Sabtu, 19 Juli 2014

Kebahagiaan itu Melemahkan...



“Bahagia“ nampaknya kata ini sudah begitu karib dan akrab sekali dengan kehidupan  kita, kata ini pula yang menjadi pusat kerinduan, ingin senantiasa bersama kebahagiaan hingga betapa seringnya kita merasa iri lantas membuat bermacam ragam perbandingan-perbandingan dalam kehidupan kita dengan berbagai sosok yang teramati. “ rasanya bahagia jika peroleh kehidupan bagai dia, berharta melimpah, keluarga yang baik, kawan-kawan yang menyenangkan dll” diantara kita mungkin pernah ada gumam semacam itu dalam benaknya, termasuk saya. Jika direnungkan, bahagia tak selamanya menyenangkan jika seiyanya membuat kita melemah, karena terkadang bahagia bisa mengkamuflase iman menjadi sosok renta sehingga suka pikun terhadap  yang memberinya kebahagiaan, hingga Allah kembali menegurnya dengan luka. saya teringat film RUSH, yang mengisahkan sosok Niki Lauda, pembalap F1 era tahun ’70 an, ada kalimat yang dalam film tersebut menurut saya pantas difikirkan dalam renungan yaitu  “Bahagia itu melemahkan … ” awalnya saya juga ndak ngerti, lho kok “melemahkan” bukankah setiap orang senantiasa menginginkan bahagia ? atas nama kebahagian di syurga juga kita bisa termotivasi senantiasa bersemangat meraih ridhoNya ? iya kan ? lalu, mengapa melemahkan to ? (coba, mikir dulu deh ci -_-)

Nah, kita nostalgia dulu yuk ! masih inget kan kisahnya Qarun ?

Dalam surat al-Qashash terkisah seorang Qarun yang durhaka. menurut Ibnu Ishak, Qarun adalah pamannya Nabi Musa as. Sementara menurut A’masy dan lainnya, dan pendapat ini pendapat masyhur, Qarun adalah sepupu Nabi Musa as. Ayah nabi Musa yang bernama Imran adalah kakak dari ayah Qarun yang bernama Yashhar. Baik Nabi Musa maupun Qarun adalah keturunan Nabi Ya’kub, karena keduanya merupakan cucu dari Laway dan Laway adalah putra Nabi Ya’kub, saudara Nabi Yusuf as, hanya berbeda ibu.

Awalnya nih, Qarun sewaktu masih sangat miskin adalah seorang yang sangat shaleh, baik, dan pengikut Nabi Musa. Suatu waktu ia datang menghadap Nabi Musa, mengajukan pinta agar ia didoakan menjadi seorang yang kaya raya, sehingga bisa lebih rajin beribadah nan dapat membantu saudara-saudaranya Bani Israil. Nabi Musa pun mendoakannya yang kemudian Allah beri ijabah. Walhasil, Qarun bukan hanya sukses dalam beternak saja, pun  juga diangkat menjadi salah satu menteri oleh Ramses II, yang hidup pada saat itu.

Saat apa yang diimpikan terijabah Qarun justru lupa dan durhaka, duh...ternyata ia “bahagia itu melemahkan” melemahkan iman Qarun tuk senantiasa bertaqwa padaNya...terbukti, Kedurhakaannya itu bukan saja tak mentaati Nabi Musa, bahkan  Allah dia tinggalkan. Yang tadinya menyembah Allah, kini menyembah Sobek, dewa berkepala buaya, dan dewa-dewa lainnya.

Qarun kini sudah menjadi orang yang sangat kaya raya. Saking kayanya, kunci-kunci gudang kekayaannya tidak dapat lagi dipikul oleh mausia, tapi dibawa oleh 60 ekor unta (al-Qashash ayat 76).

Qarun suka berpamer dengan kekayaannya; ia keluar dengan mengenakan pakaian yang sangat mewah, di dampingi oleh 600 orang pelayan; 300 laki-laki dan 300 lagi pelayan perempuan. Bukan hanya itu, ia juga dikawal oleh 4000 pengawal dan diiringi oleh 4000 binatang ternak yang sehat, plus 60 ekor unta yang membawa kunci-kunci kekayaannya.

Orang-orang yang melihat saat itu, banyak yang terkesima dan kagum. Bahkan, sebagian mereka ada yang mengatakan: “Sungguh sangat ingin sekali seandainya bisa seperti Qarun” (al-Qashash: 79).

Sayang seribu sayang, Qarun yang dulu bukanlah Qarun yang sekarang disaat menjadi si kaya dia menjadi sangat sombong, sangat pelit pun juga sangat durhaka. Hingga pada penghujung kisahnya, Allah buat seluruh kekayaannya amblas ditelah bumi. Bagaimana kisahnya?

Suatu hari Nabi Musa as diperintahkan oleh Allah untuk menunaikan Zakat. Nabi Musa as lalu mengutus salah seorang pengikutnya untuk mengambil zakat dari Qarun. Sesampai disana, Qarun malah marah-marah, ndak mau memberikan secuilpun dari kekayaannya. Karena, menurutnya kekayaannya itu adalah hasil kerja keras dan usaha sendiri, tidak ada kaitan dengan siapapun juga tidak ada kaitan dengan Allah atau dewa. Qarun mengatakan:” “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku” (QS. al-Qashash: 78).

Tidak sampai di sana Qarun juga pernah mengupahi seorang wanita agar mengaku telah dihamili oleh Nabi Musa as. Ketika seluruh Bani Israil telah berkumpul, Qarun berkata: “Wahai Bani Israil, ketahuilah, Musa yang kalian anggap sebagai Nabi dan orang baik itu, sebenarnya tidak demikian. Bahkan, dia telah menghamili wanita ini”, sambil menunjuk dengan jarinya kepada wanita dimaksud. “Hari ini, kita akan menyaksikan bersama pengakuan sendiri langsung dari wanita tadi”.

