tapi, menjelma
sebagai sosok sahabat, kawan dekat bahkan kawan sharing tanggapan. Iya, aku
lebih suka mendengar pendapat dari laki2 yang cendrung bijak dan jujur
dibanding dengan perempuan yg biasanya banyak yang ditutupi karena selalu
menggunakan perasaan saat memberi tanggapan. Sedari SMA memang aku punya
sahabat dari kalangan ikhwan yang begitu akrab dalam kata2 sebenarnya hanya
sharing ilmu dan minta minta pendapat tak lebih kok. Lalu, saat awal
perkuliahan aku pun sempat akrab dengan kk alumni yang satu SMA denganku dan
disanapun sama hanya terniat tuk sharing ilmu, berbagi info pun memohon
bantuan. Jujur, semenjak awal ku kenal “cinta” ketika masa2 masih MTS aku
pernah menulis dalam diary “uci gak mau terlibat pacaran” kalimat polos yang
saat ku buka lagi lembaran itu buat ku tersenyum apa karena kalimat ini aku masih
terlindungi sehingga saat nyaris terjatuh dalam jurang kemaksiatan seakan ada
yang menarik lengan teriring kata “ jangan kesana...!”
Lalu, saat aku pulang
menengok keluarga di serang bulan lalu, sebenarnya sambil menghantar adik kelas
pulang juga. kulihat lagi tempat ku dibesarkan sedari kecil hingga SMA dan dikamar inilah tersimpan ribuan kenangan.
Namun, mataku tertuju pada tulisan kecil dekat pintu yang sempat ku tempel
dengan tinta hitam yang berubah warna sedikit kuning karena memudar, nampaknya
tak ada yang berani melepas selembar kertas pink itu yang tertuliskan 3 point
kalimat pengingat :
1. Nothing time for love, ok !
2. Fokus belajar suci !
3. Muslimah itu ga boleh cengeng gara2 nilai
kecil
Nah, di point no 3 buat
ku mengingat lagi masa2 SMA, kawan dekatku seperti nuy, aat, terlebih eva
pastilah sering lihat aku menangis saat peroleh nilai ulangan yang kecil yang
tak sesuai inginku. Ah...sampai saat inipun aku masih cengeng akan nilai
padahal itu sekedar angka saja. Entahlah...bagiku hal yang paling buat galau
nan memilukan pun juga membuat titik-titik air mata tak henti menetes adalah
perkara nilai kecil. Karena aku kan merasa berdosa sekali disaat tak amanah
dalm belajar, selalu terbayang sosok orang tua yang betapa payah nan susahnya
mengumpuulkan lembar demi lembar uang tuk biayai keperluan sekolahku namun, ku
balas dengan perlakuan tak baik yaitu “lalai dalam belajar”
Iyah...itulah secuil
kisah serpihan masa lalu yang sedang ku amati tuk dijadikan pijakan agar tiada
kembali menyentuh lahkahan2 kesalahan
lagi saat berjalan di waktu umur yang masih disisakanNya karena kita
tiada pernah tau sisa nafas ini...sebentar lagi terpanggil tuk pulang atau
masih berjarak lama. Tapi, yang pasti waktu selalu menjauhkan kita dari
kehidupan dunia karena tugas dari waktu adalah mendekatkan kita pada akhirat
semakin dekat tiap detiknya. Jadi, betapa rugi jika kita tiada memepersiapkan
bekal tuk menempuh perjalanan mudik ke kampung akhiratNya...
Oh y, sesuai perjanjian
di paragraf sebelumnya bahwa saya akan berbagi kisah dan kisah ini yang saya
baca dicatatan FB syabab MHTI yang saat ini berkuliah di IAIN SMH Banten.
Kisahnya begitu menyentuh yang membuat au teringat bahwa dahulu sekali akupun
pernah alami hal yang hampir serupa bagai itu.
