“Bahagia“ nampaknya
kata ini sudah begitu karib dan akrab sekali dengan kehidupan kita, kata ini pula yang menjadi pusat
kerinduan, ingin senantiasa bersama kebahagiaan hingga betapa seringnya kita
merasa iri lantas membuat bermacam ragam perbandingan-perbandingan dalam
kehidupan kita dengan berbagai sosok yang teramati. “ rasanya bahagia jika
peroleh kehidupan bagai dia, berharta melimpah, keluarga yang baik, kawan-kawan
yang menyenangkan dll” diantara kita mungkin pernah ada gumam semacam itu dalam
benaknya, termasuk saya. Jika direnungkan, bahagia tak selamanya menyenangkan
jika seiyanya membuat kita melemah, karena terkadang bahagia bisa mengkamuflase
iman menjadi sosok renta sehingga suka pikun terhadap yang memberinya kebahagiaan, hingga Allah
kembali menegurnya dengan luka. saya teringat film RUSH, yang mengisahkan sosok
Niki Lauda, pembalap F1 era tahun ’70 an, ada kalimat yang dalam film tersebut
menurut saya pantas difikirkan dalam renungan yaitu “Bahagia itu melemahkan … ” awalnya saya juga
ndak ngerti, lho kok “melemahkan” bukankah setiap orang senantiasa menginginkan
bahagia ? atas nama kebahagian di syurga juga kita bisa termotivasi senantiasa
bersemangat meraih ridhoNya ? iya kan ? lalu, mengapa melemahkan to ? (coba,
mikir dulu deh ci -_-)
Nah, kita nostalgia
dulu yuk ! masih inget kan kisahnya Qarun ?
Dalam surat al-Qashash
terkisah seorang Qarun yang durhaka. menurut Ibnu Ishak, Qarun adalah pamannya
Nabi Musa as. Sementara menurut A’masy dan lainnya, dan pendapat ini pendapat
masyhur, Qarun adalah sepupu Nabi Musa as. Ayah nabi Musa yang bernama Imran
adalah kakak dari ayah Qarun yang bernama Yashhar. Baik Nabi Musa maupun Qarun
adalah keturunan Nabi Ya’kub, karena keduanya merupakan cucu dari Laway dan
Laway adalah putra Nabi Ya’kub, saudara Nabi Yusuf as, hanya berbeda ibu.
Awalnya nih, Qarun
sewaktu masih sangat miskin adalah seorang yang sangat shaleh, baik, dan
pengikut Nabi Musa. Suatu waktu ia datang menghadap Nabi Musa, mengajukan pinta
agar ia didoakan menjadi seorang yang kaya raya, sehingga bisa lebih rajin
beribadah nan dapat membantu saudara-saudaranya Bani Israil. Nabi Musa pun
mendoakannya yang kemudian Allah beri ijabah. Walhasil, Qarun bukan hanya
sukses dalam beternak saja, pun juga
diangkat menjadi salah satu menteri oleh Ramses II, yang hidup pada saat itu.
Saat apa yang diimpikan
terijabah Qarun justru lupa dan durhaka, duh...ternyata ia “bahagia itu
melemahkan” melemahkan iman Qarun tuk senantiasa bertaqwa padaNya...terbukti,
Kedurhakaannya itu bukan saja tak mentaati Nabi Musa, bahkan Allah dia tinggalkan. Yang tadinya menyembah
Allah, kini menyembah Sobek, dewa berkepala buaya, dan dewa-dewa lainnya.
Qarun kini sudah
menjadi orang yang sangat kaya raya. Saking kayanya, kunci-kunci gudang
kekayaannya tidak dapat lagi dipikul oleh mausia, tapi dibawa oleh 60 ekor unta
(al-Qashash ayat 76).
Qarun suka berpamer
dengan kekayaannya; ia keluar dengan mengenakan pakaian yang sangat mewah, di
dampingi oleh 600 orang pelayan; 300 laki-laki dan 300 lagi pelayan perempuan.