Nabi Musa as, merasa sedih nan pedih. Beliau langsung shalat dan berdoa kepada Allah, agar Allah menampakkan kebenaran sesungguhnya. Selesai Nabi Musa berdoa, wanita itu berkata: “Musa tidak berbuat apa-apa dengan saya, dia orang baik, saya diupah oleh Qarun untuk mengatakan bahwa saya dihamili oleh Musa”. Mendengar itu, Nabi Musa as, segera sujud sebagai bentuk rasa syukurnya kepada Allah. Kisah ini menjadi sebab turun dari surat al-Ahzab ayat 69.

Tidak henti di sana, Qarun juga pernah menantang Nabi Musa as untuk berunjuk doa siapa yang akan terijabahi yang mana Siapa doanya yang dikabulkan, dialah yang benar dan harus diikuti. Qarun lalu memanjat berdoa: “Wahai dewa penguasa jagat raya, matikan Musa saat ini juga”. Namun, Nabi Musa tidak meninggal, beliau tetap hidup dan berdiri tegak. (atuh jelas, doanya aja salah masa nyuruh dewa, hidup dan mati kan di tangan Allah J)

giliran Nabi Musa as. Pun tiba,  sang Nabi lalu berkata: “Wahai bumi telanlah Qarun dan seluruh kekayaannya saat ini, hari ini, menit ini, dan detik ini juga!”.

Tak lama kemudian, bumi berguncang, dan seketika bumi terbelah, hingga tubuh Qarun dan seluruh kekayaannya habis ditelan bumi. Allah berfirman: “Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya)” (QS. al-Qashash: 81).

Tempat di mana Qarun dan seluruh kekayaannya dibenamkan oleh Allah ke dalam bumi ini, berada di sebuah tempat yang kini dikenal dengan sebutan Danau Qarun (Bahirah Qarun).

Masya Allah...ternyata iya, tak jarang kita temuni kerumunan kebahagiaan itu betapa melemahkan, terlebih melemahkan keimanan. Betapa rentan dikala Allah tak dijadikan sandaran...

Hmmm...di pikir-pikir ada benarnya juga sih, kalimat “kebahagian itu melemahkan...” tak jauh-jauh dengan keadaaan saya yang saat ini di landa ke piluan saat nilai UAS tak membuat bahagia dan itu ngefek juga sama ibadah. seberapa sering sekali ketika bahagia, ibadah saya tidak sekenceng ketika nilai UAS saya anjlok, seberapa banyak mereka yang punyai keinginan kemudian ibadahnya tak lagi sekuat ketika keinginan itu masih Allah tangguhkan, sewaktu mengajukan pinta mohon-mohon sampai basah kuyup dengan tangisan buat ujan sendiri dikamar nangis ke Allah agar disegerakan dan terijabahi dengan mudah, setelah terkabul lupa berterima kasih, lupa ndak sering  shalat hajat dan tahajud lagi bahkan subuh pun kesiangan. #eh!!(itumah km ci -_-) astaghfirullah... seberapa sering teralami mereka yang ketika dimasa-masa sulitnya bersama kita, tapi setelah jaya lupa bahwa sebagian dari pencapaiannya adalah kita yang berada disampingnya, mendengar keluh kesah dan meminjamkan bahu tuk merambatkan ketegaran dalam tangisnya, jreng jreng !! ( jangan curhat deh ci -_-) mungkin,  inilah yang disebut bahagia itu melemahkan. Iyah...melemahkan persahabatan tak hanya lintas manusia tapi, juga lintas ibadah kepadaNya...astaghfirullah...

Inilah sifat khas manusia termasuk saya, lemah banget imannya ketika disapa bahagia, ibadah langsung loyo ketika gak ditegur kepedihan, luka, kecewa dll terus gak tau diri banget deh saya teh bersibuk bukan buat Allah tapi maunya doa dikabulkan semua, gak pake pending (hello…!!! siapa km ci -_-)

Moga kawan-kawan semua tak bagai saya yah, bahwa dalam keadaan apapun kita, ingat selalu Allah. dalam keadaan apapun kita, tak layak berkurang semangatnya dalam beribadah padaNya, tak lantas jadi jarang rintihan tangis menghiba padaNya...bahwa terinsyafi bahagia itu tak benar-benar dikatakan bahagia jika penghujungya siksa pun juga tak selamanya derita itu benar-benar derita jika seiyannya merupakan pengikis gunungan dosa agar kita termudahkan di kebahagiaan sesungguhnya nanti, di akhiratNya....

Kalimat penutup saya kutipkan kata-kata renungan dari buku “Tuhan, maaf kami sedang sibuk”  karya Ahmad Rifa'I Rif'an

“Tuhan, maaf, kami orang orang sibuk, kami memang takut neraka tapi kami kesulitan mencari waktu untuk mengerjakan amalan amalan yang menjauhkan kami dari nerakaMU kami memang berharap syurga tapi kami hampir tak ada waktu untuk mencari bekal menuju syurgaMu”



Coretan suci, 16-07-14

1 komentar:

  1. Casino Hotel Casino and Spa - Jackson, MS - JTM Hub
    Find out how to book a 논산 출장안마 hotel room, spa, salon, a casino resort, 영주 출장안마 spa, hotel spa, spa, and casino, restaurants, and a nightclub for those 여수 출장안마 looking for 화성 출장샵 a more 경상남도 출장안마

    BalasHapus