Silahkan membaca yah :)
Maaf, Bukan
Untukmu lagi…
8 Oktober 2012 pukul 11:47
Maaf, Bukan Untukmu lagi…
Luruskan niat ikhlas dan langkah syar’i
Agar amal tak sia-sia…
Hari yang cerah, mentari pagi seolah tersenyum
dan menyapa dengan hangat cahayanya. Terasa ringan kaki kulangkahkan kaki
menuju kampus. Rasa bahagia ini belum juga luntur dari kemarin, saat pertama
kalinya aku mengkaji kitab dalam forum halqoh, ah..jadi bagian dari
perjuangan dalam mengembalikan kehidupan islam di bumi Allah ini, memang
sesuatu! Meskipun baru menjadi pelajarnya.
“Fan, tungguin!”
Syifa berteriak jauh dibelakangku,
astagfirullah..aku lupa sudah berjanji akan berangkat ke kampus bareng syifa.
Kuhentikan langkahku, menengok kebelakang lalu segera memasang wajah bersalah
“afwan ya syifa..aku lupa”, Kulihat syifa hanya manyun sesaat dan mempercepat
langkahnya.
“semangat banget pagi ini, cie..ada apanya
neh..”syifa menggodaku, aku hanya tersenyum dan angkat bahu. Kami berjalan
menyusuri jalanan komplek perumahan tempat kami mengontrak rumah yang biasa
kami sebut RUBIN (Rumah Binaan) Fikrul Mustanir. Hanya butuh waktu 10 menit
berjalan kaki untuk sampai kekampus, dari pagar Rubin kami tinggal berjalan
lurus saja mengikuti arah jalan, insyallah sampai kampus dengan selamat, yang
penting jangan tergoda untuk berbelok, apalagi belok ke kanan, dangerous
area!!^^
Tak terasa kami baru saja melewati gerbang
belakang kampus, memasuki area kampus mungil ini, bersiap-siap untuk 2 visi
besar berada di kampus ini. Senyumpun merekah, bagai mawar yang indah.
“udah jam berapa fan?” syifa dengan tiba-tiba
bertanya kepadaku. Mungkin karena melihatku hari ini mengenakan jam tangan.
“baru jam tujuh lewat lima belas menit” jawabku,
setelah terlebih dahulu melirik jam tanganku.
“ukhti fanny…ke kelasnya duluan aja ya, aku
ada keperluan dulu sebentar” pinta syifa, ah..syifa!katanya berangkat
bareng,kok ke kelasnya sendiri-sendiri? Gumamku, tapi kujawab saja “oke..”.
“satu lagi..tolong bawain bukuku ya fan”
Kuraih buku tebal kimia analitik dari tangan
syifa, kebetulan aku juga mau baca sebelum kuliah dimulai.
“jazakillah fanny..”
“waiyaki syifa..”
Aku dan syifa tersenyum, kebiasaan kami setelah
aktifitas tolong menolong. Setelah itu syifa berlari kecil menuju tempat fotocopy
yang tak jauh dari gerbang belakang kampus. Kampus belum terlalu ramai, senang
rasanya berjalan-jalan sendirian dan masih menghirup udara segar.
“assalamu’alaykum..” ucapku cukup pelan saat
kubuka pintu kelas yang sepertinya masih sepi, kupikir teman-temanku belum ada
satupun yang datang. Habit bagiku mengucapkan salam ketika membuka pintu baik
didalam ruangan ada orang atau tidak, bahkan ketika masuk kamar sendiripun
demikian.
“wa’alaykumsalam..”