Bukan hanya itu, ia juga dikawal oleh 4000 pengawal dan diiringi oleh 4000
binatang ternak yang sehat, plus 60 ekor unta yang membawa kunci-kunci
kekayaannya.
Orang-orang yang
melihat saat itu, banyak yang terkesima dan kagum. Bahkan, sebagian mereka ada
yang mengatakan: “Sungguh sangat ingin sekali seandainya bisa seperti Qarun”
(al-Qashash: 79).
Sayang seribu sayang,
Qarun yang dulu bukanlah Qarun yang sekarang disaat menjadi si kaya dia menjadi
sangat sombong, sangat pelit pun juga sangat durhaka. Hingga pada penghujung
kisahnya, Allah buat seluruh kekayaannya amblas ditelah bumi. Bagaimana
kisahnya?
Suatu hari Nabi Musa as
diperintahkan oleh Allah untuk menunaikan Zakat. Nabi Musa as lalu mengutus
salah seorang pengikutnya untuk mengambil zakat dari Qarun. Sesampai disana,
Qarun malah marah-marah, ndak mau memberikan secuilpun dari kekayaannya.
Karena, menurutnya kekayaannya itu adalah hasil kerja keras dan usaha sendiri,
tidak ada kaitan dengan siapapun juga tidak ada kaitan dengan Allah atau dewa.
Qarun mengatakan:” “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang
ada padaku” (QS. al-Qashash: 78).
Tidak sampai di sana
Qarun juga pernah mengupahi seorang wanita agar mengaku telah dihamili oleh
Nabi Musa as. Ketika seluruh Bani Israil telah berkumpul, Qarun berkata: “Wahai
Bani Israil, ketahuilah, Musa yang kalian anggap sebagai Nabi dan orang baik
itu, sebenarnya tidak demikian. Bahkan, dia telah menghamili wanita ini”,
sambil menunjuk dengan jarinya kepada wanita dimaksud. “Hari ini, kita akan
menyaksikan bersama pengakuan sendiri langsung dari wanita tadi”.
Nabi Musa as, merasa
sedih nan pedih. Beliau langsung shalat dan berdoa kepada Allah, agar Allah
menampakkan kebenaran sesungguhnya. Selesai Nabi Musa berdoa, wanita itu
berkata: “Musa tidak berbuat apa-apa dengan saya, dia orang baik, saya diupah
oleh Qarun untuk mengatakan bahwa saya dihamili oleh Musa”. Mendengar itu, Nabi
Musa as, segera sujud sebagai bentuk rasa syukurnya kepada Allah. Kisah ini
menjadi sebab turun dari surat al-Ahzab ayat 69.
Tidak henti di sana,
Qarun juga pernah menantang Nabi Musa as untuk berunjuk doa siapa yang akan
terijabahi yang mana Siapa doanya yang dikabulkan, dialah yang benar dan harus
diikuti. Qarun lalu memanjat berdoa: “Wahai dewa penguasa jagat raya, matikan
Musa saat ini juga”. Namun, Nabi Musa tidak meninggal, beliau tetap hidup dan
berdiri tegak. (atuh jelas, doanya aja salah masa nyuruh dewa, hidup dan mati
kan di tangan Allah J)
giliran Nabi Musa as.
Pun tiba, sang Nabi lalu berkata: “Wahai
bumi telanlah Qarun dan seluruh kekayaannya saat ini, hari ini, menit ini, dan
detik ini juga!”.
Tak lama kemudian, bumi
berguncang, dan seketika bumi terbelah, hingga tubuh Qarun dan seluruh
kekayaannya habis ditelan bumi. Allah berfirman: “Maka Kami benamkanlah Qarun
beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang
menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang
dapat) membela (dirinya)” (QS. al-Qashash: 81).