Ada yang menjawab salamku, ternyata sudah ada
orang didalam kelas. Refleks saja dengan liar mataku mencari-cari siapakah
gerangan yang menjawab salamku. Deg! Jantungku terasa berhenti sejenak, sesosok
pemuda dengan buku digenggam tangannya sudah ada dibangku pojok paling
belakang, sedetik kami sempat beradu pandang, setelah itu aku langsung
tertunduk, menghindari tatapan tajam itu, dan selanjutnya jantungku lah yang
bereaksi, berdetak lebih cepat. Astagfirullah..kenapa harus ada dia disini?
tanpa berkata-kata lagi kuletakkan tas dan buku pada bangku yang berada
dibarisan paling depan, berhenti sejenak,berpikir,duduk atau keluar? Lebih baik
keluar, khawatir akan terjadi perbincangan yang justru mendekatkan diri pada
khalwat. Tergesa-gesa sekali aku keluar kelas, tak peduli apa yang
dipikirkannya tentang sikapku ini. Tak lama hp di saku jilbabku berbunyi,
senandung lagu sambutlah khilafah menggema dalam gedung yang masih sepi itu,
tanda sms masuk, segera kubuka “kenapa keluar lagi?”. Perasaan hatiku tambah
gak karuan, apa dia sengaja datang sepagi ini untuk menemuiku?untuk apa?
Ah..sudahlah tak usah dipikirkan, biar kutunggu saja diluar sampai kelas mulai
ramai.
Bertemu dengan cara seperti ini memaksaku
mengingat masa itu, masa lalu yang masih mengganggu pikirku. Pemuda yang ada
dikelas itu namanya Chandra, sahabat yang kutemui diperkuliahan ini.
10 bulan lalu…
“Fan..gue gak bisa deket sama lo lagi” di bawah
pohon yang dedaunannya mulai kering itu Chandra mengungkapkan keinginannya
padaku. Aku hanya diam, terpaku dengan lidah yang kelu. Meski orang melihat
kami sebagai sahabat, tapi sesungguhnya ikatan hati kami jauh dari sekedar
sahabat, meski itu tak terungkap. Dia begitu mengenalku dan akupun begitu
mengenalnya, jelas pernyataannya tadi membuatku terhempas jatuh kedasar jurang,
haruskah ku ditinggalkan setelah kuberharap terlalu dalam untuk dapat menjadi
pendamping hidupnya kelak?. Aku masih diam, kulihat dia mulai resah tak
mendapatkan reaksi apapun dariku.
“Fan..gue gak mau lo akan lebih sakit lagi,
karena jujur, yang gue inginkan untuk jadi penadamping gue nanti, itu bukan
cewek kayak lo” kulihat Chandra sedikit ragu menyatakan hal ini. Tak tau apa
yang kurasa saat ini, hancur!!kutahan air mata agar tak mengalir, pernyataan
tadi sungguh menyakiti hati ini, kenapa tak kau ungkap dari dulu?sebelum ku
begitu berharap padamu? Lirihku dalam batin yang mendadak beku. Aku tetap diam.
“Fan..gue gak maksud nyakitin lo..”Chandra mulai
merasa bersalah. Lo udah nyakitin gue!. Aku bertahan dengan diam, sebenarnya
aku bingung dengan apa yang harus kukatakan?. Hingga dia pergi aku tetap diam.
Angin sore membelai rambutku perlahan, menjatuhkan beberapa helai daun kering
yang kubiarkan menyentuh tubuhku yang tetap beku. Biarlah sore ini aku tetap
disini, bersama pohon yang hampir mati.
8 bulan lalu...
Aku mulai berubah, kerudung sudah kupakai dengan
konsisten, bukan cuma kuliah,kubeli banyak rok untuk menggantikan koleksi
celana jeansku, aku juga sudah pakai kaos kaki biar auratku tertutup sempurna.
Aku mulai mengkaji islam di LDK, yah..walaupun cuma ikut-ikutan. Kulakukan ini
semua hanya untuk si penggenggam hati, Chandra. Begitu dalam perasaanku padanya
hingga kurela meninggalkan kebiasaanku yang lama dan mengubah aktifitasku, yang
penting buatku, Chandra akan tetap memilihku, bukankah hanya karena hal ini dia
mencampakkanku, itu yang dinyatakannya via sms beberapa minggu yang lalu “bukan
gue gak sayang sama lo fan, tapi gue juga harus mikirin masa depan gue, gue mau
istri gue nanti itu perempuan yang sholehah”. Akan kupenuhi permintaanmu.
7 bulan lalu…
“Fanny..subhanallah, udah berubah ya sekarang..”
ungkapan kaget itu keluar dari lisan kak Nisa, kakak seniorku dulu waktu SMA,
usai kuliah kami tak sengaja bertemu, sebenarnya saat ini kami satu kampus,
tapi karna selalu beda jadual kuliah makanya jarang bertemu.
Aku hanya tersipu malu, karena sebenarnya sudah
lama kak Nisa mengajakku mengkaji islam, tapi selalu saja kutolak.
“iya kak..” jawabku singkat
“Beruntunglah orang-orang yang dibukakan pintu
hatinya untuk bertaubat” air muka kak Nisa memperlihatkan begitu bahagianya
dia melihat perubahanku, baru kulihat ada orang yang begitu tulus berbahagia
untukku. Ah..membuatku berpikir, benarkah aku telah bertobat?mengingat
kulakukan semua ini bukan karena Allah tapi Karena seorang pemuda. Tiba-tiba
badai resah menghantamku dengan kuat.
“kak..boleh aku belajar islam dari kakak?” entah
terpikir darimana pertanyaan itu, tiba-tiba saja dia datang dalam pikirku.
“Subhanallah..Sangat boleh sekali Fan” kenapa aku
justru melihat kebahagiaan yang besar berada dalam diri kak Nisa, bukan dalam
diriku, yang harusnya lebih bahagia sebab perubahan yang kualami. Terlalu
dangkal ilmu yang kumiliki hingga ku tak mampu memahami fenomena ini.
“nanti kakak main deh ke kostan Fanny, kita atur
jadualnya disana ya, sekarang kakak mau masuk dulu..pak Amin dah dikelas tuh”
Aku tersenyum dan menggangguk, setelah itu kak
Nisa menghilang dari pandangan.
Sejak pertemuan itu, Kak Nisa sering berkunjung
ke kostan, membawa makanan kecil dan bacaan untuk didiskusikan atau hanya
sekedar numpang shalat karena kostan ku sangat dekat dengan kampus. Aku tau
banyak hal dari kak Nisa, tentang perubahan hakiki, tentang ihsanul amal (amal
yang baik) bahwa setiap amal yang kita lakukan harus memenuhi dua persyaratan
agar amal tersebut dapat diterima oleh ALLAH SWT, pertama : harus ikhlas,
melakukan sesuatu hanya karena Allah ta’ala, tidak boleh sedikitpun ada
penanding Allah (untuk yang satu ini aku sangat tersinggung!namun begitulah
adanya, sehingga harus kutata ulang niatku selama ini), yang kedua : caranya
haruslah benar, yaitu sesuai dengan hukum syara’ dalam al Quran dan Sunah.
Pertemuanku dengan Kak Nisa semakin sering dan semakin menarik, aku menemukan
banyak jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam kehidupanku yang selama ini
hanya menjadi penyesak pikir, kudapatkan islam sebagai problem solver.
Kak Nisa juga membuka paradigma pikirku, tentang problem umat manusia.
Dulu hanya terpikir olehku, bahwa islam hanyalah pengatur ibadah ritual saja.
Alhamdulillah, itu tak selamanya, karena saat ini aku dapat melihat islam
dengan sempurna, islam mengatur segalanya dari masuk WC sampai bernegara.
2 bulan lalu…
Aku sudah tak di kost lagi, saat ini aku sudah
bersama-sama dengan pejuang-pejuang islam di Rubin Fikrul Mustanir, bersama kak
Nisa dan teman-teman yang lain. Kutemukan indahnya ukhuwah didalam sini,
kutemukan arti hidup hakiki dengan jalan ini, bahwa aku adalah seorang hamba
ALLAH.