Tempat di mana Qarun
dan seluruh kekayaannya dibenamkan oleh Allah ke dalam bumi ini, berada di
sebuah tempat yang kini dikenal dengan sebutan Danau Qarun (Bahirah Qarun).
Masya Allah...ternyata
iya, tak jarang kita temuni kerumunan kebahagiaan itu betapa melemahkan,
terlebih melemahkan keimanan. Betapa rentan dikala Allah tak dijadikan
sandaran...
Hmmm...di pikir-pikir
ada benarnya juga sih, kalimat “kebahagian itu melemahkan...” tak jauh-jauh
dengan keadaaan saya yang saat ini di landa ke piluan saat nilai UAS tak
membuat bahagia dan itu ngefek juga sama ibadah. seberapa sering sekali ketika
bahagia, ibadah saya tidak sekenceng ketika nilai UAS saya anjlok, seberapa
banyak mereka yang punyai keinginan kemudian ibadahnya tak lagi sekuat ketika
keinginan itu masih Allah tangguhkan, sewaktu mengajukan pinta mohon-mohon
sampai basah kuyup dengan tangisan buat ujan sendiri dikamar nangis ke Allah
agar disegerakan dan terijabahi dengan mudah, setelah terkabul lupa berterima
kasih, lupa ndak sering shalat hajat dan
tahajud lagi bahkan subuh pun kesiangan. #eh!!(itumah km ci -_-)
astaghfirullah... seberapa sering teralami mereka yang ketika dimasa-masa
sulitnya bersama kita, tapi setelah jaya lupa bahwa sebagian dari pencapaiannya
adalah kita yang berada disampingnya, mendengar keluh kesah dan meminjamkan
bahu tuk merambatkan ketegaran dalam tangisnya, jreng jreng !! ( jangan curhat
deh ci -_-) mungkin, inilah yang disebut
bahagia itu melemahkan. Iyah...melemahkan persahabatan tak hanya lintas manusia
tapi, juga lintas ibadah kepadaNya...astaghfirullah...
Inilah sifat khas
manusia termasuk saya, lemah banget imannya ketika disapa bahagia, ibadah
langsung loyo ketika gak ditegur kepedihan, luka, kecewa dll terus gak tau diri
banget deh saya teh bersibuk bukan buat Allah tapi maunya doa dikabulkan semua,
gak pake pending (hello…!!! siapa km ci -_-)
Moga kawan-kawan semua
tak bagai saya yah, bahwa dalam keadaan apapun kita, ingat selalu Allah. dalam
keadaan apapun kita, tak layak berkurang semangatnya dalam beribadah padaNya,
tak lantas jadi jarang rintihan tangis menghiba padaNya...bahwa terinsyafi
bahagia itu tak benar-benar dikatakan bahagia jika penghujungya siksa pun juga
tak selamanya derita itu benar-benar derita jika seiyannya merupakan pengikis
gunungan dosa agar kita termudahkan di kebahagiaan sesungguhnya nanti, di
akhiratNya....
Kalimat
penutup saya kutipkan kata-kata renungan dari buku “Tuhan, maaf kami sedang
sibuk” karya Ahmad Rifa'I Rif'an
“Tuhan,
maaf, kami orang orang sibuk, kami memang takut neraka tapi kami kesulitan
mencari waktu untuk mengerjakan amalan amalan yang menjauhkan kami dari
nerakaMU kami memang berharap syurga tapi kami hampir tak ada waktu untuk
mencari bekal menuju syurgaMu”
Coretan suci, 16-07-14
Casino Hotel Casino and Spa - Jackson, MS - JTM Hub
BalasHapusFind out how to book a 논산 출장안마 hotel room, spa, salon, a casino resort, 영주 출장안마 spa, hotel spa, spa, and casino, restaurants, and a nightclub for those 여수 출장안마 looking for 화성 출장샵 a more 경상남도 출장안마