Aku terbangun dari lelapnya tidur, lantunan lagu
Sambutlah Khilafah menyapa telinga yang baru terjaga, kulihat jam di dinding
kamar, baru jam 2, siapa yang sms malam-malam begini?padahalkan sudah ku
setting alarm HP di jam 3. Deg!jantungku berdetak sedikit lebih cepat, sms dari
Chandra, segera kubuka “Fan..shalat tahajud”, Cuma itu bunyi smsnya, singkat,
namun tak sesingkat efeknya!. Astagfirullah..ya Allah, godaan ini begitu
dasyat. Perasaan yang kubina bertahun lamanya memang belum sepenuhnya pudar,
meski kutau bahwa tak ada ikatan halal dalam islam kecuali pernikahan. Setelah
paham bahwa kehidupan wanita dan laki-laki adalah terpisah kecuali jika ada
hajat syar’i, aku mulai menjauhinya, kami memang dekat kembali setelah
aku mulai menunjukan perubahan menjadi perempuan sholehah, tapi ingat, itu
bukan karena Allah, tapi karena dia. Sehingga menurutku, perubahan yang
sesungguhnya adalah bermula dari pertemuanku dengan kak Nisa. Aku tak mau
menumpuk dosa, aku sudah cukup diperbodoh nafsu dengan membiarkan kecintaanku
yang besar kepadanya dan perubahan palsuku itu. Aku letih, karena ternyata tak
mudah menyingkirkannya dari kehidupanku ini. Saat inipun nafsu memaksaku untuk
membalas smsnya, namun kuurungkan, keinginanku itu muncul kembali, kemudian
kutersadar,ah..aku benar-benar dipermainkan!
“Fan..kamu udah bangun?” Kak Nisa yang sekamar
denganku bertanya, cukup membuatku terkaget.
“eh..iya kak” seadanya saja ku menjawab, dia
hanya tersenyum.
“shalat tahajud yuk..” ajaknya kemudian, langsung
saja aku menggangguk.
“jangan lupa berdo’a, agar khilafah segera tegak
ya..” katanya kepadaku, lalu berbisik padaku “juga do’ain kak supaya cepet
dapet jodoh.oke?” kak Nisa mengerdipkan sebelah matanya nakal.
“Siip!!!” ku acungkan kedua jempolku. Selanjutnya
kami tertawa bersama dan berebut kamar mandi.
Memang ini yang harusnya jadi bahan pemikiran
setiap hari, memikirkan upaya apa yang harus dilakukan untuk mempercepat
turunnya janji Allah ini.
“Fan..!! kok belum masuk kelas??”
Aku terkaget luar biasa, hampir jatuh jantung ini
rasanya. Seketika rentetan cerita masa lalu yang sendari tadi terkenang
buyar..yar..yar. Syifa sudah ada dihadapanku, ah.. sudah berapa lama pikirku
melayang? Didepan kelas sudah sesak mahasiswa yang siap untuk perkuliahan hari
ini.
“Fan..kok malah diem?” syifa kembali menegurku,
bukannya tak mau menjawab pertanyaan syifa, Cuma jantungku kembali hampir
jatuh, ketika tak sengaja mata ini mendapati pemuda yang kuhindari dikelas tadi
sudah ada beberapa meter dihadapanku, dekat tangga berdiri bersama
teman-temannya, menatapku sebentar dan tersenyum aneh. Astagfirullah..sama
seperti sebelumnya langsung ku tertunduk, apa dia memperhatikanku dari tadi?.
Segera kutepis pertanyaan aneh itu, ingat perubahanku ini hanyalah untuk Allah
bukan untukmu lagi! Jadi, akan kurelakan engkau pergi, dan jangan ganggu aku
lagi.
Dengan Jilbab yang hampir menyapu lantai (selalu
diprotes beberapa dosen karena kata beliau nanti shalatnya gak sah, kami hanya
tersenyum dan menjelaskan bahwa syarat jilbab memang wajib irkho menutup hingga
kaki kita, rosulullah juga bersabda tanah selanjutnya akan mensucikannya karena
waktu dulu para shahabiyah juga mengalami kesulitan ini dan segera bertanya
pada rosul )aku dan syifa bergandengan masuk kedalam kelas, meninggalkan bayang
masa lalu dibelakang, tepat dibelakang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar